Dulu Arena Adu Babi Vs Anjing, Kini Jadi Wisata Edukatif Lebah Trigona

Posted on

Debu mengepul setiap kali derap kaki hewan-hewan itu menghentak tanah. Sorak-sorai penonton menggema, bersahut-sahutan dengan suara gonggongan anjing dan raungan babi hutan. Di bawah terik matahari, puluhan pasang mata menatap tajam ke arena tanah lapang di Kampung Karanghawu, Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Sukabumi.

Itu potret masa lalu, sekitar tahun 1970-an, ketika lokasi ini dikenal sebagai tempat adu babi dan anjing. Warga dari berbagai kampung datang berbondong-bondong, membawa taruhan, memadati tepian arena yang saat itu masih terbuka tanpa pepohonan lebat. Adu keberanian antara hewan dan pemburu kala itu menjadi hiburan, memantik riuh tak berkesudahan.

Kini, lebih dari setengah abad berlalu, suasana di sini jauh berbeda. Tempat yang dulu riuh kini teduh dan sejuk. Pepohonan besar menaungi lahan, menyaring cahaya matahari menjadi bayangan lembut di tanah berumput.

Dari atas bukit ini, tepat di seberang objek wisata Karang Hawu, pengunjung bisa memandang debur ombak Samudra Hindia menghantam karang. Hanya saja, sebagian panorama ke arah pesisir terhalang deretan warung-warung sederhana di tepi jalan.

Di bawah rindangnya pepohonan, berdiri gazebo bambu, panggung kecil, dan kotak-kotak kayu berisi koloni lebah trigona tanpa sengat. Dari arena penuh riuh dan taruhan, tempat ini kini menjelma menjadi wisata edukasi ramah anak.

Selepasnya, area ini beralih menjadi tempat jualan masyarakat. Warung-warung sederhana berdiri, namun kemudian berpindah ke sekitar pantai. Lokasi perlahan ditinggalkan, menjadi lahan terbengkalai, nyaris ditelan semak dan pepohonan liar.

Agustus 2024 menjadi titik baliknya. Nanan, seorang relawan inspirasi Rumah Zakat Desa Berdaya Cisolok, melihat potensi besar di tengah lahan yang sudah lama tak tersentuh. Dari vegetasi bunga-bungaan liar yang tumbuh subur, ia menemukan ide untuk menghidupkan kembali kawasan ini.

“Awalnya tempat ini terbengkalai, dipenuhi semak dan rumput tinggi. Saya lihat banyak bunga liar di sini, akhirnya muncul ide untuk menjadikannya lokasi budi daya lebah madu trigona tanpa sengat. Selain itu, kita kembangkan menjadi wisata edukasi untuk anak-anak PAUD dan sekolah dasar,” tutur Nanan, Sabtu (23/8/2025).

Dari ide itu, Nanan bersama timnya memulai langkah nyata. Sebanyak 50 kotak lebah trigona dibawa dari Jampang. Mereka kemudian berkolaborasi dengan para petani lebah lokal di Cisolok yang selama ini mencari lebah trigona di alam bebas. Sarang-sarang lebah itu dipindahkan ke kotak budi daya, sementara lahan ditanami beragam bunga untuk memperkaya pakan lebah dan menjaga ekosistemnya.

Lebah trigona dikenal sebagai penghasil madu berkualitas tinggi. Tiga kandungan utamanya bipolen, madu, dan propolis dipercaya baik untuk menjaga kesehatan tubuh, terutama bagi penderita diabetes.

“Manfaat madu lebah trigona ini banyak sekali. Ada tiga kandungan utama: bipolen, madu, dan propolis. Dan itu semua bagus untuk kesehatan tubuh kita, apalagi untuk yang sakit diabetes,” ujar Nanan.

Tak hanya menghasilkan madu, lebah trigona juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam. Dengan jarak jelajah hanya sekitar 200 meter dari sarang, lebah-lebah kecil ini membantu proses penyerbukan bunga dan tanaman di sekitarnya. Lingkungan pun menjadi lebih hidup, produktif, dan terjaga keberlanjutannya.

Kini, tempat ini bertransformasi menjadi ruang belajar terbuka. Anak-anak PAUD dan sekolah dasar bisa mengenal lebih dekat dunia lebah trigona, mempelajari proses produksi madu, hingga memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.

“Kita buka setiap hari kalau ada booking, tapi rutin beroperasi di hari Sabtu dan Minggu. Jadi selain jadi tempat edukasi, lokasi ini juga jadi ruang belajar tentang pentingnya menjaga alam,” kata Nanan.

Dari riuhnya arena adu babi dan anjing di masa silam, lokasi ini kini menjelma sebagai wisata edukasi ramah lingkungan. Lebah trigona menjadi simbol kebangkitan, menghidupkan kembali lahan yang dulu terlupakan, sekaligus memberi manfaat ekonomi dan kesehatan bagi warga sekitar.

Inspirasi di Tengah Rerimbunan

Wisata Edukasi Ramah Anak