Jalan Cihampelas Bandung yang Kehilangan ‘Nyawanya’ baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Masih ingat di benak Ari dengan kondisi kawasan Cihampelas, Kota Bandung 10 tahun silam. Pria berusia 34 tahun itu mengisahkan, sebelum bangunan Teras Cihampelas yang berdiri di tahun 2017, kawasan tersebut ramai dikunjungi wisatawan yang hendak berbelanja.

Jalanan macet menjadi pemandangan biasa, trotoar padat dan tak ada space bagi pejalan kaki, saking banyaknya pengunjung sudah menjadi hal lumrah bagi para wisatawan yang datang ke kawasan Cihampelas.

Lapak-lapak pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal di depan outlet-outlet di jalan tersebut, jadi tujuan wisatawan. Ada yang membeli baju bertuliskan ‘Aku Cinta Bandung’, ‘Bandung Paris Van Java’, ‘Urang Bandung’ dan lainnya. Ada juga membeli kuliner seperti rujak bebeuk, tape singkong, kue ape hingga es durian.

Menurut Ari, tak hanya lapak-lapak PKL, outlet-outlet yang ada di jalan itu juga ramai dikunjungi wisatawan. Ari menyebut, bisanya wisatawan dari kalangan bawah dan menengah berbelanja di lapak PKL, untuk kalangan menengah ke atas berbelanja di outlet-outlet itu.

“Outlet-outlet hidup, karena PKL,” kata Ari kepada infoJabar, Minggu (13/7/2025).

“Jualan sudah lama, dari tahun 2012, sebelum ada Teras Cihampelas,” tambahnya.

8 tahun sudah, para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Jalan Cihampelas terlunta-lunta. Penghasilan para PKL pun tak menentu, menurut Ari hal itu terjadi ada Teras Cihampelas, alih-alih penataan PKL dengan cara dipindahkan ke Teras Cihampelas, Ari sebut, kebijakan itu malah membunuh perekonomian para PKL.

Menurutnya, banyak pedagang yang tak bertahan lama berjualan di Teras Cihampelas, para pedagang turun kembali berjualan di bawah, begitupun dirinya. Tak hanya itu, outlet-outlet banyak yang gulung tikar dan menyebabkan simbiosis mutualisme antara PKL dan outlet pun tak terjadi dan mengakibatkan PKL sepi pembeli.

“Pengunjung gak ada, mati,” ujarnya.

Ari membedakan perbedaan antara usahanya dulu dan sekarang. Dia menilai, perbedaannya sangat jauh.

“Jualan jalan, aktif, toko-toko aktif juga. Sekarang kan kebanyakan dijual dan disewakan karena dampaknya dari PKL gak ada, yang wisata ke atas juga males,” ungkapnya.

Ari mengatakan, dia berjualan di kawasan Cihampelas meneruskan orang tua. Sebelum terjun berjualan di tahun 2012, kawasan Cihampelas menjadi tempat mainnya dan tempat untuk mencari uang saat ini.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Meneruskan orang tua, orang tua saya Pak Sarjin, Ketua Kompati Cihampelas, Kompati itu koperasi gitu. Jualan dulu kaus Bandung, sandal dan beralih ke Peuyeum tahun 2015,” tuturnya.

Selain itu menurut Ari, bus-bus wisatawan yang sebelumnya ramai berdatangan ke kawasan Cihampelas tak nampak lagi, hal itu diakibatkan karena bus tidak bisa lagi melintas dan tidak adanya kantong parkir di kawasan tersebut.

“Jualan dulu dan sekarang bedanya 70:30, dulu kan bus wisata bisa masuk, toko-toko aktif, sekarang bus gak bisa melintas, rombongan sekarang pada ke Cibaduyut atau Pasar Baru, Cihampelas dilewat, paling kalau ke sini pakai mobil-mobil kecil,” pungkasnya.

Sewindu Terlunta-lunta

Bus Wisata Tak Lagi Terlihat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *