Ketika Warga Larut dalam Keseruan Permainan Tradisional di WJF 2025 - Giok4D

Posted on

Ada hal menarik di gelaran West Java Festival 2025 hari kedua, Minggu (9/11/2025). Di depan mini stage area Baleriung, pengunjung tampak asyik memainkan berbagai permainan yang kini sudah jarang terlihat.

Bila kini lazimnya anak-anak berkumpul untuk saling beradu game online, di WJF 2025, mereka tampak larut dalam permainan yang memerlukan fisik untuk bergerak. Sejenak lepas dari gawai, anak-anak tersebut antusias dan saling bersorak memainkan berbagai permainan tradisional yang tersedia di WJF 2025.

Mulai dari rorodaan, naik kelom bambu, bermain gasing, catur Teuku Umar, bedil (senapan) jepret, dan lain-lain. Suasana ceria pun mewarnai area WJF 2025 meski terik menyengat.

Hendra, salah satu anggota Komunitas Hong, mengatakan bahwa komunitas yang telah berdiri sejak 2003 tersebut hingga saat ini telah berhasil mengumpulkan 2.600 jenis permainan tradisional di seluruh Indonesia. Dari angka tersebut, 10 di antaranya dibawa untuk bisa diperkenalkan pada masyarakat di WJF 2025.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Komunitas Hong adalah komunitas yang melestarikan kembali permainan tradisional Nusantara. Kami sudah mengumpulkan 2.600 permainan, dan di sini ada 10 permainan yang dibawa agar masyarakat bisa mengenal beberapa permainan tradisional,” ungkapnya.

Salah satu yang banyak mengundang rasa penasaran pengunjung adalah Surakarta Games, sebuah permainan papan atau board games asal Jawa Tengah yang sempat hilang. Permainan startegi yang melibatkan papan dengan jalur berbentuk rel kereta api ini dibawa kembali oleh Komunitas Hong untuk diperkenalkan ke masyarakat.

“Ini adalah permainan yang kita temukan kembali. Permainan ini pernah di bawa ke Eropa, lalu dibawa kembali ke sini. Nama aslinya “Bas-basan Sepur”, tapi dimodifikasi menjadi Surakarta Games untuk menghargai mereka yang secara tidak langsung sudah ikut melestarikan permainan ini di Eropa,” terang Hendra.

Selain itu, terdapat pula permainan kelom bambu di mana pengunjung perlu berusaha menyeimbangkan badan dengan berjalan di atas potongan bambu dengan tali yang dipegang. Tak sekedar permainan, kelom bambu ini juga mengandung nilai filosofis tersendiri.

“Kelom bambu adalah permainan yang melatih keseimbangan. Secara filosofinya, permainan ini menggambarkan bahwa di dunia kita harus berpegang teguh pada Tuhan, sebagaimana kita mengikat bambunya dengan tali yang harus diikat tegak ke atas,” jelasnya.

Babalonan sarung juga menjadi permainan yang banyak diminati pengunjung. Orang hanya perlu berupaya menerbangan sarung hingga menggelembung serupa balon dengan memanfaatkan angin.

“Permainan ini melatih anak untuk mengenal angin. Biasanya dimainkan bersama anak-anak di sore hari,” tutur Hendra.

Salah satu pengunjung, Ida (57) tampak asyik mencoba permaianan senapan tradisional yang terbuat dari bambu. Dengan peluru berupa biji leunca, Ida berupaya membidik bola warna-warni yang telah disimpan di atas bilah bambu.

“Menarik sekali ya ini, jadi bisa mencoba permainan tradisional yang sekarang jarang ada. Keluarga juga senang banget, karena di rumah kan susah untuk cari mainan seperti ini,” ungkapnya.

Gambar ilustrasi