Kondisi Teranyar Riyan, Bocah Asal Sukabumi yang Lahir Tanpa Anus

Posted on

Lama tak terdengar, Riyan Maulana (10), bocah asal Kecamatan Baros, Kota Sukabumi yang lahir tanpa anus kini tengah dirawat di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Kondisi anak dari pasangan suami istri Dedi dan Euis itu sempat menyita perhatian banyak pihak.

Pada 2022 lalu, infoJabar sempat mengisahkan kondisi Riyan yang memprihatinkan. Saat itu, Riyan hanya bisa duduk terdiam di rumahnya sambil sesekali tersenyum meringis menahan sakit karena ususnya keluar dan belum mendapatkan penanganan medis.

Singkat cerita, Riyan sempat mendapatkan bantuan dari relawan. Ia pun diboyong ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk tindakan operasi. Namun sayangnya, penanganan medis untuk Riyan terpaksa dihentikan pada 2023 lalu.

Alasannya tak lain karena faktor ekonomi. Keuangan yang terbatas, sedangkan keluarga membutuhkan biaya akomodasi untuk berobat Riyan ke RSHS Bandung.

Pihak Dinas Sosial (Dinsos) Kota Sukabumi bersama camat dan lurah turun langsung ke rumah Riyan setelah mendapat laporan. Mereka meninjau kondisi Riyan sekaligus menelusuri kronologis perawatan medis yang sempat mandek.

“Dari 2019 sampai 2023 sebenarnya Riyan sudah ditangani. Tapi entah kenapa kemudian terhenti, dan itu tidak terinfokan,” kata Kepala Dinas Sosial Een Rukmini saat dihubungi infoJabar, Selasa (26/8/2025).

Kini, Dinsos memastikan Riyan mendapatkan penanganan lanjutan. Ia telah dirujuk ke RSUD Syamsudin untuk perawatan luka-luka yang dideritanya. Meski kondisi fisiknya masih lemah, senyum tipis tetap bisa terlihat dari wajahnya.

Hidup dengan Bantuan Sosial

Riyan berasal dari keluarga sederhana. Sang ayah berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Selama ini, mereka sudah mendapat berbagai program bantuan seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), BPJS, Program Keluarga Harapan (PKH), hingga Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Namun, saat Riyan harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit, sang ayah terpaksa menghentikan aktivitas berdagang. Hal inilah yang menjadi keluhan utama keluarga.

“Kalau Riyan dirawat, otomatis ayahnya tidak bisa bekerja. Itu yang dikeluhkan. Tapi kami kawal dengan bantuan-bantuan yang ada, jadi kebutuhan dasar tetap bisa terpenuhi,” ujarnya.

Kendala Administrasi Keluarga

Selain persoalan kesehatan, keluarga Riyan juga menghadapi kendala administrasi kependudukan. Orang tuanya diketahui menikah untuk kedua kali tanpa memiliki dokumen resmi, baik surat cerai maupun surat nikah. Hal itu berdampak pada pencatatan keluarga.

Riyan sendiri kini terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) ibunya sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Een pun berkoordinasi dengan Dinas Pencatatan Kependudukan untuk memfasilitasi penyelesaian masalah administrasi tersebut.

Meski dengan segala keterbatasannya, Riyan tetap bersekolah di sebuah madrasah. Usianya kini 10 tahun, dan ia tetap bersemangat menjalani pendidikan agama.

“Intinya Pemkot respons cepat. Semua OPD berkoordinasi supaya penanganan terhadap Riyan bisa dilakukan secepat mungkin,” tutupnya.