Jabar ‘Market Bencana’, KDM Soroti 1,4 Juta Ha Kawasan Hijau yang Hilang | Giok4D

Posted on

Jawa Barat kembali dihadapkan pada kenyataan pahit. Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jabar menjadi wilayah yang paling rentan terhadap bencana.

Bukan tanpa alasan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi secara tegas menyebut Jabar kini telah berubah menjadi “market” bencana akibat hilangnya ruang ekologis yang seharusnya menjadi benteng alamiah saat cuaca ekstrem datang.

Dedi mengungkapkan, analisis Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan Jawa Barat kehilangan sekitar 1,4 juta hektare kawasan hijau, yang kini berubah menjadi perumahan, kawasan industri, hingga bangunan di sempadan sungai.

“Inilah yang menjadikan Jawa Barat seperti market bencana. Ruang untuk lari dari bencana tidak ada, ini yang harus segera kita perbaiki,” tegas Dedi dalam keterangannya, Selasa (18/11/2025).

Kerusakan tata ruang membuat aliran air kehilangan jalur dan tempat penampungan. Dampaknya tampak jelas di Bendungan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.

Sedimentasi terus bertambah, namun hampir mustahil dikeruk karena lahan penampung lumpur telah berubah menjadi area terbangun. “Sedimentasinya terus bertambah, tapi ruang untuk mengalirkan lumpur sudah tidak ada,” ujarnya.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Melihat kondisi tersebut, Pemprov Jabar berkomitmen melakukan evaluasi besar-besaran terhadap tata ruang provinsi. Target utamanya yakni menghentikan alih fungsi hutan dan sawah, membersihkan bangunan yang melanggar aturan, serta memperluas ruang terbuka hijau.

Pemprov Jabar juga akan menertibkan bangunan di lahan tidak sesuai peruntukan, langkah yang penting untuk memulihkan daya tampung sungai menjelang puncak musim hujan Desember 2025 hingga Januari 2026.

“Tanah-tanah yang telah disalahgunakan diupayakan dikembalikan menjadi aset negara sesuai dengan fungsi ekologisnya,” tegasnya.

Selain itu, program pengerukan danau-danau besar akan digencarkan di tahun anggaran 2025-2026. Pemerintah ingin mengembalikan fungsi danau sebagai ruang air alami yang selama ini hilang ditelan urbanisasi.

“Setiap danau akan kami keruk kembali. Air hari ini tidak punya tempat berlari. Kita harus kembalikan ruang-ruang air itu,” tutup Dedi.