Jabar Hari Ini: Kematian Bocah Sukabumi Usai Tubuhnya Dipenuhi Cacing

Posted on

Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Senin (18/8/2025). Dari mulai keluarga Dini di Sukabumi kecewa dengan remisi yang diberikan negara kepada Ronald Tannur hingga bocah di Sukabumi meninggal dunia usai tubuhnya dipenuhi banyak cacing.

Berikut rangkuman Jabar hari ini:

Terpidana kasus kematian Dini Sera Afriyanti, Gregorius Ronald Tannur mendapat remisi HUT ke-80 RI. Masa hukuman Ronald Tannur dipotong 90 hari. Keluarga Dini merasa kecewa dan prihatin atas hal tersebut.

Kuasa hukum keluarga Dini Dimas Yemahura mengungkapkan rasa prihatinnya atas remisi yang diterima oleh Ronald.

Apalagi, sebelumnya pihak keluarga Ronald dinilai telah mempermainkan hukum dengan menyuap tiga majelis hakim PN Surabaya hingga sempat memperoleh vonis bebas. Meski akhirnya Mahkamah Agung (MA) menganulir vonis bebas itu pada 22 Oktober 2024 dan menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara kepada Ronald.

“Saya pribadi sebagai kuasa hukum keluarga Dini merasa prihatin dengan remisi tersebut. Mengingat bagaimana hukum di Indonesia dilecehkan oleh perbuatannya. Terlebih kalau dia dapat remisi, sekarang saja keluarga tidak mendapat restitusi apalagi keadilan?,” ujar Dimas saat dihubungi infoJatim, hari ini.

Dimas menyebut hingga saat ini pihak keluarga tidak menerima restitusi sedikitpun atas kasus yang mengakibatkan tewasnya Dini.

“Keluarga tidak sama sekali dapat restitusi hingga saat ini. Bayangkan seorang buruh tani yang mencari keadilan untuk anaknya di negara hukum, harus diperlakukan demikian,” ujar Dimas.

Dia juga mempertanyakan remisi yang diberikan kepada Ronald, sementara pihak keluarga korban hingga saat ini masih belum mendapatkan keadilan.

“Apakah ini yang dinamakan negara merdeka kalau seorang pembunuh diremisi dan yang dibunuh dibiarkan nasibnya. Apakah ini namanya negara hukum?,” tukasnya.

Gregorius Ronald Tannur merupakan salah satu dari 1.555 warga binaan atau narapidana (napi) di Lapas Salemba Jakarta yang diberikan remisi HUT ke-80 RI oleh pemerintah. Remisi itu diberikan karena warga binaan berkelakuan baik, mengikuti program pembinaan dengan predikat baik, hingga dinilai menurunnya potensi risiko.

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung berhasil memadamkan api di lokasi kebakaran yang berada di di Jalan Cilentah No. 21, Burangrang, Kota Bandung, Jawa Barat, hari ini.

PLT Sekdis Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung, M. Yusuf Hidayat mengatakan, pihaknya menerima laporan pukul 10.28 WIB, beberapa menit petugas sampai di TKP namun kobaran api sudah besar.

“Dinas Pemadam Kebakaran Penyelamatan sudah berada di lokasi tidak selang lama untuk melakukan pemadaman. Nah ini karena yang terbakar barang-barang yang mudah terbakar, api mudah membesar,” kata Yusuf di lokasi kebakaran.

Yusuf mengungkapkan, objek bangunan pertama yang terbakar yakni gudang rongsokan dan merembet ke permukiman warga. Menurut Yusuf, kobaran api juga membakar rumah yang ada di seberang sungai. Dengan demikian 16 bangunan terbakar dalam kejadian ini.

“Di sini ada beberapa los ya, los kios itu kurang lebih delapan. Delapan dan di sampingnya ini karena lidah api cukup besar tadi, ada yang terkena imbas. Teman-teman lihat sendiri, itu yang terbakar 3 rumah terbakar dan 1 lagi yang terkena dampak, 4 lagi yang terkena dampak. Dan kita sedang melakukan identifikasi. Teman-teman masih fokus melakukan pemadaman dan penyelamatan,” jelasnya.

“Dan kami juga tim rescue sedang melakukan pengecekan apakah disitu ada korban atau tidak. Pengecekan dilakukan hingga benar-benar dinyatakan tidak ada korban,” tambahnya.

Dalam kejadian ini 13 mobil pemadam kebakaran di terjunkan ke TKP. Sementara untuk penyebab masih dilakukan penyelidikan,

“Kesulitan sebetulnya ini adalah jalan yang cukup pas menuju lokasi dan disini juga pada saat terjadi kebakaran ini, terpaan anginnya cukup kencang. Sehingga perambatan bangunan satu ke bangunan lainnya mudah merambat,” tuturnya.

Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, meninjau langsung lokasi kebakaran serta tempat pengungsian sementara warga. Ia menyebut terdapat puluhan kepala keluarga yang terdampak.

“Ada rumah dan rongsokan. Laporan dari Ketua RT ada 21 KK yang kena dampak, alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” kata Erwin kepada infoJabar di lokasi kejadian.

Erwin menjelaskan, Pemkot Bandung melalui Dinas Sosial sedang menyalurkan bantuan darurat.

“Sekarang saya sudah meminta Kadinsos berikan bantuan ke sini, berupa selimut, kue, makanan dan juga saya minta dinas bawa terpal untuk menampung warga,” ungkapnya.

Terkait lokasi kebakaran yang berada di bantaran sungai, Erwin menegaskan akan dilakukan pengecekan status tanah.

“Kami minta ke pak polisi untuk mem-police line dulu lokasi, jangan ada yang ngebangun kembali kami cek dulu, identifikasi dulu tanahnya tanah siapa, karena ini lokasi di bantaran sungai,” ujarnya.

Selain itu, Pemkot juga siap membantu warga yang kehilangan dokumen penting akibat kebakaran. “Bangunan sementara 8, ini masih pemadaman, lagi fokus pemadaman,” pungkas Erwin.

Kecelakaan beruntun terjadi di kawasan Pasar Tipar Gede tepatnya di Jalan Raya Tipar Gede, Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, hari ini. Dua orang dilaporkan mengalami luka akibat insiden ini.

Syarif Hidayat salah satu saksi mata mengatakan, peristiwa itu bermula saat kendaraan minibus Toyota Calya dengan nomor polisi T 1038 BT melaju dari arah Pasar Gudang menuju arah Jalan Pelabuhan II. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi kemudian menabrak sejumlah kendaraan di sebelah kanan jalan.

“Saya kan pas lagi di depan pintu Ramayana lihat pas mobilnya kencang banget itu. Dia datang dari arah Pasar Gudang ke arah Jalan Pelabuhan II. Terus langsung nanbrak ke kanan jalan,” kata Syarif di lokasi.

Mobil tersebut diduga menabrak minibus Suzuki APV serta sejumlah sepeda motor. Warga yang melihat kejadian langsung berupaya mengevakuasi korban.

“Saya parkir terus ke tempat itu, yang luka-luka sudah dibawa ke rumah sakit sama warga langsung pakai angkot. Yang luka-luka sopir Calya sama anak muda yang di motor yang ditabrak itu,” ujarnya.

Warga lainnya Iman Kurniawan mengatakan, mobil Toyota Calya tersebut menabrak sepeda motor beserta pengendaranya dari arah belakang. Dia menyebut, situasi lalu lintas saat itu sedang sepi.

“Dia nabrak motor yang lagi parkir di sini, sama motor satu lagi parkir, satu lagi jalan ditabrak dari belakang sama mobil pelaku. Yang korban terseret,” ujarnya.

Terpisah, Kanit Gakkum Satlantas Polres Sukabumi Kota, Ipda Andhika Pratistha mengatakan, kecelakaan itu diduga akibat kelalaian pengendara minibus Toyota Calya yang dikemudikan perempuan berinisial AA (55), warga Cibereum. Pengemudi diduga kurang hati-hati dan tidak konsentrasi.

“Ketika hendak menginjak pedal rem, yang diinjak justru pedal gas. Kendaraan kemudian menabrak motor Honda Beat F 5226 SAA yang dikendarai IM (25), warga Cisaat, yang melaju searah di depannya,” kata Andhika.

Benturan itu membuat motor korban terseret dan menghantam mobil Suzuki APV F 1257 SY. Tak berhenti di situ, mobil Calya juga menyerempet motor Honda Vario F 4573 OM milik RH yang sedang diparkir, hingga akhirnya menabrak kios atau warung milik IK (46), warga Kadudampit.

Akibat kecelakaan beruntun ini, semua kendaraan yang terlibat serta kios warga mengalami kerusakan. Pengemudi Calya, AA dan pengendara Honda Beat IM mengalami luka ringan. Keduanya langsung dilarikan ke RSUD R Syamsudin, SH Kota Sukabumi untuk mendapatkan perawatan medis.

“Unit Laka Lantas sudah melakukan olah TKP, mengamankan barang bukti, mencari saksi dan rekaman CCTV, serta mengecek kondisi korban di rumah sakit,” ujar Andhika.

Video berdurasi sembilan menit tentang bocah empat tahun bernama Raya yang disebut meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi ribuan cacing gelang (askariasis) viral di media sosial.

Tayangan yang diunggah akun Rumah Teduh itu kini sudah ditonton lebih dari 9,8 juta kali di Facebook. Dalam video digambarkan bagaimana Raya dirawat di ICU tanpa identitas kependudukan maupun kartu BPJS. Kondisinya disebut kritis hingga ada cacing yang keluar dari hidung, mulut, dan anus. Namun hingga saat ini pihak relawan Rumah Teduh masih sulit dikonfirmasi langsung oleh infoJabar.

infoJabar kemudian melakukan penelusuran, diketahui Raya tinggal bersama keluarganya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.

Raya tinggal bersama ayahnya Udin dan ibunya Endah serta kakak perempuannya berusia 7 tahun. Mereka tinggal di rumah semi panggung dengan dinding papan GRC.

Di lokasi, infoJabar bertemu Edah (40), kerabat korban yang pertama kali melaporkan kondisi Raya yang sakit-sakitan. Kala itu ia yang langsung menghubungi relawan Rumah Teduh.

Edah menceritakan dirinya menyaksikan langsung ketika cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari tubuh Raya tepatnya di bagian hidung. Saat itu tubuh lemah Raya terbaring di IGD .

Diketahui, memang dalam video yang viral ada adegan dimana cacing ditarik dari hidung Raya dalam kondisi hidup.

“Iya, satu dari hidung mah emang itu ada, saya lihat. Saya kira itu alat dari rumah sakit. Katanya ibu itu ada apa dari rumah sakit bukan, enggak tau katanya. Bukannya di sini enggak pasang. Eh saya mah enggak pasang kata perawat. Pas dilihat uteuk-utekan itu cacing,” jelas Edah hari ini.

Menurutnya, keluarga awalnya tidak tahu pasti penyakit Raya. Edah juga kaget saat terungkap bahwa ditemukan banyak cacing di tubuh Raya. “Cuman bilang asalnya cuman paru, kirain cuma satu cacing itu aja. Taunya banyak, saya juga dilihatin sama relawan saat mengantar jasad Raya. Katanya diliatin tuh ini hasil scan, ronsen banyak cacing, gitu doang,” ungkapnya.

Edah juga mengisahkan bagaimana Raya akhirnya dibawa ke rumah sakit. Ia yang pertama kali melapor kepada relawan Rumah Teduh karena kondisi Raya semakin parah.

“Saya masih saudara, saya yang bawa ke relawan Rumah Teduh, rumah sakit. Saya laporan ke relawan kan disuruh dibawa ke rumah sakit ke dokter anak. Dia kan enggak punya apa-apa, enggak punya KK, enggak punya BPJS. Saya coba video-in itu ke relawan, kata relawan punya BPJS gak, enggak. Udah gitu siap ke sini, dibawa lah langsung sama saya ke situ. Raya dijemput sama relawan untuk pengobatan,” ujarnya.

