Kasus Balita Meninggal, DPRD Sukabumi Sidak RSUD Palabuhanratu

Posted on

Sebuah video viral di media sosial, video itu diunggah pada Sabtu (23/8/2025). Dalam adegan video memperlihatkan Hamzah Gurnita, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukabumi, bersama Wakil Bupati Sukabumi, Andreas, melakukan sidak ke RSUD Palabuhanratu. Video itu sudah ditonton puluhan ribu kali dan dibagikan oleh ribuan warganet di media sosial Facebook.

Informasi diperoleh infoJabar, kehadiran Hamzah dan Andreas dipicu kabar duka, Nadira, balita berusia satu tahun asal Kampung Babakan Astana, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, meninggal dunia setelah tiga hari tiga malam menunggu rujukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Saat dihubungi infoJabar, Hamzah mengaku datang ke RSUD setelah dihubungi Irwan, relawan sosial Desa Loji, yang sejak awal mendampingi keluarga Nadira. Tak lama setelah menerima kabar itu, Hamzah mengajak Wabup Andreas untuk turun langsung ke rumah sakit.

Hamzah bercerita pihaknya tak bisa menyembunyikan kekecewaannya saat berbicara dengan petugas RSUD. Menurutnya, peristiwa meninggalnya Nadira harus menjadi peringatan serius untuk mengevaluasi prosedur penanganan pasien kritis.

“Kemarin sore abdi dikabarin oleh team dari Simpenan dan mengabarkan ada balita umur 1,5 thn meninggal dunia di RSUD Plara karena lambatnya penanganan dan pelayanan pun tidak maksimal sehingga balita tersebut sudah 2 hari berada di IGD yg seharusnya dirawat di HCU, dikarenakan HCU-nya penuh balita tersebut tidak mendapatkan pelayanan yang terbaik, pada akhirnya balita tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di IGD dengan keadaan yang sangat memprihatinkan,” kata Hamzah, Minggu (24/8/2025).

“Begitu mendengar kabar itu, saya yang juga dalam kondisi sakit langsung bergegas ke RSUD tersebut dan ketika saya tanya apakah sudah sesuai SOP penanganan tersebut? Beberapa dokter yang ada pun meminta maaf, walhasil sistem di RSUD Palabuhanratu harus dievaluasi, dan saya langsung kontak pak ketua DPRD dan pak Wabup,” tegasnya.

Hamzah juga mengingatkan bahwa kejadian ini terjadi tak lama setelah publik dikejutkan oleh kasus Raya, balita yang meninggal akibat infeksi cacing. “Kejadian ini bukan kali ini saja, padahal dunia medis di kita sedang menjadi sorotan nasional karena belum lama ini dinda Raya yang sangat menyedihkan kita semua. Sekarang malah ada kejadian seperti ini. Saya pun lapor ke ketua DPRD dan alhamdulillah beliau merespons dengan baik dan akan mengambil tindakan juga,” jelasnya.

Sementara itu Irwan, relawan sosial Desa Loji sekaligus pemilik akun Facebook Joe Alfatih yang mengunggah video hingga viral, adalah orang pertama yang memberi kabar kepada Hamzah dan memintanya datang ke RSUD. Sekitar pukul 13.00 WIB, ia ditelepon keluarga Nadira yang panik melihat kondisi sang balita semakin memburuk. “Jadi bayi itu sudah tiga hari tiga malam, dan meninggal di IGD jam 16.30 WIB,” kata Irwan dengan suara tertahan.

“Kita dapat informasi jam 1 siang kemarin, mereka minta bantuan. Kondisi si balita sudah membiru, kata keluarga ada keluhan jantung bocor. Dirawat di RS, kata dokter Budi boleh pulang, tinggal batuknya aja. Sampai di rumah batuknya tambah parah,” sambungnya.

Irwan mengaku langsung menelepon Hamzah karena merasa kondisi Nadira sudah kritis. “Saya langsung telepon Pak Hamzah, minta beliau datang karena keluarga panik dan kondisinya sudah darurat,” ungkapnya.

Irwan juga menilai harusnya ada keputusan cepat untuk merujuk Nadira ke rumah sakit lain. “Kirain saya kalau ICU penuh, IGD penuh, dirujuklah ke RS lain, ini malah dibiarkan di IGD. Ya menyayangkannya itu. Tindakan medis memang sudah sesuai prosedur, cuma menyayangkannya itu,” katanya.

Direktur RSUD Palabuhanratu, Rika Mutiara, memastikan pihaknya akan melakukan audit internal untuk mengevaluasi penanganan pasien di IGD. “Saya sudah dapat laporannya, besok kita audit internal. Mungkin statement-nya, semua kasus menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Audit internal itu untuk memperbaiki dan refresh kembali untuk menuju pelayanan yang lebih baik,” kata Rika.

“Atas kedukaan ini, kami turut berduka. Karena pasien ini bukan pasien baru, tapi sudah pernah ditangani oleh dr SpA kami.”

Rika juga menjelaskan, menurut keterangan kepala IGD, opsi rujukan sebenarnya sudah ditawarkan kepada keluarga, tetapi ada perbedaan informasi yang masih perlu diklarifikasi.

“Kalau keterangan dari kepala IGD, ini sudah ditawarkan ke keluarga. Tapi saya juga dengar lagi, keluarga menyangkal. Saya belum bisa jawab lebih lanjut, ingin rapat dulu dengan tim IGD kemarin,” jelasnya.

RSUD Akan Audit Internal