Di balik sejarah penyebaran Islam di tanah Cirebon, ada sosok perempuan sakti yang namanya masih harum hingga kini, yakni Nyi Ratu Mas Gandasari. Ia bukan sekadar tokoh spiritual, tapi juga simbol kekuatan, kecantikan, dan kebijaksanaan perempuan di zamannya.
Berasal dari Aceh, Nyi Ratu Mas Gandasari adalah anak angkat dari Mbah Kuwu Cirebon atau yang dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana, pendiri dan raja pertama Cirebon. Tak banyak yang tahu, jejak perempuan ini membentang lintas wilayah, dari barat nusantara hingga ke tanah Jawa. Bahkan, kesaktiannya disebut-sebut dikenal hingga mancanegara.
“Nyi Ratu ini dibawa dari Aceh dan diangkat jadi anak hingga dibesarkan di sini (Cirebon) oleh Mbah Kuwu Cirebon. Saat usianya besar, Nyi Ratu mengikuti jejak Mbah Kuwu Sangkan menyebarkan agama Islam,” ujar Wanda (62), salah seorang petugas Keramat Kompleks Pemakaman Nyi Mas Ratu Gandasari kepada infoTravel, Selasa 27 Februari 2018 silam.
Kini, makam Nyi Ratu Mas Gandasari menjadi salah satu destinasi religi penting di Cirebon. Berlokasi di Desa Panguragan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, kompleks pemakamannya berdiri megah di atas lahan seluas sekitar enam hektare.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Dulu, area ini dikenal sebagai Padepokan Mangkuragan, tempat Nyi Ratu memimpin sekaligus mengajarkan ilmu agama dan kehidupan spiritual kepada para santri dan pengikutnya. Suasana khusyuk dan aroma mistis masih terasa hingga hari ini.
Paras ayunya sempat mengguncang para bangsawan dan pendekar dari berbagai penjuru. Namun, bukan sembarang pria yang bisa merebut hatinya. Nyi Ratu Mas Gandasari menggelar sayembara.
“Banyak yang ikut sayembara, katanya dari 25 negara hadir. Namun, dalam sayembara itu yang menang adalah Syekh Magelung Sakti. Padahal, Syekh Magelung itu awalnya hanya menonton, ingin mencari Mbah Kuwu Cirebon,” kenang Wanda.
Siapakah sebenarnya Syekh Magelung Sakti. Ia adalah sosok kuat yang konon pernah dikalahkan oleh Mbah Kuwu Cirebon. Keikutsertaannya dalam sayembara Nyi Ratu pun berawal dari niat untuk bertemu kembali dengan sang guru, bukan mengejar cinta.
“Pernah kepotong rambutnya oleh bapak angkatnya Nyi Ratu. Syekh Magelung niatnya ketemu Mbah Kuwu, tapi di sana dia (Syekh Magelung) malah ikut sayembara dan menang,” lanjut Wanda.
Nyi Ratu Mas Gandasari dikenal memiliki selendang sakti bernama juwana. Konon, selendang ini menjadi andalan dalam setiap pertarungan dan mampu melumpuhkan lawan dengan sekejap.
“Katanya bisa melumpuhkan lawannya. Selendangnya sakti sekali, waktu sayembara juga menggunakan selendang,” tutur Wanda.
Selain selendang juwana, Nyi Ratu juga meninggalkan sejumlah peninggalan bersejarah seperti Sumur Dalem, Sumur Kejayaan, Lebak Sungsang, dan sebuah lumbung padi yang masih berdiri kokoh meski usianya ratusan tahun. Lumbung tersebut dibuat dari kayu jati tua dan terletak di belakang kompleks pemakaman.
“Sumur-sumur itu memiliki khasiat masing-masing, intinya untuk pengobatan. Tapi, utamanya kita harus yakin dengan Allah, air sumur hanya medianya,” jelas Wanda.
Sumur Dalem sendiri dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi. Sedangkan Sumur Kejayaan terletak di depan kompleks pemakaman, mudah dijangkau oleh para peziarah yang ingin merasakan keberkahan dari jejak sang ulama perempuan.
Hingga kini, kawasan ini tetap terjaga oleh masyarakat sekitar yang menghormati sosok Nyi Ratu Mas Gandasari sebagai pejuang dakwah Islam yang tangguh. Dua pohon besar di depan makamnya dipercaya sebagai saksi bisu dari sejarah panjang padepokan ini.
“Kompleks pemakaman ini dulunya padepokan, luasnya sekitar enam hektare. Makanya banyak peninggalan Nyi Ratu yang masih ada, dan Alhamdulillah masih kita jaga,” pungkas Wanda.
Artikel ini telah tayang di .