Jam Malam Diterapkan, Satpol PP Sisir Pelajar di Sukabumi

Posted on

Pemerintah Provinsi Jawa Barat mulai menerapkan razia jam malam bagi siswa sekolah. Anak-anak usia PAUD hingga SMA sederajat wajib sudah berada di rumah maksimal pukul 21.00 WIB.

Razia perdana digelar Minggu (1/6/2025) malam di Sukabumi, melibatkan jajaran Dinas Pendidikan Jabar dan Satpol PP Kota Sukabumi. Sekretaris Dinas Pendidikan Jabar, Deden Saepul Hidayat, turun langsung memantau jalannya razia, menyusuri jalan dan mendatangi beberapa kafe yang buka 24 jam.

“Kita mulai implementasi surat edaran gubernur agar anak-anak usia sekolah jam 9 malam sudah ada di rumah,” kata Deden di lokasi.

Deden menegaskan, ini bukan soal larangan keras, tapi upaya advokasi agar anak-anak memiliki pola hidup yang sehat dan aman dari potensi kenakalan remaja.

“Banyak kejadian anak-anak larut malam berujung tawuran atau ikut geng motor. Nah, ini bentuk antisipasinya,” ungkapnya.

Namun, Deden tak menampik bahwa ada kemungkinan anak-anak akan mencoba ‘kucing-kucingan’ dengan petugas. Ia pun menanggapinya dengan santai.

“Ya pasti lah ada (kekhawatiran) yang coba-coba keluyuran. Tapi kan intinya memberi pemahaman. Kalau ada yang kucing-kucingan, ya biar Satpol PP yang kejar kucingnya,” ucapnya sambil tersenyum.

Saat ini, pendekatan masih bersifat edukatif. Namun jika ditemukan pelanggaran berulang, pihak sekolah dan orang tua siswa akan dipanggil.

“Kalau ditemukan terus menerus, kita akan hubungi kepala sekolah, guru, dan orang tua. Anak akan dibina soal kedisiplinan,” tegas Deden.

Ia menyebut program ini selaras dengan pendidikan karakter Jabar Panca Waluya yang menekankan hidup sehat (cageur), disiplin (bener), dan cerdas (pinter). “Mau bagaimana anak bisa cageur kalau tiap malam tidur larut karena main game atau keluyuran?,” tuturnya.

Kepala KCD Wilayah V Disdik Jabar, Lima Faudiamar, menambahkan bahwa surat edaran soal jam malam ini sudah disosialisasikan ke sekolah-sekolah. Ia mengakui, ada kasus di lapangan yang perlu pengecualian. Salah satunya adalah siswa yang kedapatan berjualan malam hari untuk membantu ekonomi keluarga.

“Itu kami apresiasi. Dia masih sekolah, tapi juga jadi tulang punggung keluarga. Ini beda konteksnya dan pengecualian,” ujar Lima.

Lima menyebut razia menyasar tempat-tempat yang biasa jadi titik kumpul pelajar di malam hari, seperti warung kopi atau taman kota.

“Kita lakukan preemptive strike. Titik kumpul ini yang jadi awal gerak mereka ke mana-mana, jadi harus dipantau,” ucapnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam mengingatkan anak-anak secara humanis. “Kalau lihat anak keluyuran, cukup bilang: ‘Dek, ayo pulang. Udah malam, besok belajar.’ Semua elemen masyarakat harus bantu,” tutupnya.

Sekolah dan Orang Tua Bisa Dipanggil

Ada Anak yang Keluar karena Jualan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *