Jalan Kiyai Abbas Cirebon: Dulu Sunyi, Kini Jadi Surga Kuliner

Posted on

Siapa sangka, jalan yang dulunya sunyi dan cenderung dihindari kini menjelma menjadi pusat keramaian dan keceriaan. Jalan Kiyai Abbas, yang menjadi akses utama menuju Terminal Weru, kini tampil beda lebih hidup, lebih ramai, dan lebih menggoda selera.

Upaya merelokasi ratusan pedagang dari kawasan Batik Trusmi ke Jalan Kiyai Abbas tak hanya berhasil menata kawasan menjadi lebih tertib, tetapi juga melahirkan destinasi kuliner baru yang mengundang decak kagum.

Jalan ini kini diresmikan sebagai Pusat Jajanan Kuliner Trusmi, tempat di mana aroma makanan tradisional berpadu dengan cita rasa kekinian, dan suasana malam yang penuh warna.

Sepanjang jalan, aneka kuliner berjajar rapi. Dari klepon hangat yang legit, cilok pedas yang menggoda, hingga minuman kekinian seperti boba dan kopi susu gula aren semuanya tersedia. Jalan ini tidak lagi sekadar jalur lalu lintas, tetapi menjadi tujuan wisata malam warga Cirebon dan sekitarnya.

Tak hanya soal makanan, kawasan ini menjadi ramah keluarga. Di area yang sama juga terdapat Kuliner Pasar Batik, tersedia berbagai wahana permainan anak. Tawa anak-anak yang menaiki odong-odong, bercampur dengan suara musik dari pedagang, menciptakan harmoni yang membuat siapa pun betah berlama-lama.

Uniknya, pengunjung juga bisa menikmati pengalaman menunggang kuda atau berkeliling menggunakan andong berhias lampu warna-warni, hanya dengan tarif terjangkau Rp 10 ribu untuk dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak. Saat malam tiba, suasana semakin semarak dengan kehadiran mobil listrik bercahaya yang berkeliling membawa pengunjung berburu jajanan favorit mereka.

Pun tak ketinggalan menambahkan sentuhan digital dengan menyediakan fasilitas WiFi gratis. Sebuah bonus yang membuat kawasan ini bukan hanya cocok untuk kulineran, tapi juga tempat ideal untuk bekerja atau sekadar bersantai sambil menggulir layar gawai.

Santi (28), warga Kecamatan Plumbon, mengaku senang dengan perubahan ini. Baginya, Jalan Kiyai Abbas dulunya dikenal angker karena sepinya, namun kini berubah menjadi tempat favorit bersama keluarga.

“Dulu sepi banget, takut lewat. Sekarang rame, banyak jajanan juga. Jadi enggak perlu jauh-jauh ke kota buat cari camilan,” ujarnya sambil menikmati semangkok mie ayam, Sabtu (19/7/2025).

Hal serupa dirasakan Ardi (25), seorang desainer grafis freelance yang kini rutin nongkrong di kawasan kuliner ini. Baginya, adanya WiFi gratis menjadi nilai tambah.

“Dulu nongkrongnya di pusat kota karena lebih rame dan banyak pilihan. Sekarang di sini juga lengkap, dan lebih santai. Bisa kerja sambil jajan, nyaman banget,” ungkapnya.

Kehadiran pusat jajanan ini tidak hanya mengubah wajah fisik Jalan Kiyai Abbas, tapi juga menciptakan denyut ekonomi baru. Pedagang lebih tertata, pengunjung lebih nyaman, dan yang terpenting Kabupaten Cirebon kini memiliki ikon kuliner malam baru yang tak kalah dengan kota besar lainnya.

Di setiap sudut jalan, terselip cerita tentang perubahan, semangat, dan harapan baru. Jalan Kiyai Abbas kini bukan sekadar nama di peta, tetapi titik temu rasa, budaya, dan kehidupan. Sebuah bukti bahwa penataan yang tepat bisa mengubah kesan kelam menjadi ruang yang membahagiakan.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *