Kisah Pedangdut Sukses dari Tasikmalaya: Kota Dangdut yang Melahirkan Bintang

Posted on

Julukan Tasik Kota Dangdut bukan tanpa dasar. Pada masanya, di kota ini lahir deretan penyanyi dangdut yang sukses wara-wiri di gemerlap panggung nasional.

Sebut saja Itje Tresnawati, Evie Tamala, Caca Handika, Cucu Cahyati, Vety Vera, Kitty Andriani (Manis Manja Grup), Sona Orama, hingga Alam Mbah Dukun, mereka semua Urang Tasik. Bahkan Sang Raja Dangdut, Rhoma Irama pun lahir di Tasikmalaya.

Di rentang tiga dekade, tahun 1970-an sampai 1990-an, Tasikmalaya menjadi gudangnya para pedangdut berkualitas. Berawal dari panggung sederhana di pelosok desa, para pedangdut asal Tasikmalaya bisa sukses menembus gemerlap panggung ibukota.

“Jadi di zaman itu banyak pencari bakat dari Jakarta yang sengaja datang ke Tasikmalaya. Mereka menonton pentas dangdut atau datang ke tempat latihan,” kata Iwa Somantri, pimpinan Orkes Melayu (OM) Sinar Remaja Tasikmalaya, Rabu (23/4/2025).

Ketika menemukan penyanyi yang dianggap berpotensi menjadi bintang, langsung ditawari dan diaudisi untuk rekaman. “Salah satu produser yang terkenal dan sering ke Tasik adalah almarhum Muhtar B, beliau yang mengorbitkan Itje Trisnawati, Evie Tamala dan lain-lain,” ungkap Iwa.

Kehadiran para talent scouts alias pencari bakat dari Jakarta itu merambah hingga ke pelosok, untuk menemukan bakat-bakat terpendam. Selain aliran musik dangdut, di Tasikmalaya juga saat itu tumbuh subur grup kasidah rebana atau grup tagoni.

Iwa mengatakan, beberapa tahun lalu, sempat ada peneliti dari Jepang yang datang ke Tasikmalaya. Mereka menggali tentang kultur dan budaya Tasikmalaya sehingga bisa menjadi daerah tempat lahirnya pedangdut berkualitas.

“Peneliti dari Jepang itu awalnya ke Jakarta, nah setelah itu mereka ke Tasikmalaya. Jadi mereka ingin tahu sejarah dan kondisi Tasikmalaya dalam bidang musik dangdut. Mereka datang ke saya,” tutur Iwa.

R Jatnika, warga Kecamatan Ciawi yang juga praktisi musik dangdut berpendapat banyaknya pesantren atau sekolah agama turut berkontribusi terhadap kelahiran penyanyi-penyanyi berkualitas.

“Dulu kan setiap sekolah agama, setiap pesantren, setiap kampung punya grup kasidah. Saban sore latihan, sehingga muncul penyanyi-penyanyi yang bagus-bagus,” kata Jatnika.

Menurut dia musik kasidah dan dangdut, memiliki banyak kesamaan. Bahkan seorang yang pintar mengaji atau qori, umumnya bisa menyanyi dangdut.

“Jadi kultur berkesenian dan hiburan di Tasikmalaya pada zaman itu memang mendukung,” ucap Jatnika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *