Hujan yang mengguyur Kota Bandung sejak sore hingga malam hari tidak menyurutkan langkah para pencinta kuliner untuk berburu makanan enak. Salah satu tempat yang tetap ramai meski hujan deras adalah Rumah Makan Abah Harja, berlokasi di Jalan Halimun No 8, Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.
Dari kejauhan, aroma rempah dan asap bakaran sudah menggoda penciuman. Begitu memasuki area rumah makan, pengunjung langsung disambut ramah oleh para pramusaji yang siap membantu mencari tempat duduk. Malam itu suasana terasa hangat meski hujan turun deras di luar.
Menariknya, meski saat hujan pengunjung bisa langsung mendapat tempat, di jam makan siang rumah makan ini kerap dipadati pengunjung hingga harus antre. Wajar saja, sebab menu andalan di sini ayam bekakak bakar, jadi magnet utama yang membuat ratusan orang datang setiap harinya.
Seperti logonya yang bergambar ayam, ayam bekakak memang jadi primadona Abah Harja. Di hari ramai, bahkan hingga 400 ekor ayam kampung ludes terjual. Lalu apa istimewanya ayam bekakak yang ada di rumah makan ini?
Pemilik rumah makan, John Gideon, menceritakan kepada infoJabar keistimewaan ayam bekakak buatannya terletak pada teknik memasak dan bahan baku yang digunakan. Meski namanya tidak terdengar seperti orang Sunda, John adalah putra asli Bandung dengan latar belakang pendidikan bisnis dan kuliner di Melbourne, Australia.
“Sebetulnya masakan Sunda itu cukup sophisticated. Bedanya, kalau masakan lain base-nya bumbu, masakan Sunda base-nya bahan baku. Jadi bumbunya light, tapi bahan dasarnya harus bagus,” ujar John, belum lama ini.
John menjelaskan, ayam bekakak khas Abah Harja tidak digoreng atau diungkep, melainkan dibakar langsung hingga matang sempurna tanpa gosong. Rahasianya ada pada pemilihan ayam kampung muda berusia sekitar tiga bulan dengan berat sekitar 750 gram yang diternakkan di Sukabumi.
“Ayam kampung. Nah pakannya juga beda, kalau ayam kampung itu pakannya harus cukup banyak jagung, usinya hanya tiga bulan. Beratnya nggak sampai sekilo, sekitar 750 gram. Ayam ini diternakan di Sukabumi,” ungkapnya.
Disinggung berapa ekor ayam yang disajikan di rumah makan tersebut setiap harinya, John sebut jika ramai ratusan ekor ayam bekak bakar bisa dijual kepada pengunjung. “Ayam sekitar 400 ekoran, kalau lagi rame ya,” ujarnya.
Proses pembakaran ayam bekakak dilakukan secara dadakan di tempat. Waktu yang dibutuhkan sekitar 50 menit hingga satu jam, membuat daging matang merata hingga ke dalam tanpa kering di luar. Jhon sebut, untuk membakar ayam itu dia libatkan sejumlah orang dengan tugas berbeda-beda namun khusus menanganai menu ayam bekakak itu.
“Kalau ayam ungkep kan tinggal goreng dan tidak perlu melibatkan banyak orang. Ini harus tiga kali lipat, tukang arang khusus arang, tukang nusukin, tukang bakar dan seorang lagi yang mengatur interval waktu. Interval ini buat nentuin interval tiga, interval dua, interval satu, khusus untuk makesure ini biar gak lama, nah itu sulit. Kalau ayam diungkep tinggal goreng dan dua menit jadi, nah itu emang challenge-nya tinggi,” jelasnya.
Meski prosesnya panjang dan membutuhkan tenaga ekstra, harga ayam bekakak di Rumah Makan Abah Harja masih tergolong terjangkau, yakni Rp130 ribu per porsi untuk empat hingga lima orang. Tak heran, setiap hari puluhan keluarga datang hanya untuk menikmati menu legendaris ini.
Selain ayam bekakak, pengunjung juga bisa menikmati berbagai menu khas Sunda lain seperti ayam goreng lengkuas, ikan nila cobek, cumi asin, tumis peda goreng, hingga usus ayam dan kulit goreng. Ada pula pilihan nasi liwet, nasi putih, nasi merah, dan nasi tutug oncom yang bisa dipadukan dengan sambal bekak, sambal terasi, hingga sambal bohong, sambal yang cocok bagi pencinta rasa pedas ringan.
Untuk sayur dan tumisan, tersedia banyak pilihan khas Sunda seperti jengkol kecap, jantung pisang teri, tumis pepaya muda, peuncak leunca, genjer, hingga sayur asem. Minumannya pun beragam, dari jus buah, es cendol, hingga es teler durian dan es alpukat kocok.
