Terik panas matahari siang ini tak menyurutkan semangat Yanto (42) warga Desa Parigi, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran untuk mengais rezeki. Kedua tangannya piawai menyulap ban bekas untuk sepeda motor.
Memakai jaket hijau dengan celana panjangnya, Yanto memutar bolak balik ban bekas yang telah ia beli dengan harga murah. Ban yang semula gundul menjadi kembali berduri seperti baru beli.
Profesi ini telah dijalankan Yanto sejak tahun 2013. Hampir 12 tahun tangannya saat mulai kerja hingga selesai selalu hitam akibat sering memegang ban.
Yanto nyaris membuat ban bekas seperti layaknya ban baru beli. Hanya saja, karena hasil buatan tangan tanpa buatan mesin, masih ada kekurangan.
Adapun harga ban sepeda motor bekas yang dijual Yanto dibanderol mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu. “Harga ban sepeda motor yang sudah dimodifikasi menjadi baru itu cukup beragam. Rata-rata harganya Rp 20-30 ribuan saja,” kata Yanto, Kamis (17/7/2025).
Untuk memasarkan ban bekas yang menjadi baru, Yanto menjualnya ke bengkel-bengkel kecil yang masih berada di wilayah Parigi dan Pangandaran. “Pasarkannya ke bengkel-bengkel kecil ataupun banyak juga yang langsung ke sini,” ucapnya.
Sehari, kata Yanto, bisa laku puluhan ban sepeda motor berbagai merk yang sudah dimodifikasi. “Laku sehari 30 ban untuk di bengkel saya sendiri, sisanya kan ke bengkel kecil nanti pas mau anter barang ketahuannya laku berap-berapanya,” katanya.
Yanto mengatakan dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 200-300 ribu sehari. “Nggak tentu sih, minimal Rp 200 ribu per hari sampai Rp 300 ribu mah dapat,” ucapnya.
Menurut Yanto, ban bekas yang masih layak dipakai ia beli dari bengkel-bengkel di sekitar Pangandaran dengan harga antara Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per buah.
“Kalau lagi santai dan pikiran rileks, semalam bisa dapat 20 sampai 30 ban untuk memproduksi ban bekas itu,” katanya.
Yanto mengaku, meski bukan solusi permanen, ban hasil ukirannya cukup membantu masyarakat, terutama pengendara yang sedang kesulitan dana.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Kalau kantong lagi kosong, lumayan bisa pakai ini sementara waktu. Yang penting aman dan tidak terlihat benangnya,” ucap Yanto.
Yanto menegaskan bahwa ia hanya mengukir ban yang masih tebal dan tidak menunjukkan serat benang, karena ban yang sudah terlalu tipis bisa membahayakan keselamatan pengendara. “Tentu saya juga pilih-pilih,” katanya.
Usaha ini bukan hanya menjadi sumber penghasilan bagi Yanto, tetapi juga memberi solusi alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan ban murah namun tetap layak pakai. “Mudah-mudahan saja dengan keberadaan saya jadi alternatif para pembeli ekonomi menengah bawah,” tutupnya.