Pembangunan jembatan gantung Sungai Citanduy, penghubung Desa Wanasigra Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis, dan Kelurahan Sukamenak Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, belum bisa dirasakan manfaatnya.
Proyek Pemerintah Pusat yang telah menghabiskan anggaran lebih dari Rp 5 miliar itu, belum bisa dilewati. Padahal jembatan gantung yang dibangun pada tahun 2023 itu, sudah terlihat kokoh dan bagus.
Namun jembatan yang representatif itu seolah hanya sekedar monumen, karena dalam 2 tahun terakhir ini tak dirasakan manfaatnya. Yang jadi masalah, Pemerintah Kota Tasikmalaya tak kunjung membangun akses jalan penghubung, dari jembatan menuju jalan kelurahan.
Pantauan infoJabar, untuk mengakses lokasi jembatan itu belum ada jalan yang bisa dilalui kendaraan atau sepeda motor. Untuk menuju jembatan, kita harus menyusuri jalan setapak menembus perkebunan warga. Jaraknya sekitar 400 atau 500 meter dengan kontur jalan yang curam.
Kondisi ini berbeda dengan wilayah Ciamis, akses jalan sudah terbuka, bisa dilalui oleh sepeda motor. Pembukaan jalan akses menuju jembatan gantung dilakukan Pemkab Ciamis beriringan dengan pembangunan jembatan.
Kondisi ini tentu saja dipertanyakan oleh sejumlah warga. Mereka berharap Pemkot Tasikmalaya segera membuka jalan akses menuju jembatan. Sehingga investasi pembangunan jembatan yang dilakukan Pemerintah Pusat bisa dirasakan manfaatnya oleh warga.
Kepala Dinas PUPR Kota Tasikmalaya, Hendra Budiman mengakui jika sampai saat ini pihaknya belum bisa membangun jalan akses ke jembatan gantung tersebut. Masalah yang dihadapi, terkait ketersediaan anggaran.
“Itu memang belum, jadi ada harus ada dua kegiatan, yang pertama pembebasan lahan dan yang kedua pembangunan jalan,” kata Hendra, Senin (14/4/2025)
Di APBD tahun 2025 ini, dua kegiatan untuk membuka akses jalan itu belum bisa dianggarkan. Tapi dia mengaku tengah mengupayakan agar kebutuhan itu bisa diakomodasi dalam perubahan anggaran.
“Kegiatan di dinas kami kan kemarin terkena efisiensi sampai Rp 50 miliar, mudah-mudahan tahun ini bisa masuk sehingga akses jalan menuju jembatan bisa dibangun,” kata Hendra.
Ketua Komisi III DPRD Kota Tasikmalaya, Anang Sapaat mengatakan Pemkot Tasikmalaya saat ini tengah berusaha untuk membuka akses jalan menuju jembatan.
Namun ada banyak kendala yang dihadapi, yang paling utama adalah kemampuan keuangan daerah yang terbatas. Sehingga di tahun 2025 ini, pembiayaan pembangunan itu belum dianggarkan.
Anang menjelaskan ada dua agenda atau dua tahap pembangunan yang harus dilakukan, yakni pembebasan lahan dan pembangunan jalan.
Untuk pembebasan lahan, kata Anang, merupakan tanggung jawab Pemkot Tasikmalaya. Saat ini sebagian warga pemilik lahan ingin agar tanahnya dibeli, tapi sebagian lain ada yang siap menghibahkan.
“Nah untuk pembebasan lahan pun ini belum masuk di APBD, karena kita belum mampu. Sampai ada warga yang siap menghibahkan, ini tentu sangat kita apresiasi,” kata Anang.
Sementara untuk pembiayaan pembangunan jalannya, Anang mengatakan saat ini Pemkot sedang mengajukan bantuan ke Pemprov Jawa Barat.
“Kalau untuk pembangunannya, usulan sudah masuk ke Pemprov Jabar,” kata Anang.
Anang mengakui pembangunan akses jalan menuju jembatan gantung ini penting dan akan memberi dampak positif bagi masyarakat, sehingga rencana ini sudah masuk program prioritas.
“Sudah masuk prioritas, ya memang penting dan akan memberi manfaat bagi masyarakat,” kata Anang.
Tokoh masyarakat Kelurahan Sukamenak, Ijang Furkon mengatakan beberapa kali pihak Pemkot Tasikmalaya meninjau ke lokasi. Namun hingga kini tak kunjung ada realisasi pembangunan atau pembukaan jalan akses menuju jembatan.
“Kebetulan saya ikut mendampingi pejabat Dinas PUTR saat meninjau lokasi, beberapa bulan lalu. Katanya untuk tahap awal, dinas akan membangun jalan dengan lebar sekitar satu meter. Yang penting akses sepeda motor dulu,” kata Ijang.
Dia berharap rencana itu bisa segera terealisasi, karena jembatan gantung bisa jadi simpul ekonomi baru yang bisa mendorong geliat ekonomi masyarakat setempat.
Sebab minat masyarakat untuk datang ke kawasan itu cukup tinggi. Banyak yang datang karena penasaran dengan konstruksi jembatan itu.
“Jadi kalau ada akses jalan, tentu bisa jadi lebih ramai,” kata Ijang.
Dudu Risana, dosen FEB Universitas Perjuangan Tasikmalaya juga menilai bahwa kawasan itu layak dikembangkan untuk pusat ekonomi baru. Modalnya tentu saja pembangunan akses jalan, agar jembatan berfungsi dan aktivitas ekonomi tumbuh.
“Kawasan ini berpotensi menarik banyak warga untuk datang dan menikmati keindahan alam. Tapi ya harus ada jalan dulu,” ujar Dudu.
Dudu berharap Pemkot Tasikmalaya menjadikan pembangunan atau pembukaan jalan akses menuju jembatan, sebagai program prioritas.
Pemkot Tasikmalaya menurut dia harus bisa mengimbangi komitmen Pemerintah Pusat yang ingin membangun konektivitas antar daerah.
“Jangan sampai seperti ini, Pemerintah Pusat sudah membangun, tapi terhambat karena Pemkot terlambat merespons. Akhirnya manfaatnya belum bisa dirasakan oleh masyarakat,” kata Dudu.
Dudu menegaskan membangun konektivitas daerah akan menunjang mobilitas masyarakat, yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat di berbagai bidang.
“Ya jelas akan besar manfaatnya, ketika antar daerah saling terhubung maka sektor ekonomi akan terbantu, belum lagi multiplier effect seperti pariwisata dan lainnya,” kata Dudu.