Selangkah lagi, Alvi Maulana (24) dan Tiara Angelina Saraswati (25) seharusnya menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Alvi hendak melamar Tiara yang merupakan kekasihnya.
Namun, alih-alih bahagia dan menjalani hubungan yang lebih serius, kisah pilu justru hadir. Janji melamar itu justru berakhir jadi petaka yang terjadi benar-benar di luar nalar sehat.
Nyawa Tiara berakhir di tangan Alvi yang merupakan kekasihnya. Tak sampai di situ, tubuhnya dimutilasi. Bahkan, jumlah potongannya mencapai 554 potong!
Berikut ini rangkuman kasus sadis yang dilakukan Alvi Maulana seperti dikutip dari .
Alvi dan Tiara diketahui berpacaran sekitar lima tahun. Alvi bahkan berjanji akan melamar Tiara. Namun, hubungan itu berakhir tragis. Pada Minggu (31/8) sekitar pukul 02.00 WIB, Alvi menusukkan pisau dapur ke leher kanan Tiara hingga tewas kehabisan darah.
Jasad Tiara lalu dibawa ke kamar mandi kos. Di sana, Alvi memutilasi tubuh pacarnya, memisahkan organ dan tulang, serta memotongnya menjadi ratusan bagian. Sebagian potongan jasad ia buang di semak-semak Dusun Pacet Selatan, Mojokerto.
Penemuan pertama terjadi pada Sabtu (6/9) sekitar pukul 10.30 WIB. Seorang warga, Suliswanto (30), menemukan potongan telapak kaki kiri korban. Polisi kemudian melakukan pencarian besar-besaran dengan bantuan anjing pelacak labrador milik Polda Jatim. Anjing itu menemukan potongan telapak tangan kanan, yang menjadi kunci terungkapnya identitas korban mutilasi.
Hanya dalam 14 jam, Satreskrim Polres Mojokerto berhasil menangkap Alvi di kosnya pada Minggu (7/9) sekitar pukul 01.00 WIB. Ia dilumpuhkan dengan timah panas di kedua betisnya karena melawan saat ditangkap.
Keluarga Tiara kini hanya bisa menuntut keadilan agar Alvi dihukum setimpal dengan perbuatan sadisnya.
Di mata ayahnya, Tiara yang jasadnya dibuang di Pacet, Mojokerto, dikenal sebagai anak yang mandiri dan cerdas. Gadis asal Desa Made, Kecamatan Lamongan ini bahkan lulus dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) hanya dalam 3,5 tahun dengan predikat cumlaude.
“Dia (mendiang Tiara) anak yang paling mandiri dan cerdas,” ujar sang ayah.
Sejak SMP, Tiara sudah diterima di sekolah negeri favorit di Lamongan. Ia melanjutkan ke SMA Darul Ulum, Jombang, sambil mondok di pesantren. Setelah lulus, Tiara sempat libur setahun sebelum kuliah di UTM Bangkalan, jurusan manajemen.
“Dia lulus dengan predikat cumlaude dalam waktu hanya 3,5 tahun, IPK-nya 3,75,” ungkap sang ayah.
Kematian tragis Tiara membuat keluarga benar-benar terpukul. SD mengaku pernah mengenal Alvi, pemuda asal Labuhanbatu, Sumut, karena sempat berkunjung ke rumah. Namun, ia tak menyangka Alvi tega melakukan tindakan sadis itu.
Suara SD bergetar saat menerima jenazah putrinya. Dengan mata berkaca-kaca, ia berharap Alvi dihukum berat.
“Kalau bisa dihukum setimpal karena terlalu sadis, ya semaksimal mungkin hukumannya,” tegasnya.
Selain itu, ia mengapresiasi kinerja cepat polisi. “Saya terima kasih kepada polisi karena cepat mengungkap kasus ini dan menangkap pelaku,” tandasnya.
Artikel ini telah tayang di
Kronologi Pembunuhan
Penangkapan Pelaku
Sosok Tiara di Mata Keluarga
Jerit Permintaan Keluarga
Di mata ayahnya, Tiara yang jasadnya dibuang di Pacet, Mojokerto, dikenal sebagai anak yang mandiri dan cerdas. Gadis asal Desa Made, Kecamatan Lamongan ini bahkan lulus dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) hanya dalam 3,5 tahun dengan predikat cumlaude.
“Dia (mendiang Tiara) anak yang paling mandiri dan cerdas,” ujar sang ayah.
Sejak SMP, Tiara sudah diterima di sekolah negeri favorit di Lamongan. Ia melanjutkan ke SMA Darul Ulum, Jombang, sambil mondok di pesantren. Setelah lulus, Tiara sempat libur setahun sebelum kuliah di UTM Bangkalan, jurusan manajemen.
“Dia lulus dengan predikat cumlaude dalam waktu hanya 3,5 tahun, IPK-nya 3,75,” ungkap sang ayah.
Kematian tragis Tiara membuat keluarga benar-benar terpukul. SD mengaku pernah mengenal Alvi, pemuda asal Labuhanbatu, Sumut, karena sempat berkunjung ke rumah. Namun, ia tak menyangka Alvi tega melakukan tindakan sadis itu.
Suara SD bergetar saat menerima jenazah putrinya. Dengan mata berkaca-kaca, ia berharap Alvi dihukum berat.
“Kalau bisa dihukum setimpal karena terlalu sadis, ya semaksimal mungkin hukumannya,” tegasnya.
Selain itu, ia mengapresiasi kinerja cepat polisi. “Saya terima kasih kepada polisi karena cepat mengungkap kasus ini dan menangkap pelaku,” tandasnya.
Artikel ini telah tayang di