Berbagai peristiwa menarik terjadi di Jawa Barat hari ini Selasa (3/6/2025), beberapa diantaranya memantik perhatian pembaca infoJabar. Soal bonus untuk Persib yang tak sesuai target, potensi bahaya Gunung Tangkubanparahu hingga 3 tersangka imbas longsor tambang pasir di Garut.
Berikut ringkasan berita yang dihimpun dalam Jabar Hari Ini :
Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Herman Suryatman menyerahkan bonus senilai Rp356 juta kepada Persib Bandung sebagai bentuk apresiasi atas gelar juara Liga 1 2024/2025. Bonus tersebut berasal dari hasil patungan aparatur sipil negara (ASN) Pemprov Jabar. Namun angka itu masih jauh dari target awal Rp1 miliar yang sempat diminta Gubernur Dedi Mulyadi.
“Sesuai dengan komitmen dari Pak Gubernur dan tentu jajaran ASN Pemprov Jabar tempo hari, Pak Gubernur sudah memberikan bonus untuk Persib, dan kini kami mewakili ASN Pemprov Jabar akan menyerahkan secara simbolis ada di tabungan BJB, hasil patungan sekali lagi hasil patungan dari ASN Pemrov Jabar,” kata Herman, Selasa (3/6/2025).
“Alhamdulillah, sampai hari ini terkumpul Rp. 356.525 hasil patungan ASN. Memang tidak besar, tapi ini ikhtiar maksimal dari kami, sebagai bentuk bahwa kami bobotoh Persib,” lanjutnya.
Herman mengakui, jumlah itu di bawah apa yang sempat ditargetkan di awal. Meski begitu, dia menyebut, bonus yang diberikan diharapkan dapat memberi motivasi bagi Persib untuk terus berprestasi.
“Mudah-mudahan, meskipun terbatas bisa memberikan motivasi untuk Persib tercinta. Ini bentuk rasa memiliki dari kami ASN Pemprov Jabar,” ujarnya.
Herman juga menegaskan, bonus yang terkumpul bukan berasal dari APBD, melainkan dari uang pribadi masing-masing ASN.
“Perlu digarisbawahi, sebagaimana arahan Pak Gubernur, sumbangan atau support tidak boleh dari kedinasan. Demi Allah bahkan, ini adalah menyisihkan dari gaji TPP kami, Insya Allah halal bagi Persib,” tegas Herman.
Sementara Head Of Operational Tim Persib, Irfan Suryadiredja menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang diberikan Pemprov Jabar kepada Persib Bandung.
“Insya Allah ini akan kami sampaikan kepada pemain dan kami mewakili manajemen Persib menyampaikan atas kepedulian Pemprov Jabar, mohon doanya kami akan melanjutkan di Liga selanjutnya, semoga mendapat hasil maksimal,” singkatnya.
Sebelumnya, Gubernur Dedi Mulyadi menepati janji memberikan bonus kepada Persib Bandung dengan menyiapkan uang sebesar Rp 2 miliar. Dedi Mulyadi mengaku merogoh kocek Rp 1 miliar untuk bonus tersebut yang berasal dari tabungan pribadinya Rp 800 juta dan dari hasil penjualan 4 sapi senilai Rp 200 juta.
“Udah bonus, uangnya jelas. Tadi saya ngambil tabungan saya Rp 800 juta, kemudian saya jual-jual sapi saya, laku sapi saya Rp 50 juta kali empat, Rp 200 juta, halal,” katanya, Senin (26/5/2025).
Sedangkan sisa Rp 1 miliar, Dedi Mulyadi mengatakan bahwa dana itu nanti akan berasal dari para pejabat teras Pemprov Jabar yang dikoordinir Sekda Herman Suryatman.
“(Sisanya) Oh itu tanya ke Sekda. Tetapi juga saya wanti-wanti sama Sekda tidak boleh melanggar. Kalau melanggar, lebih baik enggak usah (iuran untuk bonus Persib),” ucapnya.
Selain itu, Dedi Mulyadi mengklaim tidak mewajibkan iuran bagi para ASN untuk bonus pemain Persib. Ia pun menggambarkan jika ASN ingin memberikan kadeudeuh, uang itu bisa bersumber dari tunjangan pejabat yang diperoleh masing-masing.
“Enggak juga, saya tanya ke Sekda, itu kan Sekda yang terjemahkan, nyumbangnya harus uang pribadi, tidak boleh uang APBD,” ucapnya.
