Dulu Mengungsi Saat Hujan, Kini Eulis Bisa Tidur Tanpa Cemas

Posted on

Di ujung sebuah jalan setapak yang terjal dan sepi di Kampung Cihaniwung, Desa Patrolsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, berdiri sebuah rumah panggung kecil berdinding bilik kayu.

Di dalamnya, Eulis Odah (42) bertahun-tahun hidup dalam keprihatinan bersama tujuh anggota keluarga lainnya. Rumah itu nyaris roboh, atapnya bocor, dan setiap kali hujan turun, rasa cemas selalu menyelimuti malam-malam mereka.

Rumah Eulis berada jauh dari keramaian, diapit kebun singkong dan jagung, berdekatan pula dengan area pemakaman desa. Untuk mencapainya, orang harus melewati jalan setapak berbatu dengan tanjakan dan turunan tajam, jalur yang biasa dilalui warga yang sebagian besar menggantungkan hidup sebagai petani.

Eulis telah tinggal di tempat itu sejak kecil. Ia tumbuh besar di rumah yang sama, meneruskan kehidupan sederhana kedua orang tuanya yang juga petani.

“Alhamdulillah saya sudah lama disini mungkin 25 tahun, saya anak paling gede,” ujar Eulis, saat ditemui di kediamannya, Kamis (16/10/2025).

Sehari-hari, Eulis mengurus kebun singkong dan jagung untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sementara suaminya bekerja jauh di Provinsi Riau.

“Suami kerja di Riau sudah ada 4 bulan. Saya sehari-hari kegiatan ke kebon, kebon singkong sama pisang,” katanya.

Namun, di rumah yang lapuk itu, setiap kali hujan deras datang, Eulis kerap menahan napas. Air menetes dari celah-celah bilik, dan angin kencang mengguncang dinding yang sudah rapuh. Dalam kondisi terburuk, ia memilih mengungsi.

“Iya kalau hujan mah bocor. Kalau besar banget, ya saya terpaksa ngungsi ke rumah orang tua,” jelasnya.

Kini, rasa khawatir itu berubah menjadi haru. Rumah Eulis yang nyaris roboh telah berdiri kokoh kembali setelah diperbaiki oleh jajaran Polsek Pameungpeuk Polresta Bandung. Dengan mata berkaca-kaca, Eulis mengucap syukur.

“Iya kami ucapkan terima kasih kepada pak Kapolsek Pameungpeuk, kepada semuanya, RT dan RW alhamdulillah rumah saya sudah dibenerin,” kata Eulis.

Rumah mungil berukuran 6,5 x 4,5 meter itu kini tampak layak huni. Atapnya kuat, dindingnya rapat, dan lantainya bersih. Proses pembangunannya memakan waktu 20 hari, dilakukan secara gotong royong oleh jajaran TNI, Polri, masyarakat, dan Pemerintah Desa.

“Pendanaan rutilahu ini berasal dari program kencleng Selasa Jumat. Kemudian alhamdulillah makin ke sini makin banyak masyarakat yang memang turut membantu kami dalam arti membantu materialnya,” ucap Kapolsek Pameungpeuk, AKP Asep Dedi.

Menurut Asep, pembangunan rumah Eulis bermula dari laporan warga melalui media sosial. Laporan itu segera ditindaklanjuti.

“Pak Kapolres menugaskan saya untuk mengecek dan kami melalui program RutiLahu Polsek Pamengpek Polresta Bandung akhirnya kita membantu membangunkan,” ucap Asep.

Ia menambahkan, kondisi rumah Eulis sebelumnya benar-benar mengkhawatirkan. “Bukan bocor lagi, sebenarnya sudah tidak layak huni dalam arti sudah mau roboh lah,” bebernya.

Program Rutilahu yang dijalankan Polsek Pameungpeuk telah membuahkan hasil. Hingga kini, sudah ada 12 rumah yang selesai diperbaiki, dan dua lagi sedang dalam proses pembangunan.

“Totalnya kita sudah membangun rutilahu sebanyak 14 rumah,” ungkapnya.

Bagi Asep dan jajarannya, program ini adalah bentuk nyata kepedulian terhadap warga kurang mampu yang belum terjangkau bantuan pemerintah.

“Ternyata masyarakat banyak ada yang memang masyarakat yang memang tidak punya rumah ini banyak yang tidak tercover oleh pemerintah karena begitu banyaknya rumah yang tidak layak huni. Makanya kita gencarkan rutilahu,” pungkasnya.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *