Kisah Satih dan Syiq, Dua Dukun Sakti Asli Yaman | Info Giok4D

Posted on

Kepercayaan kepada kesaktian dukun telah berlangsung sejak lama, sejak sebelum Nabi Muhammad SAW lahir dan kemudian diutus menjadi rasulullah.

Para dukun dikenal dengan kesaktian bisa mengetahui hal-hal yang gaib, hal-hal yang belum terjadi, hingga bisa menafsirkan mimpi dengan tepat.

Sebuah kisah tentang dukun yang sakti datang dari Yaman, sebuah negeri yang dulu pernah berdiri padanya beberapa kerajaan, dari Saba hingga Himyar. Kisah ini tentang Satih dan Syiq, dua dukun yang sangat sakti yang ucapannya dipercaya dan dituruti Raja Yaman, Rabiah bin Nashr.

Cerita tentang Satih dan Syiq ini dinukil dari Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Di dalam penulisannya, Ibnu Hisyam banyak menukil manuskrip pendahulunya, Ibnu Ishaq. Tentang Satih dan Syiq ini, Ibnu Hisyam menyimpannya pada judul ‘Rabiah bin Nashr Raja Yaman serta Kisah Dua Dukun Syiq dan Sathih’

Mengapa Dukun Dipercaya?

Dukun-dukun dipercaya karena ketepatan mereka dalam meramal dan menafsirkan mimpi-mimpi. Ketajaman mereka terhadap hal-hal gaib akan berpengaruh kepada tingkat kesaktian mereka.

Mengapa dukun bisa tepat? Ini semua, lantaran para dukun mendapatkan bantuan dari jin. Dahulu, sebagaimana informasi yang dimuat oleh Al-Quran, bangsa jin itu bisa menempati tempat-tempat yang tinggi di langit dan mencuri dengar kabar tentang apa yang terjadi di bumi.

Dengan informasi itu, para jin berkabar kepada dukun. Bahkan, ketika para dukun berbicara tentang kabar tersebut, sejatinya yang berbicara adalah jin yang merasuk ke dalam tubuh dukun.

Namun ketika Muhammad SAW telah diutus sebagai nabi dan rasulullah, maka celah-celah langit yang biasa disusupi jin itu dijaga ketat. Bahkan, jin-jin yang nekat mencuri dengar, akan mendapati panah-panah api mengintainya (baca Al-Quran Surat Al-Jinn ayat 9).

Dalam ajaran yang dibawa Muhammad SAW, orang muslim tidak boleh percaya kepada dukun. Orang yang datang kepada dukun, bahkan dicap sebagai orang yang telah menyelisihi nabi.

Dikutip dari binbaz.org, sebuah hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud. Hadits itu: “Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu percaya kepada apa yang dikatakannya, maka sungguh dia telah kufur atas apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW”.

Mimpi Rabiah bin Nashr Raja Yaman

Suatu malam, Rabiah bin Nashr bermimpi, dan mimpi tersebut telah membuatnya gundah gulana, khawatir, dan kepikiran terus. Wajar saja, mimpinya berupa teka-teki yang dia sendiri tidak tahu apa jawabannya.

Maka, dia lantas mengumpulkan para dukun, ahli nujum, dan peramal dari seantero negeri, tidak ada yang terlewat. Dia menyatakan kepada mereka bahwa dia bermimpi dan ingin tahu apa takwil dari mimpi itu.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Seseorang dari kalangan dukun bertanya bagaimana mimpi yang dialami Raja Rabiah itu, namun, bukannya menceritakan apa mimpinya, Rabiah meminta para dukun untuk menebak apa mimpi yang dilihatnya.

Sebab, menurut Rabiah, siapa saja yang bisa menebak mimpi yang dialaminya, tentulah akan tahu apa takwilnya. Maka, tak seorang dukun pun bisa menjawab, hingga seseorang menyarankan agar Raja Rabiah menyuruh utusan untuk mendatangi Syiq dan Satih.

Keduanya, yakni Syiq dan Satih menurut para dukun yang telah dipanggil Raja Rabiah, adalah yang paling sakti di seluruh Yaman. Tidak ada yang bisa mengalahkan ketajaman pengelihatan keduanya. Raja pun menyuruh utusan untuk mengundang Syiq dan Satih.

