Label “makanan sehat” tidak selalu menjamin bahwa suatu produk benar-benar aman dan bernilai gizi tinggi. Faktanya, ada sejumlah makanan yang kerap dianggap menyehatkan, tetapi menurut para ahli justru masuk dalam kategori makanan ultra proses.
Dalam memilih asupan harian, masyarakat perlu lebih cermat. Sebab, sebagian makanan yang dipromosikan sebagai sehat ternyata telah melalui proses industri yang panjang dan kompleks, sehingga tidak lagi tergolong makanan alami atau minim olahan.
Makanan ultra proses merujuk pada berbagai produk pangan yang diproduksi secara massal dengan banyak tahapan pengolahan. Jenis makanan ini umumnya mengandung beragam zat tambahan, mulai dari lemak, gula, garam, pati, hingga minyak terhidrogenasi dan senyawa buatan lainnya.
Kandungan tambahan tersebut membuat jumlah kalori dalam makanan meningkat jauh dibandingkan dengan bahan pangan utuh atau makanan yang diolah secara sederhana. Konsumsi berlebihan dalam jangka panjang pun dapat berdampak negatif bagi tubuh.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering mengonsumsi makanan ultra proses berisiko memicu penambahan berat badan, meningkatkan kemungkinan gangguan kesehatan mental seperti depresi, serta memperbesar peluang munculnya penyakit serius, termasuk penyakit jantung dan kanker.
Karena itu, mengenali jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari menjadi hal penting. Termasuk memastikan apakah makanan yang selama ini dianggap sehat benar-benar aman, atau justru termasuk dalam kategori makanan ultra proses yang sebaiknya dibatasi.
Menurut ahli ada beberapa makanan yang sering dianggap sehat masih tergolong sebagai makanan ultra proses.
Dilansir dari everydayhealth.com (6/11), berikut daftarnya!
Yogurt yang direkomendasikan adalah yogurt murni (seperti greek yogurt) yang umumnya terbuat dari susu segar difermentasi dengan kultur bakteri hidup. Bakteri tersebut memecah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat, sehingga memberikan rasa asam khas dan tekstur kental pada yogurt.
Sayangnya masih banyak orang mengonsumsi yogurt dengan aneka varian rasa yang banyak tdijual di pasaran. Camilan ini mungkin terdengar sehat, tetapi ternyata banyak mengandung tambahan gula dan rendah protein.
Selain itu, yogurt dengan aneka varian rasa juga kerap biasa ditambah dengan perasa buatan, pengental, dan penstabil lainnya. Dengan bahan-bahan tambahan tersebut, yogurt ini pun dikategorikan sebagai makanan ultra olahan.
Seiring waktu, mengonsumsi yogurt seperti ini bisa meningkatkan risiko penambahan berat badan, diabetes tipe-2, hingga tekanan darah tinggi.
Orang yang sedang menjalani diet bebas gluten mungkin sering membeli camilan yang juga bebas dari gluten. Namun camilan ini belum tentu menjadi alternatif sehat.
Sebagian besar produk bebas gluten, seperti keripik atau kue menggunakan pati olahan, seperti tepung tapioka dan tepung beras. Selain itu, seringkali juga ditambah dengan penstabil tanpa nutrisi untuk meniru struktur gluten.
Oleh karena itu, ahli Zimmerman menyarankan untuk mengganti camilan kemasan ini dengan pilihan makanan alami yang bebas gluten. Misalnya kacang chickpeas panggang atau keripik beras merah.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Protein shake merupakan minuman dari bubuk protein yang dicampur dengan air. Minuman ini biasa dinikmati oleh mereka yang ingin menurunkan berat badan atau menambah massa otot.
Protein shake juga sering menjadi alternatif bagi mereka yang kesulitan memenuhi kebutuhan proteinnya melalui makanan.
Sayangnya protein shake belum tentu sehat karena banyak yang mengandung bahan-bahan olahan, seperti isolat protein atau pemanis buatan.
Zat tambahan tersebut dapat menyebabkan kembung atau sakit perut. Selain itu, produk ini juga tidak menawarkan vitamin, mineral dan serat seperti yang didapat dari sumber protein dari makanan utuh.
Beberapa orang sering makan salad bersama dengan saus. Supaya lebih praktis, akhirnya saus salad kemasan dipilih.
Sayangnya menurut ahli Elizabeth Ward, saus salad yang berlabel ‘organik’ sekalipun seringkali mengandung bahan tambahan, seperti pengemulsi, pengawet, gula tambahan, dan perasa buatan.
Artinya, salad yang dinikmati bisa saja mengandung lebih banyak natrium dan gula daripada nutrisi baik dari sayuran-sayurannya. Seiring waktu, terlalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah hingga sindrom metabolik.
Belakangan ini banyak olahan makanan yang dicap ‘sehat.’ Salah satunya keripik sayuran yang sering menjadi alternatif bagi orang yang tidak suka sayur.
Meski namanya ‘keripik sayur’ belum tentu terbuat dari sayuran asli. Menurut ahli Zenker, sebagian besar terbuat dari tepung kentang, minyak, garam, perasa, dan sedikit bubuk sayuran sebagai pewarna.
Kalau mau menikmati camilan renyah gurih yang sehat, ahli Zenker merekomendasikan popcorn yang dipanggang dengan air fryer. Popcornnya pun bukan popcorn instan yang ada rasanya, melainkan benar-benar dari biji jagung polos.
Artikel ini telah tayang di
1. Yogurt aneka varian rasa
2. Camilan bebas gluten
3. Protein shake
4. Saus salad kemasan
5. Keripik sayuran
Beberapa orang sering makan salad bersama dengan saus. Supaya lebih praktis, akhirnya saus salad kemasan dipilih.
Sayangnya menurut ahli Elizabeth Ward, saus salad yang berlabel ‘organik’ sekalipun seringkali mengandung bahan tambahan, seperti pengemulsi, pengawet, gula tambahan, dan perasa buatan.
Artinya, salad yang dinikmati bisa saja mengandung lebih banyak natrium dan gula daripada nutrisi baik dari sayuran-sayurannya. Seiring waktu, terlalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah hingga sindrom metabolik.
Belakangan ini banyak olahan makanan yang dicap ‘sehat.’ Salah satunya keripik sayuran yang sering menjadi alternatif bagi orang yang tidak suka sayur.
Meski namanya ‘keripik sayur’ belum tentu terbuat dari sayuran asli. Menurut ahli Zenker, sebagian besar terbuat dari tepung kentang, minyak, garam, perasa, dan sedikit bubuk sayuran sebagai pewarna.
Kalau mau menikmati camilan renyah gurih yang sehat, ahli Zenker merekomendasikan popcorn yang dipanggang dengan air fryer. Popcornnya pun bukan popcorn instan yang ada rasanya, melainkan benar-benar dari biji jagung polos.
Artikel ini telah tayang di
