Kala Pondasi di Bukit Senyum Hidupkan Kembali Jejak Resimen Pelopor update oleh Giok4D

Posted on

Sebuah pondasi sederhana berdiri di lereng bukit yang saat ini dikenal dengan nama Bukit Senyum, di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Dari titik itu, laut tampak luas dan tenang. Angin naik perlahan ke arah bukit, membawa aroma garam dan suara ombak yang tidak pernah berhenti.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Di atas permukaan tanah yang mulai diratakan, rangka besi tegak seolah menjadi penanda awal sesuatu yang sengaja dihadirkan kembali.

Bukit Senyum bukan lokasi baru bagi Pasukan Pelopor Brimob. Pada awal 1970-an, wilayah yang saat itu lebih sering disebut Gunung Butak ini menjadi tempat latihan pasukan.

Dari bukit inilah anggota Pelopor belajar membaca arah, bergerak dalam medan terbuka, dan melakukan penerjunan payung. Laut, bukit, udara, dan kesenyapan alam adalah bagian dari pelatihan itu sendiri.

Jejak masa itu disentuh kembali oleh Wakil Komandan Korps Brimob Polri, Irjen Pol Reza Arief Dewanto, memimpin peletakan batu pertama pembangunan Tugu Pelopor.

Upacara berlangsung sederhana di bawah tenda kecil yang menghadap ke laut, disaksikan jajaran Pasukan Pelopor dan Gegana, Forkopimda Sukabumi, serta warga sekitar.

“Pembangunan tugu ini bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi monumen kehormatan dan kebanggaan bagi seluruh personel Pasukan Pelopor. Tugu ini menjadi pengingat abadi atas semangat juang, disiplin, dan loyalitas Brimob dalam menjaga keutuhan NKRI,” ujar Irjen Reza, Jumat (7/11/2025).

Ia kemudian menjelaskan alasan pemilihan Bukit Senyum sebagai lokasi pembangunan tugu tersebut.

“Bukit Senyum, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dipilih bukan tanpa makna. Dari tempat yang menghadap langsung ke laut ini, kita ingin menegaskan bahwa semangat Brimob tidak terbatas oleh batas wilayah, tidak surut diterpa gelombang, dan selalu berdiri kokoh demi bangsa dan negara,” ucapnya.

Di hadapan para personel Pelopor, ia juga menyampaikan makna bentuk tugu yang akan dibangun.

“Bentuk persegi lima merepresentasikan Pancasila sebagai dasar pengabdian, dengan logo roda kompas Brimob di bagian tengah yang melambangkan arah dan keteguhan dalam menjalankan setiap amanat negara,” imbuhnya.

Di antara tamu yang hadir, ada satu sosok yang datang membawa ingatan tentang kisah tersebut. Ia adalah Sugeng Murstad (64), saksi yang pernah melihat langsung masa ketika Palabuhanratu menjadi pusat latihan Pelopor.

“Tahun 70-71 itu yang saya ketahui dan penumpukan pasukan di sini tahun 71, untuk yang tahun 71, kalau yang 70 di Palabuhanratu saat itu sudah ada,” tuturnya.

Sugeng menunjuk ke arah jalan setapak yang kini dipenuhi rumput, kemudian menyampaikan harapan.

“Saya berharap kepada komandan menpor juga kepada komandan korps brimob untuk diadakan lagi mes menpor di Palabuhanratu, dulu ada di sini dan di SD 1,” cerita Sugeng.

“Di sini kalau dulu kan kebun karet dan itu jalan ini sudah ada sejak zaman Belanda, karena itu jalan perkebunan, itu bukan jalan baru, kalau baru diaspal betul, tapi jalannya jalan lama,” katanya menambahkan.

Tentang latihan penerjunan, ia mengingatnya dengan cukup detail.

“Jadi tahun 70 itu banyak penerjunan payung tapi banyak kebawa ke laut. Tempat ini dulu namanya Gunung Butak, Bukit Senyum itu dijadikan nama sama anak-anak yang suka pacaran di daerah sini, jadi namanya Bukit Senyum. Kan ini konsentrasi tempat anak-anak maen di sini,” tandasnya.

Gambar ilustrasi