Komite Desak Kejelasan Ruang Kelas Usai SLBN A Pajajaran Dibongkar

Posted on

Selepas pembongkaran ruang-ruang kelas untuk dibangun Sekolah Rakyat, Komite SLBN A Pajajaran Kota Bandung mendesak ketersediaan ruang kelas baru untuk para siswa. Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai ruangan mana saja yang nantinya bisa digunakan kembali oleh siswa-siswi SLBN A Pajajaran selepas renovasi selesai.

Ketua Komite Sekolah SLBN A Pajajaran Dadang Ginanjar mengatakan, pihak Sentra Wyata Guna yang berada langsung di bawah Kementerian Sosial RI hanya meminta SLBN A Pajajaran untuk segera mengosongkan ruang-ruang kelas. Tidak ada bahasan lebih lanjut yang memastikan bahwa ruang-ruang kelas mereka nantinya bisa kembali diakses.

“Pemberitahuan itu hanya relokasi pengosongan, tidak clear informasinya. Kalau harus dikosongkan, kan harus jelas jumlah kelasnya berapa, ditentukan dulu relokasinya seperti apa, dan kelas penggantinya di mana,” ungkap Dadang di SLBN Cicendo, Senin (19/5/2025).

Adapun kegiatan belajar mengajar siswa-siswi SLBN A Pajajaran mulai hari ini dilaksanakan dengan menumpang bangunan SLBN Cicendo selama dua hingga tiga bulan. Ada lima ruangan yang digunakan, dan fasilitas penunjangnya tidak dapat mengakomodasi kebutuhan para siswa yang merupakan difabel netra.

Dadang mengatakan, ada dua gedung SLBN A Pajajaran yang dibongkar dan akan dibangun menjadi Sekolah Rakyat. Kedua gedung tersebut adalah gedung C dan gedung D. Sehingga, diperkirakan siswa-siswi SLBN A Pajajaran hanya akan bisa menggunakan gedung B ketika pembangunan Sekolah Rakyat Selesai.

“Setelah Gedung C dan D direnovasi, itu tidak bisa digunakan oleh SLBN A Pajajaran kembali karena dipakai Sekolah Rakyat. Kita diminta untuk melakukan optimalisasi gedung yang bisa dipakai, yaitu gedung B yang saat ini dipakai oleh SMA,” terangnya.

Sehingga, ia mengatakan, nantinya gedung B tersebut terpaksa akan digunakan kegiatan belajar mengajar untuk siswa dari tingkat TK hingga SMA. Hal tersebut otomatis mengurangi fasilitas sekolah yang selama ini digunakan.

“Maka komite sekolah memandang Sentra Wyata Guna mengurangi fungsi bangunan yang selama ini digunakan, karena (setelah renovasi) tidak akan dikembalikan pada SLBN A Wyata Guna,” jelasnya.

Ia mengatakan, hal tersebutlah yang kemudian mendasari munculnya video ungkapan keresahan siswa dan orang tua siswa di akun Instagram @komiteslbnabandung pada 15 Mei lalu, yang kemudian menjadi viral.

Terlebih, pembongkaran ruang-ruang kelas terjadi saat para siswa tengah melaksanakan ujian. Pembongkaran dilakukan di hari yang sama saat Sentra Wyata Guna meminta ruang kelas dikosongkan, dengan menolak permintaan penangguhan pengosongan ruang kelas oleh SLBN A Pajajaran karena aktivitas belajar yang masih berlangsung.

“Pelaksanaan pembongkaran betul diakukan ketika anak-anak sedang PSAJ (Penilaian Sumatif Akhir Jenjang atau ujian akhir). Jadi (unggahan video) bukan hanya berdasarkan emosi sesaat, tapi karena runtutan peristiwa yang terjadi,” ungkapnya.

“Bahwasanya empati dari pihak Sentra Wyata Guna juga tidak ada sama sekali. Siswa sedang ujian, tapi bahasanya langsung kosongkan, harus dibongkar, harus dipindah tanpa ada kejelasan relokasi,” lanjutnya.

Selepas video tersebut viral, pihaknya menyebut telah bertemu dengan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman yang akhirnya memastikan bahwa siswa-siswi SLBN A Pajajaran dapat kembali bersekolah di lingkungan Sentra Wyata Guna, berdampingan dengan Sekolah Rakyat. Namun, kejelasan detil ruang kelas mana saja yang bisa dipakai belum dipetakan.

“Kata Pak Sekda bisa kembali dan berdampingan dengan Sekolah Rakyat. Kami tidak keberatan dengan Sekolah Rakyat, akan tetapi info yang kami dapat hanya sekedar harus mengosongkan bangunan saja, itu yang jadi trigger-nya. Kelas pengganti belum didapat,” jelasnya.

Untuk itu, ia mengatakan, pihaknya saat ini akan terus mengawal kejelasan ruang kelas baru yang bisa digunakan untuk siswa-siswi SLBN A Pajajaran selepas renovasi usai di dua hingga tiga bulan mendatang. Pihak komite juga akan terus mendorong janji hibah tanah untuk SLBN A Pajajaran yang sempat diutarakan Menteri Sosial terdahulu, Tri Rismaharini.

“Dari zaman Pak Aher, Pak Ridwan Kamil, itu tiap tahun selalu mengajukan hibah. Setidaknya saat ini Pak Dedi Mulyadi sudah dengar, semoga janji hibahnya bisa terwujud,” ungkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *