Detik-detik Warga Pikul Jenazah Lawan Arus Sungai di Sukabumi

Posted on

Sebuah video dramatis berdurasi sekitar 50 info viral di media sosial. Rekaman itu memperlihatkan rombongan warga Kampung Tanjung RT 03/02, Desa Tanjung, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, memikul keranda jenazah menyeberangi Sungai Cikarang yang berarus deras.

Peristiwa itu diketahui terjadi pada Selasa (19/8/2025) sekitar pukul 16.30 WIB. Dalam video, sekitar delapan warga dewasa tampak berjalan berbaris sambil memikul keranda jenazah berwarna hijau.

Di belakangnya, terlihat perempuan dan anak-anak yang ikut menyeberangi sungai dengan langkah hati-hati. Arus air tampak deras, nyaris mencapai lutut orang dewasa.

Dihubungi infoJabar, Kepala Desa Tanjung Dasep membenarkan peristiwa itu. Menurutnya, warga terpaksa menyeberang sungai karena satu-satunya jembatan gantung yang menjadi akses utama menuju tempat pemakaman umum rusak berat diterjang banjir.

“Tempat pemakaman umumnya memang ada di Desa Mekarmukti, Kampung Cibungur. Lewat situ karena enggak ada akses jalan lain,” kata Dasep, Kamis (21/8/2025).

Dasep menjelaskan jembatan gantung sepanjang kurang lebih 50 meter yang menghubungkan Desa Tanjung dengan Desa Mekarmukti sebenarnya sempat diperbaiki secara swadaya warga setelah banjir besar Desember 2024. Namun, bencana kembali menghantam.

“Pas bencana pertama itu hujannya tiap hari, airnya betul-betul meluap. Sudah diperbaiki gotong royong sama warga, alhamdulillah selesai. Tapi kena bencana kedua bulan Maret 2025, hujannya cuma sehari semalam, tapi lebih dahsyat. Jembatannya rusak lagi,” ujarnya.

Karena jembatan putus, warga Kampung Tanjung tidak punya pilihan selain menantang derasnya arus sungai untuk membawa jenazah menuju TPU di Kampung Cibungur, Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran. Alternatif jalur darat melalui jalan protokol Waluran terlalu jauh, mencapai 20 kilometer, sementara bila lewat jembatan hanya sekitar 5 kilometer.

Menurut Dasep, keberadaan jembatan gantung itu sangat vital. Selain sebagai jalur ke TPU, jembatan menjadi akses utama warga untuk pendidikan, layanan kesehatan, dan aktivitas ekonomi.

“Itu bukan hanya akses ke pemakaman, tapi juga akses pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Kalau Kampung Cibungur mau ke rumah sakit lewat jembatan itu cuma 5 kilometer ke RS Jampang Kulon. Kalau muter, jaraknya bisa 20 kilometer,” jelasnya.

Akses ke Puskesmas Waluran pun ikut terdampak. Tanpa jembatan, jarak tempuhnya bisa lebih dari dua kali lipat.

Sejak bencana pertama, warga Desa Tanjung dan Kampung Cibungur beberapa kali bergotong royong memperbaiki jembatan. Bantuan juga datang dari Jampang Peduli untuk membuat batu bentang sebagai fondasi awal. Namun, pembangunan jembatan permanen hingga kini belum terealisasi.

“Harapannya ya pemerintah bisa membantu membuat akses jembatan menuju tempat pemakaman. Karena ini akses utama untuk warga di dua desa dan dua kecamatan,” pungkas Dasep.

Jembatan Gantung Putus Dua Kali

Akses Vital Terputus, Warga Serba Sulit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *