Kesetiaan Juned Puluhan Tahun Jualan Ikan Hias di Kuningan baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Di antara deretan ruko di kawasan Pertokoan Jalan Siliwangi, Kabupaten Kuningan terdapat seorang lelaki berusia 70 tahun sedang duduk di bangku area pejalan kaki. Di depannya, terlihat sebuah gerobak dorong kayu kecil roda empat berwarna biru. Di dalam gerobak terlihat ikan hias dan juga hamster yang ditaruh di dalam tumpukan bubuk kayu.

Nama lelaki yang sedang duduk tersebut adalah Juned, meskipun usianya sudah senja, tapi Juned masih semangat untuk berjualan. Dengan memakai baju batik panjang, Juned bercerita bahwa ia sudah menjadi penjual ikan hias sejak puluhan tahun yang lalu.

Jened memaparkan, ide jualan ikan hias tersebut muncul secara tidak sengaja. Kala itu, di tahun 1990-an, ia sedang membeli ikan untuk anaknya. Karena saat itu sedang kondisi tidak punya pekerjaan, melihat ikan yang dibawa anaknya, ia memutuskan untuk mulai berjualan ikan hias sendiri.

“Saya jualan sudah dari tahun 90-an. Ada lebih dari 30 tahunan jualan ikan. Awalnya saya punya anak, terus anak saya beli. Sepanjang jalan saya berpikir, kebetulan pas itu nggak punya pekerjaan, akhirnya cobain deh jualan ikan. Apalagi pas itu, ada orang tiba-tiba tanya ini ikan berapaan, padahal itu kan punya anak, saya belum jualan,” tutur Juned.

Juned sendiri mendapatkan ikan hias tersebut dari para peternak ikan yang ada di Kuningan. Menurut Juned, dibandingkan sekarang, dulu, ikan-ikan yang dijualnya selalu ramai pembeli. Dalam sehari, Juned bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 400.000. Namun, itu dulu, kini semenjak adanya relokasi pedagang kaki lima, yang membuat jalan Siliwangi tidak lagi ramai, dan menyebabkan dagangan Juned sepi pembeli.

“Dulu mah dijual Rp 4.000 isinya tiga ikan. Dulu mah jualan dari jam 07.00 WIB sampai jam 10.00 WIB saja itu sudah dapat uang Rp 200.000, paling banyak Rp 400.000. Tapi kalau sekarang keadaannya seperti ini, pedagang yang dulunya ramai di sini. Sudah nggak boleh jualan sama Satpol PP. Jadi pengunjung juga mengurangi banget,” tutur Juned.

Kini, dalam sehari, Juned mengaku pendapatnya tidak menentu. Paling banyak Juned mendapatkan omzet sekitar Rp 40.000 sampai Rp 50.000. Karena pendapatnya tidak menentu, penghasilan puluhan ribu tersebut harus bisa Juned kelola sehemat mungkin.

“Saya makan Rp 10.000, terus ongkos ojek pulang pergi Rp 25.000. Nah sisa Rp 15.000, saya belikan beras buat keluarga, pas-pasan. Nggak bisa ditentukan sekarang mah, kadang ada lebihnya kadang kurang. Harganya untuk hamster itu Rp 5.000-an, kalau ikannya Rp 10.000 isi tiga, ” tutur Juned.

Juned sendiri memiliki tiga orang anak, salah satu anaknya sudah sudah lulus perguruan tinggi. “Anaknya tiga, dua lulus sekolah SMK yang terakhir kuliah S1. Kalau bagi saya pendidikan itu penting. Apalagi anaknya juara segala bidang. Pas anaknya sekolah, saya cari kerjaan sampingan borongan rumput hutan. Allah Maha Mendengar, jadi jalan saja. Alhamdulillah anak saya kuliah beasiswa,” tutur Juned.

Meskipun sering dilarang anak-anaknya untuk berjualan, namun, Juned masih tetap berjualan. Menurutnya, dengan tetap berjualan, ia merasa lebih produktif dan lebih sehat untuk menghabiskan waktu di masa tuanya.

“Saya di rumah sebulan dua bulan itu nggak kuat, cepet sakit, banyak pikiran. Ngerasa lebih sehat pas jualan. Apalagi kata dokter harus banyak gerak, banyak olahraga, banyak hiburan. Untuk urusan pendapatan mah terserah gusti Allah, yang penting kitanya usaha, ” pungkas Juned.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *