Kisah Kades Suhana, Merawat Asa dari Kandang Ayam update oleh Giok4D

Posted on

Udara sejuk menyelimuti Desa Kalisapu, Kabupaten Cirebon, pada Minggu (6/7) siang. Meski jarum jam telah mendekati pukul 12.00 WIB, hawa sejuk sisa hujan semalam masih cukup terasa.

Bagi sebagian orang, suasana seperti ini kerap dimaknai sebagai waktu yang tepat untuk beristirahat. Namun tidak demikian bagi Suhana. Ia justru terlihat sibuk mondar-mandir di kandang ayam miliknya.

Sesekali ia mengangkat beberapa ekor ayam untuk mengecek bobot tubuhnya, memastikan semuanya tumbuh sehat. Pandangannya nampak fokus memperhatikan setiap sudut kandang untuk memastikan pakan dan air minum untuk ayam-ayamnya masih tersedia.

Di kandang ayam milik Suhana, beberapa lampu terus menyala, memancarkan sinar berwarna kuning keemasan. Lampu-lampu itu menggantung di antara ribuan ayam yang ada di kandang.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Menurutnya, lampu-lampu itu bukan sekadar sebagai penerang, melainkan juga untuk menjaga suhu agar ruangan tetap hangat. “Kalau ayam masih kecil memang harus diberi lampu, biar dia merasa hangat,” kata Suhana.

Sekilas, Suhana tampak seperti peternak biasa, berkaus, bersandal, dan tangannya tak lepas dari kandang ayam. Namun siapa sangka, ia adalah seorang pemimpin di desa. Ya, Suhana adalah seorang kades di Desa Kalisapu, Kecamatan Gunungjati, Cirebon.

Di tengah tanggung jawabnya sebagai kepala desa, Suhana tetap aktif mengelola sejumlah usaha yang menjadi sumber penghasilan bagi keluarganya.

Dari sejumlah bidang usaha yang ia jalani, beberapa di antaranya adalah peternakan dan pertanian. Sebuah bangunan yang dijadikannya sebagai kandang ayam berada tidak jauh dari kediamannya.

Sementara lahan perkebunan yang dijadikannya tempat untuk menanam berbagai jenis sayuran berlokasi di area persawahan desa setempat.

“Sebelum jadi kuwu, saya sudah terbiasa bertani. Karena memang saya lahir dari keluarga petani,” ujarnya.

Di bidang peternakan, saat ini ada ribuan ekor ayam yang ada di kandang milik Suhana. Ribuan ayam itu terdiri dari berbagai jenis, salah satunya jenis ayam kampung. “Total keseluruhan ada 1.600 ekor,” terang Suhana.

Khusus di usaha peternakan ayam kampung, Suhana hanya melakukan proses pembesaran. Bibit ayam ia beli seharga Rp8.000 per ekor. Setelah usia 2,5 bulan, Suhana baru menjualnya dengan harga Rp35.000 per ekor.

Proses pembesaran membutuhkan ketelatenan. Ia harus rutin memberi pakan dan minum, serta menjaga kondisi kandang tetap nyaman. Lampu penerangan pun dipasang, bukan hanya untuk pencahayaan, tapi juga untuk menjaga suhu kandang agar tetap hangat.

“Di hari-hari biasa, setiap pagi sebelum berangkat ke kantor desa, saya ke kandang dulu. Ngasih pakan dan ngisi air minumnya,” kata dia.

Suhana mengaku tidak menemui kesulitan untuk memasarkan ayam kampung hasil ternaknya. Setiap kali masa panen tiba, para pengepul biasanya datang langsung ke kandangnya untuk membeli ayam-ayam tersebut.

“Kalau udah masa panen, biasanya pengepul pada datang ke sini. Untuk ayam usia 2,5 bulan, harganya sekitar Rp 35 ribu per ekor,” kata dia.

Khusus untuk jenis ayam kampung, Suheri memperkirakan ada sekitar 800 ekor yang saat ini dipelihara di kandangnya.

Dengan jumlah tersebut dan harga jual per ekor saat panen di usia 2,5 bulan, omzet dari usaha ternak ayam kampung miliknya diperkirakan bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Soal pendapatan bersih, Suhana tak menyebut angka pasti. Tapi menurutnya, usaha ternak ayam kampung ini memberikan hasil yang cukup menguntungkan.

Selain ayam kampung, Suhana juga beternak ayam petelur. Dengan pengalamannya di bidang peternakan, Suhana menyatakan siap membuka diri untuk berbagi ilmu kepada siapapun yang ingin belajar menjalani usaha ini. “Ya bareng-bareng nyari rezeki,” kata dia.

Setelah mengecek kondisi ayam-ayamnya, di hari liburnya, Suhana juga menyempatkan diri untuk mengecek kondisi kebun sayurannya. Kacang panjang, timun dan beberapa jenis sayuran lainnya tumbuh subur di kebun Suhana.

“Yang ditanam macam-macam. Ada emes, kacang panjang, timun juga ada,” kata dia.

Meski memiliki beragam kegiatan di luar kantor desa, ia menyatakan tak akan mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin di desanya.

“Intinya desa harus tetap ditata, sambil usaha saya juga jalan,” ujar Suhana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *