Kaki Gajah Renggut Mimpi Eks PMI Cirebon, Dinkes Siap Lanjutkan Perawatan

Posted on

Kasus Misri (34) seorang mantan pekerja migran Indonesia (PMI) penderita kaki gajah (filariasis) mendapatkan respons dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Edi Susanto, menjelaskan bahwa pasien tersebut memang tercatat pernah menjalani penanganan medis sejak 2014 hingga 2020. Saat itu, penanganan dilakukan berkat koordinasi antara puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten, dan juga pemerintah provinsi.

“Pasien ini sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, bahkan hasil pemeriksaannya dinyatakan negatif. Tapi, observasi tetap penting dilakukan. Apalagi belakangan ibu ini mengeluhkan kondisi lemah, agak anemis, dan kesulitan bergerak. Karena itu kami datang kembali untuk melakukan observasi,” kata Edi, Selasa (23/9/2025).

Menurutnya, bila hasil observasi menunjukkan kebutuhan perawatan lanjutan, pihaknya siap merujuk pasien ke rumah sakit.

“Kalau memang dibutuhkan, kita akan siapkan rujukan agar penanganan lebih optimal,” tambahnya.

Edi menjelaskan, filariasis atau kaki gajah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini biasanya tidak langsung terlihat, melainkan berkembang secara perlahan sejak masa anak-anak hingga dewasa.

“Bisa lima sampai sepuluh tahun setelah terinfeksi baru gejalanya muncul. Cacing masuk ke sistem limfa, kemudian menyebabkan pembengkakan. Sistem limfa ini adalah cairan yang berhubungan dengan sel getah bening, sehingga kalau fungsinya terganggu bisa membuat kekebalan tubuh menurun,” jelasnya.

Selain pembengkakan pada tungkai, penderita kaki gajah juga berisiko mengalami komplikasi lain jika tidak tertangani, seperti infeksi berulang, luka pada lipatan kulit, hingga penjamuran.

“Karena itu kami bersama puskesmas terus melakukan observasi agar kondisi pasien tidak berkembang menjadi kronis,” katanya.

Dinkes Cirebon menegaskan bahwa pihaknya tetap berkomitmen memantau perkembangan pasien dan memastikan pelayanan kesehatan tersedia.

“Kasus ini sudah ditangani sejak 2014, dan sampai sekarang masih dalam pemantauan. Kami berharap kondisi pasien bisa terjaga dengan baik dan tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut,” pungkasnya.

Sebelumnya, Misri (34) menjalani keseharian yang jauh berbeda dari masa mudanya. Dulu ia dikenal sebagai perempuan tangguh yang merantau hingga ke Bahrain untuk bekerja, kini ia hanya bisa beraktivitas terbatas di dalam rumah karena penyakit kaki gajah (filariasis) yang dideritanya.

Perjalanan panjang Misri bermula saat ia bekerja di Bahrain selama lebih dari lima tahun. Awalnya tubuhnya sehat dan ia mampu menjalankan pekerjaan dengan baik. Namun, dua tahun terakhir di sana, ia mulai merasakan keanehan. Kakinya membengkak, rasa sakit datang dan pergi, tapi ia tetap memaksakan diri bekerja.

“Kalau malam istirahat bentar, besok kerja lagi. Kalau dipakai aktivitas, kaki bengkak lagi. Akhirnya majikan bawa ke rumah sakit,” kenang Misri.

Dokter di Bahrain menyatakan penyakitnya serius. Majikan pun menyarankan agar ia pulang. Pada 2013, dengan kondisi sakit, Misri kembali ke Tanah Air. Di sana ia sempat mendapatkan obat dan kaos kaki khusus penekan pembuluh darah. Namun, seiring waktu, kaos kaki itu tidak lagi muat dipakai karena pembengkakan yang semakin parah.

Penjelasan Filariasis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *