Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung kembali menghidupkan kembali Sandiwara Sunda. Upaya tersebut dilakukan melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Kemendiktisaintek 2025.
Program itu diinisiasi untuk memberikan peluang bagi muda-mudi yang tergabung dalam kelompok seni Manusia-Manusia Tanah Subur (MMTS) dari Dusun Cibunut, Kabupaten Kuningan. Mereka berkesempatan mendapatkan pendampingan dan pelatihan menampilkan Sandiwara Sunda yang merupakan warisan kebudayaan dari Dosen Jurusan Teater ISBI Bandung.
“Kami ‘urang Sunda’ tapi kesulitan utama kami justru membawakan teater berbahasa Sunda dengan pengadegan utuh seperti dalam Sandiwara Sunda,” kata Ketua Kelompok MMTS, Ariel, Senin (24/11/2025).
Pelatihan Sandiwara Sunda dilakukan selama Oktober-November 2025 di Dusun Cibunut, Kabupaten Kuningan. Selama latihan, gelak tawa memenuhi ruangan diiringi suara dialog Sunda dalam naskah Sandiwara berjudul Waktu Usum Halodo.
Naskah ditulis langsung oleh dosen Jurusan Teater ISBI Bandung Yadi Mulyadi bersama Afri Wita, Turyati dan Gusrizal. Sandiwara Sunda pun meninggalkan kesan tersendiri bagi peserta yang mengikuti programnya.
“Program PISN ini sangat penting bagi kami. Karena ada pendampingan, latihan kami jadi terstruktur. Bahasa Sunda dalam naskah yang tadinya tidak kami pahami maksudnya atau cara mengungkapkannya sekarang jadi tau harus bagaimana,” kata Nisrina salah seorang peserta.
Sandiwara Sunda merupakan teater daerah yang tidak lagi mudah ditemui pentas di tempat ia tumbuh. Kelangkaan teks, keberjarakan generasi muda dengan bahasanya, dan kurangnya keberdayaan dari sisi pengetahuan dan keterampilan kelompok penerus menjadi beberapa penyebab nyaris tergerusnya Sandiwara Sunda di habitatnya sendiri.
Kondisi ini memicu Yadi Mulyadi, Afri Wita, Turyati, dan Gusrizal para dosen jurusan Teater ISBI Bandung melakukan pemberdayaan demi membangkitkan semangat produksi dan inovasi para pemuda MMTS pada teater daerah. Pada sesi interaksinya dengan para anggota kelompok, ada harapan besar supaya Sandiwara Sunda itu bisa terus dilestarikan.
“Kami berharap yang kita lakukan bersama ini dapat meningkatkan keberdayaan kelompok baik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan produksi teater daerah sehingga dapat berdampak signifikan pada keberlanjutan dan keberdampakan,” kata dosen Teater ISBI Bandung, Yadi Mulyadi.
Tim pemberdayaan mengadaptasi naskah Midsummer’s Night Dream (MSND) karya komedi Shakespeare. Naskah kemudian diproduksi untuk pertunjukan teater tradisional, bertajuk ‘Waktu Usum Halodo’ dengan pengadegan versi Sandiwara yang ceritanya ‘ngepop’ dan dapat dinikmati oleh para pelaku yang terlibat.
Pada proses tersebut para pelaku yang merupakan generasi muda berinteraksi kembali dengan bahasa daerahnya. Mereka masuk ke dalam ruang sosial yang menjadi setting dalam naskah hasil adaptasi. Para pelaku dilatih berimprovisasi dengan tuntutan naskah komedi dalam bentuk Sandiwara Sunda. Marsel salah satu peserta pelatihan mengungkakan kesenangannya terlibat dalam proses pelatihan dan pendampingan.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.







