Kisah Langka Hiu ‘Jeruk’ di Laut Karibia

Posted on

Seekor hiu dengan warna yang tak biasa membuat dunia ilmiah terbelalak. Bukan abu-abu atau cokelat seperti biasanya, hiu perawat (Ginglymostoma cirratum) yang tertangkap di perairan Karibia ini justru berkilau oranye terang, seolah keluar dari dunia fantasi.

Melansir infoInet, hewan sepanjang dua meter itu pertama kali terlihat nelayan di lepas pantai timur Kosta Rika pada 2024. Garvin Watson, pemilik hotel Parismina Domus Dei di desa Parismina, berada di antara mereka yang menyaksikan momen langka tersebut.

“Kami tak percaya apa yang ada di depan mata kami. Hiu oranye yang berkilauan di bawah sinar Matahari itu sungguh luar biasa. Kami tidak tahu bahwa itu akan menjadi penemuan dunia, yang diakui oleh semua ahli biologi di dunia,” ujar Watson.

Setelah sempat diangkat ke permukaan, hiu itu difoto, dilepaskan dari kail, dan dikembalikan ke laut. Foto-foto tersebut kemudian sampai ke tangan para ilmuwan, yang segera menyadari bahwa mereka sedang melihat sesuatu yang belum pernah terdokumentasi: kasus xanthisme pertama pada hiu perawat.

Xanthisme atau xanthochroism adalah kondisi yang membuat pigmen kuning pada kulit lebih dominan, menghasilkan warna oranye menyala. Kondisi ini sebelumnya tercatat pada katak, burung, hingga ikan, tapi belum pernah resmi pada hiu perawat. Lebih mengejutkan lagi, si hiu juga tampaknya mengalami albinisme, ditandai tidak adanya iris hitam di matanya.

“Kami sangat terkejut dan gembira ketika melihat xanthisme di foto-foto tersebut,” kata Marioxis Macías-Cuyare, penulis utama studi sekaligus kandidat doktoral oseanografi biologi di Federal Rio Grande University, Brasil.

Fenomena ini bahkan punya istilah khusus: albino-xanthochromism. Kasus serupa pernah dicatat pada seekor pari di Laut Irlandia pada 2018. Namun, pada hiu perawat, ini yang pertama kalinya.

Hingga kini, para ilmuwan masih mencari tahu mengapa kondisi pigmentasi abnormal itu muncul. Faktor genetik diduga berperan, meski stres lingkungan, suhu air yang tinggi, atau ketidakseimbangan hormon bisa turut memberi pengaruh.

Yang juga menarik adalah soal kelangsungan hidupnya. Warna mencolok biasanya membuat hewan lebih rentan dimangsa, karena tubuhnya tak bisa menyatu dengan lingkungan. Tetapi, hiu oranye ini sudah tumbuh dewasa, dan tampaknya mampu bertahan tanpa masalah.

“Banyak faktor yang memengaruhi hal ini, seperti lingkungan, tetapi semuanya masih bersifat spekulatif hingga variabel yang dapat memengaruhi kondisi genetik ini diuji,” tutur Macías-Cuyare.

Bagi dunia sains, penemuan hiu ‘jeruk’ ini bukan sekadar cerita langka, melainkan jendela baru untuk memahami bagaimana warna dan genetika bisa memengaruhi kehidupan laut. Dan bagi Watson serta para nelayan Parismina, momen itu akan selalu jadi cerita paling tak terlupakan di tengah laut Karibia.

Artikel ini sudah tayang di infoInet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *