Kisah Berkibarnya Merah Putih Raksasa di Bogor: Dihajar Badai-Raih MURI

Posted on

Sore, Sabtu 9 Juli 2025, raut wajah para pemanjat tebing berubah muram. Rencana membentangkan bendera merah putih raksasa di Tebing Lidah Jeger yang sudah disiapkan sejak awal bulan Juli terpaksa batal di info-info akhir. Angin kencang yang tiba-tiba menerpa membuat kain seberat 600 kilogram itu robek di beberapa bagian, memupus harapan untuk menuntaskan misi hari itu.

“Teman-teman sempat down kena angin ribut, pas robek ditahan semua,” kenang Muhammad Iqbal atau Ayah Egi selaku penanggung jawab Ekspedisi Bendera Istimewa, kepada infojabar, Senin (11/8/2025).

Namun kekecewaan itu tak bertahan lama. Para senior yang ikut dalam tim segera menenangkan dan membangkitkan kembali semangat yang sempat runtuh.

“Alam boleh berubah, semangat enggak boleh pupus. Kita terus kasih support ke tim,” kata Iqbal.

Bendera berukuran 80 meter x 50 meter itu bukan proyek sehari jadi. Sejak 10 Juli 2025, 35 pemanjat dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Bogor sudah mulai membabat semak, membersihkan area, dan memasang 44 anchor penambat tali di tebing setinggi 120 meter di kawasan Leuwi Karet, Klapanunggal. Setiap tahapan dikerjakan dengan teliti, demi memastikan pengibaran bendera raksasa ini berjalan aman.

Sabtu sore, bendera sebenarnya sudah terbentang 70 persen dan tinggal ditarik ke atas. Rencananya, Minggu pagi, pembentangan bisa tuntas. Tapi hujan deras dan angin kencang mengubah segalanya. Sebagian kain yang belum terkunci terangkat liar, seolah ada ‘twister’ yang menari di dalamnya, merobek jahitan yang sudah disiapkan.

Malam itu, tepian tebing berubah menjadi bengkel darurat. Jahitan diperbaiki dengan tangan, menggunakan benang sol tebal oleh tukang jahit dadakan. Pola pengibaran pun diubah dari semula ditarik dari bawah ke atas menjadi diangkat ke atas lalu diturunkan perlahan, demi menghindari risiko robek kembali.

Awalnya pembentangan dijadwalkan Minggu, 10 Agustus 2025 pukul 09.00 WIB, namun cuaca memaksa penundaan panjang. Tim baru mulai dapat membentangkan bendera pada pukul 17.30 WIB, dan tepat pukul 18.30 WIB, Merah Putih raksasa itu sempurna membentang.

“Kita puas, haru, air mata enggak kerasa netes. Enggak percaya ini akhirnya berkibar juga,” ucap Iqbal.

Perwakilan MURI Lutvi mengatakan pembentangan akhirnya dapat dilakukan setelah 8 jam menunggu prosesi yang tidak mudah. “Begitu bendera berhasil membentang, langsung hujan,” kata Lutvi.

Kini, bendera itu menjadi saksi keteguhan hati, kerja sama, dan cinta tanah air yang tak lekang oleh cuaca, sekaligus menorehkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembentangan bendera terbesar di atas tebing.

Hingga 17 Agustus nanti, Merah Putih itu akan tetap berkibar, menghadap langit, sebagai simbol bahwa semangat bangsa tak pernah runtuh, meski langit sekalipun mencoba menguji.

Ketua Umum FPTI Kabupaten Bogor, Trian Turangga, menegaskan bahwa para pemanjat yang terlibat telah mendapatkan perlindungan penuh.

“Semuanya diberikan BPJS Ketenagakerjaan. Kerja sama ini adalah satu-satunya bagi cabang olahraga yang berisiko, sebagai bentuk apresiasi dan perlindungan bagi atlet dan pelatih,” ujarnya.

Selain itu, premi setahun diberikan gratis kepada para atlet dan pelatih yang tergabung dalam FPTI Kabupaten Bogor.

“Kami ingin mereka merasa aman dan dihargai saat mengerjakan misi-misi berisiko tinggi seperti ini,” tambah Trian

Perlindungan Penuh untuk Para Pemanjat