“Misalnya begini, (ASN) dapat tunjangan, kemudian karena cinta Persib, tunjangannya disumbangkan. Tapi sukarela, enggak boleh ada paksaan,” tuturnya.
Badan Geologi membeberkan kondisi terkini di Gunung Tangkubanparahu. Masyarakat pun diimbau tidak mendekat ke dasar kawah dan tak berlama-lama di kawasan gunung api tersebut.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid membeberkan, saat ini, kondisi Gunung Tangkubanparahu memang masih dalam status level I atau normal semenjak erupsi terakhir pada 2019 silam. Tapi kemudian, Badan Geologi mencatat rekaman kegempaan hembusan pada 30 Mei-2 Juni 2025 yang berkisar antara 21-37 kejadian dan gempa dengan low frekuensi mencapai 134 kejadian.
Ditambah, saat ini curah hujan di sekitar wilayah Gunung Tangkubanparahu masih tinggi. Badan Geologi menyatakan, sifat erupsi Gunung Tangkubanparahu lebih didominasi erupsi freatik akibat perambatan/propagasi panas magma melewati batuan/material vulkanik penyusun tubuh gunung api dan kemudian memanasi sistem air tanah di dalam tubuh gunung api.
“Pada kondisi tersebut air dapat mengalami pemanasan yang ekstrim (super heating), menghasilkan uap dengan tekanan sangat tinggi, dan akhirnya terjadi erupsi freatik,” kata Wafid dalam keterangannya, Selasa (3/6/2025).
Badan Geologi pun memberikan rekomendasi atas kondisi ini. Wafid mengatakan, perlu diwaspadai potensi bahaya berupa erupsi freatik, yaitu erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang jelas atau signifikan. Erupsi freatik ini pun jika terjadi bisa dertai hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah.
“Dalam tingkat aktivitas Level I (Normal) ini direkomendasikan agar masyarakat dan pengunjung/wisatawan: (a) tidak mendekat ke dasar kawah, tidak berlama-lama dan tidak menginap di area kawasan kawah-kawah aktif yang berada di Gunung Tangkubanparahu. (b) segera menjauhi meninggalkan area sekitar kawah jika teramati peningkatan intensitas/ketebalan asap kawah dan/atau jika tercium bau gas yang menyengat guna menghindari potensi bahaya paparan gas beracun maupun erupsi freatik,” ungkapnya.
Badan Geologi pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan isu-isu mengenai kondisi Gunung Tangkubanparahu. Pihaknya meminta supaya warga memantau langsung kondisi gunung api itu melalui aplikasi resmi seperti MAGMA Indonesia.
“Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunungapi Tangkubanparahu di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
Evaluasi tingkat aktivitas Gunungapi Tangkubanparahu akan dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan signifikan. Masyarakat diharapkan tetap tenang, waspada, serta mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan bersama,” pungkasnya.
Polisi menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam kasus penambangan pasir ilegal di Garut. Mereka ditetapkan sebagai tersangka setelah tambang pasir tersebut longsor dan merenggut nyawa seorang warga.
Menurut Kasat Reskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin, penetapan tersangka dilakukan setelah pihaknya melakukan penyelidikan mendalam terkait kasus tersebut.
Hasil dari penyelidikan diketahui, jika tambang pasir tersebut ilegal dan berada di atas lahan milik Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA).
“Kami juga sempat memeriksa pihak BKSDA,” ucap Joko, Selasa, (3/6/2025).
Ketiga orang tersangka antara lain AN (18), SA (41) dan FI (44). Mereka masing-masing bertindak sebagai penambang pasir, sopir truk dan pemilik kendaraan. Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penambangan ilegal.
“Kami juga menahan truk yang ada di lokasi kejadian dan juga sempat tertimpa material batu dan pasir,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, seorang penambang pasir bernama Hendi Suhendi tewas usai tambang galian pasir yang berlokasi di kaki Gunung Guntur, Tarogong Kaler, Garut mengalami longsor, pada Senin, (26/5) pagi lalu.
Longsor terjadi seketika, kala sejumlah warga sedang melakukan aktivitas penambangan ilegal di lokasi. Material berupa baru dan pasir yang jatuh dari atas tebing menimpa tubuh Hendi dan truk pengangkut pasir yang ada di sana.
