Kepasrahan Alam Sang Kusir Delman yang Ditelan Zaman

Posted on

Tidak jauh dari Alun-Alun Kuningan terdapat deretan delman hias berjejer di jalan menuju alun-alun. Di dalam delman tersebut terdapat kusir yang setia menunggu penumpang.

Salah satu kusir yang menunggu penumpang adalah Alam (45), dengan delman hias berwarna merahnya, Alam sudah sejak pagi menunggu penumpang. Sambil duduk di kuris delman, Alam bercerita bahwa dirinya sudah puluhan tahun berprofesi sebagai kusir delman.

“Dari sebelum moneter, pas masih bujang sudah narik delman, ada 25 tahun lebih mah,” tutur Alam belum lama ini.

Berbeda dengan sekarang, dulu, delman yang dikendarai Alam selalu ramai penumpang. Dalam sehari, Alam bisa membawa puluhan penumpang untuk berkeliling di sekitar Alun-Alun Kuningan.

“Lumayan kalau dulu, sekarang mah sepi, dulu bisa sampai 30 penumpang sehari. Dulu juga di Kuningan banyak delman bisa sampai 200-an, tapi sekarang sudah berkurang, paling sisa setengahnya,” tutur Alam.

Sekarang pendapatan Alam dari menjadi penarik delman tidak menentu. Menurut Alam, sepinya penumpang delman disebabkan karena mulai banyaknya orang yang punya kendaraan pribadi ditambah dengan hadirnya moda transportasi online di Kuningan.

“Sekarang tergantung, paling banyak 5 penumpang, bahkan kalau delman malam itu kadang nggak dapat penumpang sama sekali. Sekarang saja, saya baru narik sekali. Penyebabnya yang punya kendaraan sudah banyak, nggak kayak dulu masih sedikit, ditambah sekarang banyak transportasi online juga. Kayaknya ekonomi juga lagi lesu, ” tutur Alam.

Alam memaparkan, sama seperti membeli kendaraan motor atau mobil, karena keterbatasan modal, Alam mendapatkan kuda dengan cara kredit.

“Kudanya dapat beli, dulu mah beli kredit ada bosnya, uang muka Rp 2.000.000 cicilannya Rp 300.000 per bulan, bisa nyampe sekitar 2 tahun atau 3 tahun, dulu kan kudanya masih murah, belum krisis moneter harga sekitar Rp 6.000.000-an,” tutur Alam.

Selama 25 tahun lebih berprofesi sebagai kusir delman, setidaknya Alam sudah ganti kuda sebanyak enam kali. Bagi Alam, Kuda merupakan tumpuan hidupnya untuk mencari rezeki, jika kuda yang dipelihara ia sakit, otomatis pemasukan Alam dari menarik delman menjadi terhenti.

“Kalau merawat kuda tuh susah-susah gampang, kadang sakit. Kalau kudanya sudah sakit otomatis saya nggak kerja,” tutur Alam.

Untuk satu kali naik delman, Alam mematok tarif Rp 10.000 – Rp 15.000. Meskipun penghasilannya kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi Alam tidak punya pilihan lain, ke depan ia masih akan tetap bekerja sebagai kusir delman.

“Pendapatan sekarang nggak menentu, kadang dapat Rp 50.000 kadang dapat Rp 30.000. Sebenernya nggak cukup, cuman disyukuri saja. Mau kerja apalagi, bisanya ini, ” pungkas Alam.