Ilmuwan Italia Ditemukan Tewas di Kolombia, Penyelidikan Intensif Dilakukan

Posted on

Seorang ilmuwan asal Italia, Alessandro Coatti, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di kota pesisir Santa Marta, Kolombia. Penemuan jasad Coatti yang dimutilasi menggemparkan publik dan memicu penyelidikan intensif oleh pihak berwenang setempat.

Polisi Kolombia menyatakan bahwa bagian-bagian tubuh korban ditemukan di tiga lokasi berbeda di sekitar Santa Marta. Salah satu petunjuk utama identitas korban adalah gelang yang dikenakan, yang dikonfirmasi milik Coatti, seorang ahli biologi berusia 38 tahun yang baru memulai perjalanan risetnya di Amerika Selatan.

Menurut penyelidikan awal, Coatti menginap di sebuah hostel dan terakhir diketahui bepergian ke kawasan pesisir Taman Nasional Tayrona pada 5 April 2025. Namun, hingga kini, belum ada kepastian mengenai penyebab kematian maupun pelaku dari kejahatan brutal tersebut.

“Saat ini tidak ada rincian lebih lanjut tentang apa yang terjadi. Hal itu sedang diselidiki. Belum diketahui apa yang terjadi atau di mana,” ujar pernyataan dari kantor kejaksaan Kolombia.

Wali Kota Santa Marta, Carlos Pinedo Cuello, menyebut kasus ini sebagai pembunuhan dan berjanji menuntaskan penyelidikan untuk menangkap pelaku. Pemerintah kota bahkan menawarkan hadiah sebesar USD 11.300 bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi yang membantu mengungkap kasus ini.

Dikutip dari CNN, Sabtu (12/4/2025), Kementerian Luar Negeri Italia telah memberikan bantuan kepada keluarga korban. Polisi Italia juga bekerja sama erat dengan aparat penegak hukum Kolombia dalam menangani kasus ini.

Coatti diketahui sempat bekerja di Royal Society of Biology (RSB) di London selama delapan tahun sebelum memutuskan untuk mengundurkan diri pada tahun 2024 guna melakukan perjalanan ilmiah ke Amerika Selatan. Dalam pernyataannya, RSB mengenang Coatti sebagai ilmuwan berdedikasi tinggi dan pribadi yang dicintai banyak orang.

“Ale lucu, hangat, cerdas, dicintai semua orang yang bekerja dengannya, dan akan sangat dirindukan oleh semua orang yang mengenal dan bekerja dengannya. Pikiran dan harapan terbaik kami menyertai teman-teman dan keluarganya pada saat yang benar-benar mengerikan ini,” tulis pernyataan resmi RSB.

Coatti sebelumnya telah mengunjungi Peru, Bolivia, dan Ekuador, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan seorang diri ke Kolombia. Jaksa Agung Roma, Francesco Lo Voi, mengonfirmasi bahwa kunjungan itu merupakan bagian dari penelitiannya di kawasan Amerika Selatan.

Pihak berwenang menduga bahwa kematian Coatti kemungkinan terkait aktivitas kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah tersebut. Ada spekulasi bahwa ia menjadi korban salah sasaran dari aksi kekerasan yang kerap terjadi di daerah itu. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kasus mutilasi bukan pertama kali terjadi di kawasan tersebut.

Kasus ini memunculkan keprihatinan internasional terkait keamanan wisatawan asing dan ilmuwan yang melakukan riset di wilayah-wilayah rawan konflik. Penyelidikan terus dilakukan, sementara publik menantikan keadilan bagi Coatti dan keluarganya.

Artikel ini telah tayang di .