Terpisah, PLT Camat Kabandungan, Budi Andriana, juga angkat bicara soal kasus ini. Ia menyebut peristiwa tersebut memang terjadi di wilayahnya, tepatnya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga.

“Tadi mungkin sudah disampaikan oleh kepala desa, dari pembina desa, dari puskesmas. Sebetulnya itu terkait pola asuh, memang terkait pola asuh bukan kewenangan kami, karena terkait dengan keluarga. Mungkin tadi ketika ada kasus seperti itu, kami pun awalnya tidak tahu, alhamdulillah dengan koordinasi sebetulnya sudah berjalan,” kata Budi.

Ia mengungkap, sejak kecil Raya sudah dilaporkan memiliki kondisi keluarga yang serba terbatas.

“Terkait informasi yang diperoleh ketika usia dua bulan ada laporan, kebetulan keluarganya agak kurang (sakit mental), mohon maaf, jadi ketika dua bulan suka dibawa ke gunung mencari kayu bakar atau apa. Terus kemarin juga ketika kita ada laporan ingin melakukan rekaman terkait administrasi kependudukan itu menghilang dua hari sehingga menyulitkan kami terkait proses selanjutnya. Waktu saya terima kabar tanggal 15 Juli malam, terus tanggal 16 Juli kita perintahkan untuk membawa keluarga, beserta semuanya untuk melakukan pengecekan administrasi kependudukan. Itu menghilang dua hari, sehingga hari Senin baru bisa dilakukan,” beber Budi.

Terkait video yang beredar, Budi mengatakan sejak awal pihaknya telah melakukan berbagai upaya bersama desa dan puskesmas. Namun, ia khawatir ada pengobatan yang tidak diteruskan oleh pihak keluarga.

“Yang saya khawatirkan ketika diberi obat dari puskesmas terkait dengan cacing atau apa itu tidak diberikan. Tapi alhamdulillah dari kejadian itu menjadi pantauan kami secara berjenjang,” katanya.

Budi juga membenarkan kabar soal banyaknya cacing dalam tubuh Raya, meski ia menekankan bahwa pihaknya tidak pernah menerima bukti dokumentasi medis secara resmi.

“Betul terkait itu memang saya juga heran waktu itu. Pertama kenapa akhirnya kita tahunya, dan waktu itu juga saya minta kepada orang yang mengantarnya dari Yayasan Teduh itu coba saya minta untuk laporan dan koordinasi ke berbagai stakeholder, tetapi tidak diberikan, intinya seperti itu dengan alasan cukup dari kami dan tidak akan disebarkan,” pungkasnya.

Kecewanya Keluarga Dini Tahu Ronald Tannur Dapat Remisi HUT RI

16 Bangunan Terbakar dan 21 KK Mengungsi Akibat Kebakaran di Bandung

Calya Tabrak Warung di Sukabumi Akibat Rem ‘Ngamuk’

Malang Nasib Raya yang Meninggal Setelah Tubuhnya Dipenuhi Cacing

Kecelakaan beruntun terjadi di kawasan Pasar Tipar Gede tepatnya di Jalan Raya Tipar Gede, Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, hari ini. Dua orang dilaporkan mengalami luka akibat insiden ini.

Syarif Hidayat salah satu saksi mata mengatakan, peristiwa itu bermula saat kendaraan minibus Toyota Calya dengan nomor polisi T 1038 BT melaju dari arah Pasar Gudang menuju arah Jalan Pelabuhan II. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi kemudian menabrak sejumlah kendaraan di sebelah kanan jalan.

“Saya kan pas lagi di depan pintu Ramayana lihat pas mobilnya kencang banget itu. Dia datang dari arah Pasar Gudang ke arah Jalan Pelabuhan II. Terus langsung nanbrak ke kanan jalan,” kata Syarif di lokasi.

