Jelajah Buku Langka di Lapak Buku Kebul Bandung

Posted on

Deru suara mesin kendaraan yang melintas di Jalan AH Nasution arah Bunderan Cibiru, Kota Bandung, cukup nyaring di kuping. Suaranya bikin dada berdebar, karena beradu dengan suara knalpot.

Tepat di samping Masjid Kifayatul Achyar terdapat sebuah kios yang menjual ribuan buku bacaan, nampak seorang pria sibuk merapikan tumpukan-tumpukan buku di kiosnya. Sesekali, pria berkumis tipis itu membersihkan debu di buku-buku yang sudah lama belum terjual.

Secara kasat mata, buku yang dijual di kios buku ini seperti buku pada umumnya, namun siapa sangka di kios buku yang dinamai Lapak Buku Kebul terdapat buku-buku bacaan langka yang asyik dibaca.

Bagi sebagian orang di Bandung Timur, khususnya mahasiswa hingga alumni UIN Bandung tidak akan asing ketika mendengar Lapak Buku Kebul. Sebelum berjualan di kios, dulunya Lapak Buku Kebul berjualan di selasaran Di Bawah Pohon Rindang atau DPR.

infoJabar berkesempatan berbincang dengan owner Lapak Buku Kebul Abdul Mughni. Pria berumur 35 tahun ini mengatakan, jika Lapak Buku Kebul sudah ada sejak tahun 2010.

“Sudah ada sejak 2010 di DPR dan pindah ke sini tahun 2013, pindah karena tempatnya lebih representatif dan tempat yang di DPR dipindahkan karena dulu ada pembangunan,” kata Mughni kepada infoJabar, Senin (21/7/2025).

Karena tempat semakin luas dan semakin layak, selain buku-buku langka seperti novel dan lainnya. Mughni juga mulai berjualan buku umum untuk mahasiswa. “Sejak ada toko, jualan buku umum. Dulu buku pilihan sastra dan sejarah, jarang jualan buku mata kuliah, pas pindah buku harus lebih banyak pilihannya karena jadi banyak, akhirnya buku umum kuliahan ada,” ungkapnya.

Menurut Mughni, saat ini stok buku di kiosnya mencapai 2 ribu buku. Mughni juga membenarkan, jika di tempatnya terdapat buku-buku langka. “Stok di sini lebih dari 2 ribuan. Buku-buku lama Ajip Rosidi tahun 65, tentang cerita pendek,” ujarnya.

Menariknya di Lapak Buku Kebul, mahasiswa atau pengunjung bisa datang untuk sekedar membaca tanpa membeli. Menurut Mughni hal itu sudah jadi kultur mahasiswa UIN sejak dulu. “Banyak yang baca juga, kultur dari dulu seperti itu. Ada juga yang lihat-lihat, ada,” kata pria yang juga lulusan KPI UIN Bandung itu.

“Kadang ada pesan, kalau saya tahu barang, tapi kalau enggak tahu saya lepas tangan,” tabahnya.

Disinggung terkait saat ini banyak penjual buku yang berjualan secara online, Mughni mengaku jika dirinya tak merasa tersaingi karena dia juga berjualan secara online dengan menggunakan media sosial dan marketplace.

“Tidak tersaingi karena saya juga ikut online, jualan dulu melalui website, jualan marketplace di Shopee, sekarang pakai Facebook dan Instagram. Tapi lamanya dari Facebook,” pungkasnya.