Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menghantam dunia ketenagakerjaan Indonesia. Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatatkan, hingga Februari 2025, sebanyak 18.160 tenaga kerja di 15 provinsi kehilangan pekerjaannya. Jumlah tersebut melonjak drastis dibanding Januari 2025 yang mencatatkan 3.325 kasus PHK.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa kondisi ekonomi yang kurang stabil mendorong perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran demi kelangsungan usaha.
Dikutip dari , Business Transformation Advisor dari Stanford Graduate School of Business, Audi Lumbantoruan, perusahaan tentu akan memprioritaskan individu-individu yang bisa mendukung keberlanjutan bisnis. Maka, penting bagi para karyawan untuk mempertanyakan nilai dan kontribusinya terhadap perusahaan.
“Sebagai karyawan, prinsip atau pertanyaannya adalah apakah kita memang masih layak bekerja di sana? Pertanyaan itu mendorong bagaimana kita masih bisa berkontribusi kepada perusahaan. Karena perusahaan akan sangat selektif memilih orang-orang mana saja yang masih dipertahankan,” ujar Audi kepada infocom, Rabu (7/5/2025).
Ia menekankan bahwa perusahaan akan fokus mempertahankan pekerja yang mampu menunjang pertumbuhan bisnis.
“Perusahaan itu bukan yayasan, yang mereka cari adalah profitability. Jadi, mereka akan cari orang-orang yang bisa bantu pertumbuhan atau perusahaan bisa tetap untung. Karena perusahaan juga tahu bahwa situasi susah, kompetisi lagi sangat tajam, akhirnya mereka harus berbenah,” lanjutnya.
Lalu, bagaimana jika seseorang sudah terkena PHK? Audi memberikan panduan agar tetap bisa kembali masuk ke dunia kerja. Langkah pertama adalah membangun mental positif dan proaktif dalam mencari informasi. Menurutnya, ada banyak peluang yang bisa dijangkau lewat platform pencari kerja hingga jaringan pribadi.
“Sebenarnya banyak peluang atau portal untuk mencari pekerjaan di luar sana, bukan hanya di Indonesia. Lalu, kontak kembali beberapa alumni, mantan rekan kerja, atau senior yang dulu pernah kita kenal. Jangan malu meminta tolong, jangan malu mengakui keadaan bahwa saya membutuhkan bantuan anda. Semangat itu harus dibangun,” tegas Audi.
Lebih lanjut, ia menyarankan agar pencari kerja memiliki target harian dalam melamar pekerjaan. Membenahi CV dan aktif bertanya juga menjadi bagian penting dari proses ini.
“Buat target, rapikan kembali CV (curriculum vitae), ada berapa pekerjaan yang saya lamar hari ini? Apa yang bisa saya lakukan dan saya cari, yang bisa saya tanya mungkin dari orang terdekat seperti saudara atau teman,” pungkasnya.
Tak hanya untuk pencari kerja baru, bagi mereka yang masih aktif bekerja, Audi mengingatkan pentingnya memberikan kontribusi nyata agar tetap dipertahankan di tengah badai PHK.
“Kita bekerja untuk memberikan solusi, bukan menambah masalah. Prinsip sederhananya, kita hadir untuk membawa solusi dan kontribusi. Kalau sudah sampai dieksploitasi perusahaan, itu sudah salah. Berarti tidak ada mutual respect antara pekerja dengan pemberi kerja,” ucapnya.
Audi menutup dengan pesan bahwa kerja tim antara atasan dan bawahan menjadi kunci, serta evaluasi kinerja harus dilakukan secara objektif agar karyawan tetap menjadi bagian yang layak dipertahankan.
“Karena kita kalau bekerja, atasan dan bawahan itu satu tim. Agar kita dipertimbangkan oleh perusahaan, sudah sejauh mana kita bekerja? Apakah sudah sesuai dengan jobdesc-nya? Atau saya bisa kontribusikan lagi? Apa yang kita bisa berikan agar akhirnya bisa menjadi talent yang dipertimbangkan perusahaan,” jelasnya.
Artikel ini telah tayang di