Mobil tersebut diduga menabrak minibus Suzuki APV serta sejumlah sepeda motor. Warga yang melihat kejadian langsung berupaya mengevakuasi korban.

“Saya parkir terus ke tempat itu, yang luka-luka sudah dibawa ke rumah sakit sama warga langsung pakai angkot. Yang luka-luka sopir Calya sama anak muda yang di motor yang ditabrak itu,” ujarnya.

Warga lainnya Iman Kurniawan mengatakan, mobil Toyota Calya tersebut menabrak sepeda motor beserta pengendaranya dari arah belakang. Dia menyebut, situasi lalu lintas saat itu sedang sepi.

“Dia nabrak motor yang lagi parkir di sini, sama motor satu lagi parkir, satu lagi jalan ditabrak dari belakang sama mobil pelaku. Yang korban terseret,” ujarnya.

Terpisah, Kanit Gakkum Satlantas Polres Sukabumi Kota, Ipda Andhika Pratistha mengatakan, kecelakaan itu diduga akibat kelalaian pengendara minibus Toyota Calya yang dikemudikan perempuan berinisial AA (55), warga Cibereum. Pengemudi diduga kurang hati-hati dan tidak konsentrasi.

“Ketika hendak menginjak pedal rem, yang diinjak justru pedal gas. Kendaraan kemudian menabrak motor Honda Beat F 5226 SAA yang dikendarai IM (25), warga Cisaat, yang melaju searah di depannya,” kata Andhika.

Benturan itu membuat motor korban terseret dan menghantam mobil Suzuki APV F 1257 SY. Tak berhenti di situ, mobil Calya juga menyerempet motor Honda Vario F 4573 OM milik RH yang sedang diparkir, hingga akhirnya menabrak kios atau warung milik IK (46), warga Kadudampit.

Akibat kecelakaan beruntun ini, semua kendaraan yang terlibat serta kios warga mengalami kerusakan. Pengemudi Calya, AA dan pengendara Honda Beat IM mengalami luka ringan. Keduanya langsung dilarikan ke RSUD R Syamsudin, SH Kota Sukabumi untuk mendapatkan perawatan medis.

“Unit Laka Lantas sudah melakukan olah TKP, mengamankan barang bukti, mencari saksi dan rekaman CCTV, serta mengecek kondisi korban di rumah sakit,” ujar Andhika.

Video berdurasi sembilan menit tentang bocah empat tahun bernama Raya yang disebut meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi ribuan cacing gelang (askariasis) viral di media sosial.

Tayangan yang diunggah akun Rumah Teduh itu kini sudah ditonton lebih dari 9,8 juta kali di Facebook. Dalam video digambarkan bagaimana Raya dirawat di ICU tanpa identitas kependudukan maupun kartu BPJS. Kondisinya disebut kritis hingga ada cacing yang keluar dari hidung, mulut, dan anus. Namun hingga saat ini pihak relawan Rumah Teduh masih sulit dikonfirmasi langsung oleh infoJabar.

infoJabar kemudian melakukan penelusuran, diketahui Raya tinggal bersama keluarganya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.

Raya tinggal bersama ayahnya Udin dan ibunya Endah serta kakak perempuannya berusia 7 tahun. Mereka tinggal di rumah semi panggung dengan dinding papan GRC.

Di lokasi, infoJabar bertemu Edah (40), kerabat korban yang pertama kali melaporkan kondisi Raya yang sakit-sakitan. Kala itu ia yang langsung menghubungi relawan Rumah Teduh.

Edah menceritakan dirinya menyaksikan langsung ketika cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari tubuh Raya tepatnya di bagian hidung. Saat itu tubuh lemah Raya terbaring di IGD .

Diketahui, memang dalam video yang viral ada adegan dimana cacing ditarik dari hidung Raya dalam kondisi hidup.

“Iya, satu dari hidung mah emang itu ada, saya lihat. Saya kira itu alat dari rumah sakit. Katanya ibu itu ada apa dari rumah sakit bukan, enggak tau katanya. Bukannya di sini enggak pasang. Eh saya mah enggak pasang kata perawat. Pas dilihat uteuk-utekan itu cacing,” jelas Edah hari ini.

