Galeri Jadi Ruang Berbagi Kisah Anak LPKA Bandung

Posted on

Keterbatasan ruang tidak menjadi penghalang bagi Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) untuk berkarya. Anak-anak binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung justru mampu menghasilkan karya seni yang dinilai setara dengan karya seniman profesional.

Karya-karya tersebut dipamerkan di Orbitan Dago Gallery, Jalan Rancakendal, Kota Bandung, Kamis (25/12/2025). Pameran ini menjadi ruang ekspresi bagi ABH untuk menuangkan pengalaman personal sekaligus membantu pemulihan kondisi psikologis yang mereka hadapi.

Pameran menampilkan berbagai bentuk karya seni, mulai dari lukisan, karya tiga dimensi (3D), hingga puisi. Kegiatan ini merupakan inisiatif Aksi Kreatif Remaja untuk Asa Baru (AKRAB), sebuah program yang digagas oleh siswa SMA Kuntum Cemerlang. Melalui pendekatan art therapy berbasis puisi dan pameran seni, AKRAB berupaya mendukung pemulihan emosi ABH serta mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat.

Karya yang dipamerkan tidak hanya menampilkan hasil visual, tetapi juga merekam perjalanan hidup remaja yang sedang menjalani pembinaan di LPKA. Tema identitas, perubahan diri, penyesalan, hingga harapan masa depan menjadi benang merah dalam setiap karya. Bagi pengunjung, pameran ini menghadirkan suara-suara yang jarang terdengar dalam ruang publik.

Nuansa emosional terlihat kuat dalam puisi-puisi karya anak binaan LPKA. Sebagian besar puisi mengangkat perasaan penyesalan serta kerinduan terhadap orang tua, sementara karya lainnya bercerita tentang cita-cita dan masa depan. Salah satu pengunjung, Renita (20), mengaku tersentuh oleh pesan yang disampaikan dalam karya tersebut.

“Benar kak, aku juga merasa berempati dengan apa yang ada di pameran ini. Kalau saya lebih suka puisi yang ada di sebelah kiri sih, kak ceritanya genuine banget dari hati,” ujar Renita kepada infoJabar.

Menurutnya, puisi-puisi tersebut mencerminkan hasil perenungan mendalam dari para pembuatnya selama menjalani masa pembinaan.

Pameran ini juga menunjukkan bahwa seni dapat menjadi medium refleksi diri sekaligus sarana komunikasi yang kuat, melampaui batasan stigma sosial. Setiap garis, warna, dan komposisi visual menghadirkan kisah personal yang menempatkan ABH sebagai individu dengan pengalaman dan harapan.

Dalam proses penggarapan karya, AKRAB mendapat dukungan dari berbagai pihak. Hal ini dilakukan karena tidak semua ABH mampu mengekspresikan emosi mereka secara langsung melalui seni. AKRAB berkolaborasi dengan pegiat seni rupa sekaligus pemilik Orbital Dago Gallery sebagai lokasi pameran.

Selain itu, psikolog dan konselor Chindy Yoanita turut terlibat dalam pendampingan proyek. Sejumlah pegiat seni lukis, puisi, dan seni 3D juga berpartisipasi untuk membantu menghasilkan kumpulan karya yang sarat makna dan emosi dari ABH.

Suasana galeri dipenuhi berbagai karya tiga dimensi yang dipajang secara artistik. Sejumlah foto dokumentasi turut ditampilkan, memperlihatkan proses kreatif para inisiator bersama remaja ABH. Salah satu karya yang menarik perhatian adalah figur mainan 3D berwarna-warni, hasil olahan tutup botol dan mainan bekas yang disusun menjadi bentuk baru.

Renita, yang berdomisili di kawasan Dipatiukur, mengaku datang ke pameran tersebut setelah melihat informasi dari media sosial Orbital Dago. Rasa penasaran mendorongnya untuk menyempatkan diri berkunjung.

“Rencananya datang kemarin tapi nggak sempat. Tahunya dari medsos dan ada teman juga yang berpartisipasi di sini.” Kata Renita.

Gambar ilustrasi