“Saat kejadian korban sedang melakukan kegiatan penambangan. Tidak sempat menyelamatkan diri,” katanya.
Jasad lelaki berumur 53 tahun itu kemudian berhasil dievakuasi setelah personel SAR gabungan turun tangan. Korban saat itu langsung dibawa ke RSUD dr. Slamet Garut untuk diperiksa.
Forum Komunikasi Sekolah Swasta (FKSS) Jawa Barat menanggapi kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang menetapkan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB mulai tahun ajaran 2025/2026. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 58/PK.03/DISDIK tertanggal 28 Mei 2025 tentang Jam Efektif pada Satuan Pendidikan di Provinsi Jawa Barat.
Ketua Umum FKSS Jabar, Ade D. Hendriana menilai, meskipun kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan disiplin dan efektivitas pembelajaran, penerapannya perlu dikaji secara menyeluruh dari berbagai aspek.
“Secara teori, masuk lebih pagi memang bisa meningkatkan kedisiplinan, membuat siswa lebih fokus karena kondisi tubuh masih segar, bahkan bisa mengurangi kemacetan. Namun secara biologis dan sosial, ini kebijakan yang cukup berat bagi anak-anak,” ujar Ade, Selasa (3/6/2025).
FKSS Jabar menyoroti dampak negatif dari kebijakan ini terhadap kesehatan dan kesejahteraan peserta didik, seperti kurangnya waktu tidur, meningkatnya risiko perjalanan di pagi buta, serta berkurangnya waktu untuk sarapan dan berolahraga.
Bahkan menurutnya, siswa yang jarak rumahnya jauh dari sekolah akan merasakan dampak paling besar dari kebijakan tersebut.
“Bisa jadi mereka harus berangkat sejak pukul 04.00 WIB. Ini tentu mengganggu waktu istirahat dan juga ibadah seperti salat Subuh. Belum lagi kondisi jalanan di beberapa pelosok yang masih gelap dan membahayakan, apalagi jika infrastruktur seperti jembatan masih rusak,” jelasnya.
FKSS juga meminta adanya koordinasi lintas sektor, terutama dengan Dinas Perhubungan, karena sebagian besar angkutan umum di daerah baru mulai beroperasi pukul 06.00 WIB.
“Jika jam sekolah dimajukan, maka moda transportasi juga harus beradaptasi. Tidak semua peserta didik bisa berjalan kaki ke sekolah,” tuturnya.
Persoalan teknis lain juga disorot, termasuk keterbatasan ruang kelas pada satuan pendidikan yang berada dalam naungan yayasan yang sama, serta persoalan sanitasi.
“Keluarga yang memiliki lebih dari satu anak usia sekolah pasti akan kerepotan. Kamar mandi jadi rebutan sejak dini hari,” ujar Ade.
FKSS Jabar menyatakan, bahwa tidak semua sekolah swasta di Jawa Barat akan bisa melaksanakan kebijakan ini secara langsung. Karenanya Ade meminta pemerintah membuka ruang diskusi dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan sebelum kebijakan ini diberlakukan secara menyeluruh.
“Pasti ada sekolah yang karena alasan teknis atau geografis tidak bisa menerapkan SE ini sepenuhnya. Mereka tentu akan melaporkan kondisinya ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui cabang dinas masing-masing,” terangnya.
Seorang lansia bernama Cucu Cahyati (60), warga Dusun Citengah, Desa Sukamulya, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, ditemukan tewas di jurang sedalam 10 meter dekat area pemakaman, Selasa (3/6/2025). Sebelumnya Nenek Cucu Cahyati dikabarkan hilang tiga hari sejak Minggu (1/6/2025).
Sejak dikabarkan hilang, keluarga bersama warga, TNI-Polri dan aparat pemerintah setempat melakukan pencarian.
Hilangnya Nenek Cucu awalnya diketahui oleh Mimim (47) dan ibunya. Pada Minggu pagi seperti biasa akan mengantarkan nasi kering untuk dibuat opak ke rumah Cucu. Namun saat itu kondisi rumahnya dalam keadaan digembok.
“Dikira sedang ke bawah lagi cuci baju di selokan. Padahal biasanya kalau pagi sudah masak. Tapi hari Minggu itu tidak ada, sampai Dzuhur dan sampai akhirnya ditemukan meninggal dunia hari ini,” ujar Mimin saat ditemui di rumahnya yang bersebelahan dengan rumah korban.
Mimin menjelaskan, setelah diketahui hilang, keluarga bersama warga dan pemerintah melakukan pencarian namun tidak ada hasil. Menurut Mimin, warga ingin mencoba mencari korban di rumah yang ada di depannya yang biasa ditempati Cucunya bernama Salman (19).
Alasannya, ada informasi yang beredar Salman mengaku, kepada ibunya yang ada di Taiwan telah membunuh Cucu Cahyati (neneknya). Kecurigaan warga pun menjadi-jadi karena Salman tidak memberikan kunci rumahnya ketika diminta untuk dibuka.
“Jadi Salman menghubungi ibunya di Taiwan katanya membunuh bi Cucu disembunyikan di Petir tapi tidak diketemukan. Warga dan keluarganya mendobrak pintu rumah itu tapi tidak ditemukan, yang ditemukan hanya bercak darah di dekat bangku kasur sudah hampir kering,” jelasnya.
Pada Selasa (3/6/2025), Dipimpin Kapolres Ciamis AKBP Akmal, aparat gabungan kembali melanjutkan pencarian dengan menyusuri sekitar lokasi yang diduga tempat kejadian dugaan pembunuhan. Berjalan 15 menit pencarian, salah satu warga akhirnya menemukan jasad korban di jurang 10 meter mengangkut di bagian bawah pohon. Lokasi antara rumah korban dengan tempat penemuan sekitar 200 meter.
Korban kemudian dievakuasi menggunakan ambulans Dokkes Polres Ciamis lalu dibawa ke RSUD Banjar untuk dilakukan autopsi. Sedangkan untuk terduga pelaku masih dalam pengejaran pihak kepolisian.
Perburuan Pelaku
Kapolres Ciamis AKBP Akmal menjelaskan, pada Minggu siang, tetangga korban melaporkan Cucu Cahyati tidak terlihat di rumahnya dan tidak diketahui keberadaannya. Karena sudah lanjut usia dan dikenal dekat dengan warga sekitar, warga pun merasa curiga dengan hilangnya korban.
“Warga bersama aparat desa dan petugas Polsek melakukan pencarian dengan mengecek rumah korban, namun tidak ditemukan,” ujar AKBP Akmal di lokasi kejadian, Selasa (3/6/2025).
Pencarian pun berlanjut ke rumah cucu korban yang lokasinya di depan kediaman sang nenek. Di lokasi tersebut, warga dan aparat menemukan indikasi adanya tindak pidana, yaitu adanya bercak darah di dalam rumah.
“Setelah kami pastikan bercak tersebut adalah darah manusia, kami langsung melakukan olah TKP secara menyeluruh. Berdasarkan temuan dan hasil komunikas terduga pelaku dengan orang tuanya, kami simpulkan dugaan pelakunya adalah cucu korban sendiri,” ujarnya.
Petugas kemudian memperluas penyisiran lokasi, dan menemukan beberapa barang bukti seperti selimut korban serta jaket milik terduga pelaku. Pencarian sempat dihentikan pada Senin malam karena kondisi medan yang tidak memungkinkan.
“Pagi hari ini, tim kami bergerak kembali sejak pukul 08.00 WIB dengan metode pencarian spiral dari lokasi terakhir yang dicurigai. Sekitar pukul 08.45 WIB, korban berhasil ditemukan di pinggir jurang sedalam 10 meter,” kata Akmal.
Korban ditemukan dalam kondisi terbuka dengan pakaian yang masih dikenakan sejak dinyatakan hilang. Jasadnya sudah dikerubungi semut dan diperkirakan telah meninggal sekitar tiga hari. Di tubuh korban secara kasat mata ditemukan adanya dugaan kekerasan benda tumpul.
“Berdasarkan ciri-ciri fisik yang kami temukan di tubuh korban, terlihat adanya luka dugaan kekerasan benda tumpul pada bagian punggung, lengan, dan kepala,” tambahnya.
Terkait terduga pelaku, polisi menyatakan sudah melakukan pengejaran sejak Minggu malam. Identitas terduga pelaku sudah diketahui yakni cucu korban.
“Terduga pelaku dengan korban memiliki kekerabatan, adalah cucu dari korban. Saat ini masih dalam pengejaran, terakhir saksi melihat di TKP ini Sabtu malam Minggu. Kami mohon doa dari masyarakat agar pelaku segera dapat kami amankan secepatnya,” pungkasnya.