Rekomendasi geologi kerap menjadi fondasi penentuan lokasi permukiman, pembangunan infrastruktur, hingga kebijakan tata ruang. Namun di balik setiap rekomendasi tersebut, terdapat proses panjang berbasis data dan pengujian ilmiah.
Inilah yang coba dibuka ke publik oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Forum Konsultasi Publik (FKP) 2025 yang digelar pada 18 Desember 2025.
Melalui forum ini, Badan Geologi khususnya Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) mengajak masyarakat melihat lebih dekat bagaimana rekomendasi geologi disusun, bukan dari perkiraan, melainkan dari hasil uji laboratorium.
“Hari ini kita dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi melakukan konsultasi publik terkait dengan fasilitas laboratorium kita,” ujar Kepala PATGTL, Agus Cahyono Adi.
PATGTL saat ini mengoperasikan tiga laboratorium utama, yakni laboratorium air tanah, mekanika tanah, dan geofisika. Ketiganya menjadi tulang punggung analisis dalam pengelolaan lingkungan dan mitigasi risiko geologi.
“Jadi laboratorium kita itu ada tiga. Yang pertama laboratorium air tanah, kemudian laboratorium mekanika tanah, dan yang ketiga laboratorium geofisika,” kata Agus.
Menurutnya, peran laboratorium ini krusial untuk memastikan pengelolaan sumber daya alam dan penataan wilayah dilakukan secara tepat. Rekomendasi tersebut menentukan wilayah mana yang layak dikembangkan dan mana yang harus dilindungi.
“Laboratorium-laboratorium ini memiliki tugas dan fungsi dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan untuk memberikan pengujian-pengujian, bagaimana pengelolaan air yang baik, dan juga memberikan rekomendasi terkait geologi tata lingkungan,” ujarnya.
“Untuk wilayah-wilayah mana yang layak sebagai wilayah produktif untuk permukiman dan wilayah mana yang harus dikonservasi dan dilindungi sesuai dengan kondisi geologinya,” lanjut Agus.
Ia menegaskan, laboratorium PATGTL bukan fasilitas baru, melainkan telah lama beroperasi dan kini dimodernisasi. “Sudah cukup lama, namun dengan perkembangan waktu kita lakukan modernisasi. Modernisasi alat dan juga modernisasi metode serta sistemnya,” ucapnya.
Modernisasi tersebut berjalan beriringan dengan proses akreditasi yang ketat. Saat ini, laboratorium PATGTL berada pada tahap akhir penilaian oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). “Kita sedang dalam proses finalisasi akreditasi, sehingga hasil laboratorium kita itu lebih diakui,” kata Agus.
Dalam praktiknya, PATGTL menggunakan teknologi canggih untuk memastikan akurasi data. “Kita punya alat isotop untuk melihat bagaimana DNA dari air, dari mana asal air tersebut, umurnya berapa, dan berasal dari mana,” ujarnya.
Sementara itu, laboratorium geofisika digunakan untuk menguji kekuatan tanah dan batuan. Dari sana, potensi bencana bisa dipetakan.
“Dari situ kita bisa melakukan rekomendasi, seperti wilayah yang rentan terhadap likuifaksi dan gerakan tanah. Juga untuk memberikan masukan terhadap infrastruktur, seperti jalan raya dan pengembangan wilayah,” kata Agus.
Forum ini juga menyinggung isu perubahan tarif layanan laboratorium. Namun Agus menekankan, penyesuaian tarif hanyalah konsekuensi dari peningkatan standar layanan. Namun yang lebih penting adalah membangun kepercayaan publik terhadap kualitas hasil uji laboratorium.
“Ini juga terkait dengan KemenPAN-RB dan masyarakat mengenai pengujian-pengujian, bahwa laboratorium kita ini sudah sesuai dengan standar. Jadi hasilnya tidak perlu diragukan,” katanya.
Proses akreditasi laboratorium, lanjut Agus, membutuhkan waktu karena menilai seluruh rantai kerja. Ia menyebut, proses ini melibatkan pemerintah, lembaga swasta, dan praktisi. Jika sesuai prosedur, akreditasi ditargetkan rampung dalam waktu dekat.
“Mereka melihat alat kita, perawatannya, operatornya, sertifikasi dan kompetensi SDM-nya, serta bagaimana pengelolaan sampel mulai dari diterima hingga pengujian. Kalau sesuai prosedur, sekitar dua sampai tiga bulan lagi. Saat ini sudah pada tahap akhir,” pungkas Agus.







