Sore itu, di Jalan Martadinata, Ancaran, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan terlihat seorang kakek berusia 83 tahun sedang berdiri menunggu pembeli. Di depannya terdapat sebuah gerobak berwarna putih yang berisi aneka mainan anak-anak seperti balon, bola, mobil-mobilan, boneka dan masih banyak lagi.
Nama kakek tersebut adalah Juhri. Setiap hari, Juhri berjalan kaki sambil mendorong gerobaknya untuk menjual berbagai macam mainan anak-anak. Juhri sendiri mendapatkan mainan tersebut di Cirebon, lalu ia jual kembali di Kuningan.
“Dari sini (Ancaran) lurus terus ke sana sampai alun-alun, lurus terus Winduhaji, Sepahan, Ciporang. Kalau keliling muter-muter totalnya bisa sampai 20 kilometer. Jualan dari jam 08. 00 WIB pagi sampai jam 16.00 WIB sore. Ngambil mainannya di Cirebon, sambil nengok cucu juga,” tutur Juhri, belum lama ini.
Sebelum menjadi penjual mainan keliling, Juhri berprofesi sebagai sopir antar barang bangunan. Namun, semenjak toko bangunan tempat ia bekerja menjadi sopir gulung tikar. Juhri memutuskan untuk beralih profesi menjadi seorang penjual mainan anak-anak.
Padahal, lanjut Juhri, menjadi seorang sopir antar barang sudah ia lakoni selama 50 tahun lebih.
“Lagi saya kecil, saya kerja di sawah, begitu tahun 1960 saya kerja jadi kenek terus jadi supir mobil di toko bangunan. Cuman yang punyanya meninggal, terus bangkrut. Jadi saya ganti jualan mainan,” tutur Juhri.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Meskipun sudah berjalan kaki hingga puluhan kilometer. Namun, terkadang hasilnya tidak sesuai dengan yang Juhri harapkan. Menurut Juhri, dalam sehari, penghasilannya dari berjualan mainan terkadang tidak menentu.
“Kadang Rp 150.000 atau Rp 100.000, pernah nggak dapat sama sekali. Cuman mau bagaimana lagi yang penting kita sudah usaha, kita tawakal saja untuk hasilnya berapa juga, rezeki kan dari Allah, ” tutur Juhri.
Meskipun penghasilannya tidak menentu, tapi Juhri tidak masalah. Bagi Juhri dengan ia bekerja setidaknya ia bisa mengisi waktu luang diusia tuanya. Menurut Juhri, jika ia hanya berdiam diri di rumah, ia merasa bosan dan menjadi mudah sakit.
“Alasan semangat bekerja cari kesibukan. Kalau di rumah terus gampang datang penyakit, kalau jualan kayak gini kan, bisa sambil olahraga. Nggak mau mengandalkan anak-anak juga, dia kan punya kebutuhan juga,” pungkas Juhri.