Kecelakaan Pesawat Joseph Poulet di Parakan Salak

Posted on

Langit di atas Parakan Salak siang itu cerah. Sabtu, 31 Juli 1920, menjelang pukul lima sore, sebuah benda asing melesat rendah di atas perkebunan teh. Warga di sekitar perusahaan perkebunan yang kala itu dikelola oleh Belanda, sontak menghentikan aktivitas.

Sekejap kemudian, terdengar suara dentuman keras dari arah pemakaman. Pesawat itu jatuh di pinggir jalan. Badannya ringkih namun sayapnya lebar, tampak tak lagi utuh. Baling-balingnya patah, beberapa bagian lain terlepas. Dua orang keluar dari badan pesawat satu tampak pincang, yang lain masih sigap berdiri. Mereka adalah Joseph Poulet, penerbang asal Prancis, dan Benoist, mekaniknya.

Kabar kecelakaan itu langsung menyebar ke Batavia lewat QEP, sistem pesan cepat semacam telegram. Harian Het Nieuws van den Dag, dalam edisi Senin, 2 Agustus 1920, menulis bahwa pesan awal menyebut Poulet dan Benoist mengalami luka serius akibat pesawat jatuh.

Rumor itu menyebar cepat, disebutkan pula bahwa pesawat hancur dan kedua awaknya kritis. Tapi keterangan itu belakangan direvisi. Setelah kantor berita Aneta menginvestigasi langsung ke lokasi, informasi yang lebih akurat pun muncul.

“Pendaratannya agak mendadak sehingga pesawat mendarat di pinggir jalan. Baling-balingnya rusak ringan Benoist tidak terluka, tetapi Poulet mengalami sedikit dislokasi pada kakinya,” tulis media itu.

“Kami menyesalkan kecelakaan itu, tetapi senang bahwa rumor tersebut mengandung sedikit kebenaran.” Poulet hanya terkilir, bukan patah tulang apalagi koma. Benoist sama sekali tidak cedera. Pesawat memang rusak, tapi bisa diperbaiki,” tulis Nieuws van den Dag.

Sehari kemudian, Bataviaasch Nieuwsblad, dalam terbitan Selasa, 3 Agustus 1920, memberi laporan lanjutan. Mereka menulis bahwa Poulet, saat hendak mendarat di lahan perusahaan Parakan Salak, salah memperkirakan medan.

“Ia mengira kemiringan jalan sebagai landasan. Ia terbang sangat rendah sehingga pesawat jatuh ke tanah dan baling-baling serta beberapa bagian kecilnya patah,” tulis harian tersebut. Penyebabnya disebut sebagai “ilusi optik akibat medan yang aneh,”.

Telegram dari Aneta juga dikutip di koran itu. Disebutkan bahwa Poulet dan Benoist dalam keadaan baik dan “sedang sibuk memperbaiki mesin.” Waktu pasti kapan pesawat dapat terbang lagi belum dapat dipastikan. Namun, perbaikan menyeluruh mungkin dilakukan di lokasi.

Jarak dari Batavia ke Parakan Salak yang mereka tempuh hanya memakan waktu 35 menit, waktu yang sangat singkat di masa itu, ketika kereta api saja bisa menempuh waktu berjam-jam dari Batavia ke Cianjur.

Joseph Poulet adalah salah satu pionir penerbangan sipil dari Prancis, yang pada awal 1920-an mencoba mencetak rekor terbang jarak jauh antar-benua. Ia dikenal sebagai petualang udara yang berani mengambil rute-rute yang belum teruji, termasuk wilayah Hindia Belanda.

Ia bukan tentara, melainkan lebih tepat disebut aviator sipil dengan semangat eksplorasi tinggi. Pesawat yang digunakannya saat itu diyakini sebagai Caudron G.3, pesawat latih dan pengintai buatan Prancis yang populer pada masa Perang Dunia I. Dibuat oleh perusahaan Caudron bersaudara, pesawat ini memiliki konfigurasi biplan (dua sayap bertingkat), mesin rotary Le Rhone 80 hp, dan kecepatan maksimal hanya 110 km/jam. Kapasitasnya hanya untuk satu pilot dan satu mekanik.

Menurut sumber-sumber sejarah penerbangan, seperti Old Rhinebeck Aerodrome dan Flight Global, Caudron G.3 dirancang sebagai pesawat ringan dengan kemampuan jangkauan sekitar 350 kilometer cukup untuk menjelajah antar-kota di pulau Jawa. Meskipun pesawat ini dikenal tangguh, ia tidak dirancang untuk manuver ekstrem atau medan yang sangat berbukit.

Spesifikasi ini cukup relevan dengan kondisi yang dihadapi Poulet di Parakan Salak, yang berada di dataran tinggi dan penuh kontur. Flight Global menyebutkan bahwa medan yang aneh dan ilusi optik sering kali menyesatkan pilot pada masa itu, terutama dengan pesawat-pesawat seperti Caudron G.3.

Siapa Poulet?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *