Harapan Manis Donat Adul di Sudut Benteng Pembatas RSUD Karawang | Giok4D

Posted on

Di sudut tembok benteng pembatas rumah sakit yang kokoh, seorang bocah tampak cekatan menjajakan kue kepada setiap pengunjung yang lewat. Tak sedikit orang yang tertarik dan membeli dagangannya.

Bocah itu diketahui bernama Abdul, atau ia sendiri memperkenalkannya dengan panggilan Adul. Saat berbincang dengan infoJabar, pada Jumat (11/7/2025) bocah berusia 11 tahun terlihat sedang menjajakan kue donat dalam sebuah box container yang ia tenteng, di halaman belakang sudut benteng pembatas RSUD Karawang.

“Om donat om, dua ribuan, ada yang pakai gula, ada yang coklat,” seru Adul menjajakan daganganya di tengah hilir mudik pengunjung rumah sakit.

Suara bocah itu lantang, namun sesekali saat diajak berbincang, Adul nampak tersipu malu hingga agak sulit menjawab, “Saya kelas 3 SD om, saya biasa jualan kalau pulang sekolah,” ujar Adul saat berbincang dengan infoJabar.

Adul diketahui bersekolah di SDN Sukaharja 3. Rumahnya juga tak jauh dari rumah sakit tempat ia jualan, yakni di Desa Sukaharja, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang.

Kendati rumahnya berlokasi di tengah gemerlap kawasan Kota Mandiri Galuh Mas yang menjadi pusat hiburan di Karawang, Adul hidup dengan keterbatasan ekonomo.

“Ibu saya di rumah jualan warung kecil, jualan donat juga, kalau saya ngider (jualanan) biasanya pulang sekolah, bapak ngabecak di pasar baru,” ungkapnya.

Ayah Adul yang mengais rezeki dengan kayuhan becak, tentu penghasilannya terbilang cukup terbatas. Ibunya yang jualan di warung kecil-kecilan juga tak begitu mencukupi biaya hidup Adul dan adiknya.

Sehingga sebagai putra sulung, Adul berpikir cepat untuk mengatasi persoalan ekonomi dengan caranya sendiri, dengan harapan bisa membantu meringankan beban kedua orang tuanya.

“Saya ada adik di rumah masih kecil, jadi saya suka jualan karena saya nggak bisa minta jajan kaya teman-teman. Untung jualan ini saya kasih ibu, saya juga dapat goceng (Rp5 ribu),” terang Adul.

Dalam sehari, dari siang hingga menjelang malam, Adul biasanya membawa hingga 200 kue donat yang dibuat ibunya. Namun barang dagangannya tak selalu laris manis.

“Saya bawa satu kotak isinya 200 donat, kalau harga satunya Rp2 ribu, setiap hari pulang sekolah jualan, nanti pulang maghrib, kadang sampe isya,” kata dia.

“Nggak laku semua juga, kadang sehari saya pernah cuma laku 10 donat, itu cuma Rp20 ribu, tapi rata, kalau Rp200 ribu saya dapat setengahnya habis terjual, keliling di sekitar Galuh Mas, kadang di sini (RSUD) mangkal sebentar,” lanjutnya.

Sebagai anak sulung lelaki, Adul berupaya mengubah kehidupan keluarga. Oleh sebab itu di tengah keterbatasan, ia juga tak kehilangan semangat belajar. Bahkan sekalipun Adul sakit tak ingin melewatkan sekolahnya.

“Sekolah dong om, kan kelas 3 sekarang, aku sakit aja nggak mau absen sekolah, aku mau sampe lulus SMA. Biar cepat cari kerja dan dapat gaji sendiri bisa bantu adik sekolah sama bayar kontrakan rumah,” ucapnya.

Dari kisah Adul yang sederhana ini, beberapa pengunjung ibu-ibu di sekitar rumah sakit juga ikut tersentuh. Banyak di antaranya bahkan bukan cuma ingin membeli jajanan donat yang dijajakan Adul.

Seperti halnya Darmi, salah satu pengunjung rumah sakit yang juga menghampiri Adul. Dia tak hanya ingin sekedar membeli donat Adul, tapi juga mencoba berbincang sembari memotret momen-momen Adul yang sedang melayani pembeli lainnya.

“Anak pinter, hebat ya nak kamu. Ibu beli 20 nak,” ucap Darmi sembari menyodorkan kamera ponselnya ke arah Adul yang sedang duduk di dekat kontainer kue nya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Darmi mengaku, sangat tersentuh melihat Adul, sebab sewaktu kecil ia juga mengalami momen serupa. Namun hidup tak selama dalam keterpurukan.

“Dulu saya juga sama mas pas masih sekolah SD ikut jualan di sekolah, jadi lihat anak ini inget saya kecil. Tapi dengan momen seperti ini hal positifnya kita bisa ikut mendukung dan mendoakan anak ini supaya ke depan nasibnya lebih baik,” pungkasnya.