Kintan Juniasari warga Desa Kedawung, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang meninggal dunia usai menjalani operasi jari di RS Fikri Medika Karawang. Pihak rumah sakit angkat bicara mengenai kejadian itu.
Humas Rumah Sakit Fikri Medika Lilis menuturkan, penanganan jari Kintan tak ada proses amputasi dan operasi yang dilakukan terhadap korban.
“Sebetulnya kemarin kita sampaikan juga ke anggota Komisi IX DPR RI, bahwa sebetulnya tidak ada proses amputasi yang dilakukan, hanya proses pembenahan pada bagian jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis korban,” kata Lilis saat ditemui infoJabar, di RS Fikri Medika, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jumat (25/4/2025).
Lilis menjelaskan, mengenai bius yang dipertanyakan terhadap korban, ternyata sudah dilakukan sesuai prosedur dan telah disetujui oleh suami korban.
“Bius ini kenapa tidak bius lokal, atau bius regional, kita melakukan bius total karena proses pembenahan struktur jari ini ternyata rumit yah ini lebih dari 2 jam. Dan kenala tidak dilakukan bius regional, kita menjaga sewaktu-waktu efek bius hilang korban akan sangat kesakitan,” kata dia.
Setelah sadarnya korban dari pengaruh obat bius, hal yang umum terjadi akan mengalami pusing, mual, dan muntah, bahkan menggil, hal itu juga terjadi pada Kintan.
Sebelumnya diberitakan, seorang karyawati pabrik di Kabupaten Karawang meninggal dunia usai menjalani operasi. Karyawati itu dioperasi usai jarinya terluka saat bekerja.
Peristiwa kecelakaan kerja itu terjadi pada Sabtu (19/4) lalu. Korban yang diketahui bernama Kintan Juniasari warga Desa Kedawung itu kemudian meninggal dunia usai menjalani operasi.
Kakak korban, Engkus menjelaskan setelah mengalami kecelakaan di tempat kerjanya, adiknya lalu dirujuk ke RS Fikri Medika.
“Awalnya kecelakaan di pabrik Sabtu kemarin, kemudian pihak perusahaan mengevakuasi adik saya ke RS Fikri untuk tindakan medis, dari pihak rumah sakit memutuskan untuk melakukan tindakan operasi terhadap adik saya,” kata Engkus saat dikonfirmasi infoJabar, Kamis (24/4/2025).
Engkus mengaku heran terhadap tindakan yang dilakukan pihak rumah sakit. Sebab tindakan yang dilakukan pihak rumah sakit tanpa sepengetahuan keluarga.
“Kami sekeluarga ini heran, kenapa pihak rumah sakit mengambil langkah operasi, bahkan membius adik saya secara menyeluruh, padahal adik saya hanya mengalami luka ringan pada bagian ujung jarinya saja,” imbuhnya.
Setelah sadar dari bius pasca operasi, Engkus menceritakan, kondisi adiknya melemah. Beberapa bagian pada tubuhnya mengeluarkan darah, berbeda dengan apa yang dia alami sebelumnya.
“Dulu tangan saya pernah ketimpa palu saat kerja saya dibawa ke Puskesmas, tapi yang disuntik (dibius) hanya bagian tangan terus dijahit. Beda dengan yang dilakukan rumah sakit Fikri terhadap adik saya, kenapa dibius total, setelah dioperasi sadar dari pengaruh obat bius adik saya lemes mengeluarkan darah di hidung, telinga, dan mulut, padahal yang dioperasi hanya bagian ujung jari saja,” papar Engkus.