Menurutnya, keluarga awalnya tidak tahu pasti penyakit Raya. Edah juga kaget saat terungkap bahwa ditemukan banyak cacing di tubuh Raya. “Cuman bilang asalnya cuman paru, kirain cuma satu cacing itu aja. Taunya banyak, saya juga dilihatin sama relawan saat mengantar jasad Raya. Katanya diliatin tuh ini hasil scan, ronsen banyak cacing, gitu doang,” ungkapnya.

Edah juga mengisahkan bagaimana Raya akhirnya dibawa ke rumah sakit. Ia yang pertama kali melapor kepada relawan Rumah Teduh karena kondisi Raya semakin parah.

“Saya masih saudara, saya yang bawa ke relawan Rumah Teduh, rumah sakit. Saya laporan ke relawan kan disuruh dibawa ke rumah sakit ke dokter anak. Dia kan enggak punya apa-apa, enggak punya KK, enggak punya BPJS. Saya coba video-in itu ke relawan, kata relawan punya BPJS gak, enggak. Udah gitu siap ke sini, dibawa lah langsung sama saya ke situ. Raya dijemput sama relawan untuk pengobatan,” ujarnya.

Terpisah, PLT Camat Kabandungan, Budi Andriana, juga angkat bicara soal kasus ini. Ia menyebut peristiwa tersebut memang terjadi di wilayahnya, tepatnya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga.

“Tadi mungkin sudah disampaikan oleh kepala desa, dari pembina desa, dari puskesmas. Sebetulnya itu terkait pola asuh, memang terkait pola asuh bukan kewenangan kami, karena terkait dengan keluarga. Mungkin tadi ketika ada kasus seperti itu, kami pun awalnya tidak tahu, alhamdulillah dengan koordinasi sebetulnya sudah berjalan,” kata Budi.

Ia mengungkap, sejak kecil Raya sudah dilaporkan memiliki kondisi keluarga yang serba terbatas.

“Terkait informasi yang diperoleh ketika usia dua bulan ada laporan, kebetulan keluarganya agak kurang (sakit mental), mohon maaf, jadi ketika dua bulan suka dibawa ke gunung mencari kayu bakar atau apa. Terus kemarin juga ketika kita ada laporan ingin melakukan rekaman terkait administrasi kependudukan itu menghilang dua hari sehingga menyulitkan kami terkait proses selanjutnya. Waktu saya terima kabar tanggal 15 Juli malam, terus tanggal 16 Juli kita perintahkan untuk membawa keluarga, beserta semuanya untuk melakukan pengecekan administrasi kependudukan. Itu menghilang dua hari, sehingga hari Senin baru bisa dilakukan,” beber Budi.

Terkait video yang beredar, Budi mengatakan sejak awal pihaknya telah melakukan berbagai upaya bersama desa dan puskesmas. Namun, ia khawatir ada pengobatan yang tidak diteruskan oleh pihak keluarga.

“Yang saya khawatirkan ketika diberi obat dari puskesmas terkait dengan cacing atau apa itu tidak diberikan. Tapi alhamdulillah dari kejadian itu menjadi pantauan kami secara berjenjang,” katanya.

Budi juga membenarkan kabar soal banyaknya cacing dalam tubuh Raya, meski ia menekankan bahwa pihaknya tidak pernah menerima bukti dokumentasi medis secara resmi.

“Betul terkait itu memang saya juga heran waktu itu. Pertama kenapa akhirnya kita tahunya, dan waktu itu juga saya minta kepada orang yang mengantarnya dari Yayasan Teduh itu coba saya minta untuk laporan dan koordinasi ke berbagai stakeholder, tetapi tidak diberikan, intinya seperti itu dengan alasan cukup dari kami dan tidak akan disebarkan,” pungkasnya.

Calya Tabrak Warung di Sukabumi Akibat Rem ‘Ngamuk’

Malang Nasib Raya yang Meninggal Setelah Tubuhnya Dipenuhi Cacing