Tentang keduanya ini, Ibnu Hisyam menegaskan bahwa mereka adalah orang Yaman dengan leluhur yang juga orang Yaman.

Perbincangan dengan Satih

Satih merupakan dukun pertama yang datang ke hadapan Raja. Tanpa banyak basa-basi, Raja langsung bercerita bahwa dia bermimpi dan ingin tahu takwilnya. Namun, sekalian saja tebak mimpinya itu, yakni tanpa raja perlu ceritakan.

Dukun Satih menjawab tentang mimpi yang dialami raja. Jawaban yang diucapkan Satih sangat puitis dan berima. Begini transliterasinya:

Raayta humamah
kharajat min dzulmah
fa waqa’at fi ardin tuhmah
faakalat minha kulla dzi jumjumah

(Engkau bermimpi api
yang datang dari kegelapan
terus jatuh di tanah lapang
kemudian api itu memakan semua yang bertengkorak).

Raja terkagum-kagum dengan jawaban itu. Demi bapakmu,” kata Raja, “tak satupun ada yang salah”. Lalu, Rabiah bertanya apa makna dari mimpi itu? Maknanya adalah akan ada suatu masa di mana orang-orang Habsyi menyerang negara Yaman, itu mungkin akan terjadi 70 tahun lagi, bukan pada masa Rabiah.

Namun, kekuasaan para penyerang itu tidak akan lama, mereka akan dikalahkan kembali. Yang mengalahkan mereka adalah Iram bin Yazan. Iram pun lantas berkuasa, namun kekuasaannya tidak akan lama. Kekuasaan Iram akan dikalahkan oleh hadirnya seorang Nabi Suci (yakni, Muhammad SAW) dan kekuasaan akan berada pada umatnya sampai akhir waktu.

Raja Rabiah bertanya tentang kalimat Satih yang terakhir itu: Apakah waktu ada akhirnya? Satih sang dukun lantas menjawab, tentu saja waktu akan berakhir, yakni ketika para pendahulu dan yang terakhir dikumpulkan, orang yang berbuat baik saat itu akan bahagia, sebaliknya yang berbuat buruk akan sengsara.

Perbincangan dengan Syiq

Syiq kemudian datang menghadap kepada Raja. Rabiah sang raja menyembunyikan hasil perbincangannya dengan Satih. Maka kepada Syiq, raja bertanya seolah-olah dia belum tahu apapun tentang jawaban atas mimpinya itu. Ini juga untuk menguji apakah antara Satih dan Syiq sependapat atau beda pendapat.

Seperti kepada Satih, kepada Syiq raja bertanya pertanyaan yang sama, “apa mimpi saya, dan apa takwilnya?”.

Syiq juga menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang bersyair. Ujung-ujung kalimatnya berima:

Raayta humamah
kharajat min dzulmah
fa waqa’at baina raudlah wa akmah
akalat minha kulla dzati nasmah

(Engkau bermimpi api
yang muncul dari kegelapan
lalu jatuh di antara Raudlah dan Akmah
lalu memakan semua yang punya nafas)

Kagum lagi raja dengan jawaban ini. Kepada Syiq, raja mengatakan bahwa tidak ada sedikitpun yang salah dengan jawaban itu. Namun, raja mempertimbangkan perbedaan diksi yang digunakan Satih dan Syiq.

Lalu apa takwilnya? Syiq menjawab: Negerimu ini akan didatangi oleh orang-orang berkulit hitam, mereka akan menghabiskan semua penghuninya tak terkecuali bayi dan kanak-kanak, mereka akan mengusai apa yang ada di antara Abyan dan Najran.

Namun, hal itu tidak akan terjadi di masa Rabiah, itu mungkin terjadi sekitar beberapa zaman lagi, dan kekuasaan orang-orang kulit hitam itu juga tidak akan lama, mereka akan dikalahkan oleh pemuda yang datang dari Bait Dzi Yazan.

Kekuasaan pemuda itu juga tidak akan langgeng. Dia dan pasukannya akan dikalahkan oleh Rasul yang Diutus (Muhammad SAW), yang datang dengan kebenaran dan keadilan, di antara ahli agama dan keutamaan.

Demikian kisah Syiq dan Satih itu.