Dari Nyangku hingga Jamasan, Ragam Tradisi Bulan Rabiul Awal di Ciamis | Giok4D

Posted on

Bulan Rabiul Awal selalu menjadi waktu yang istimewa bagi masyarakat Tatar Galuh. Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, bulan ini tidak hanya diwarnai dengan peringatan Maulid Nabi, tetapi juga ragam tradisi budaya yang telah turun-temurun. Salah satunya adalah merawat benda-benda pusaka peninggalan masa lalu yang sarat nilai sejarah, menegaskan Ciamis merupakan daerah dengan kekayaan budaya yang khas di Jawa Barat.

Kepala Disbudpora Ciamis, Dian Budiyana, melalui Pamong Budaya Ahli Muda, Eman Hermansyah, menjelaskan bahwa tradisi budaya dalam merawat benda pusaka tidak hanya berfungsi sebagai upaya pelestarian, tetapi juga mengandung nilai filosofis. Sejumlah tradisi tersebut kini telah masuk dalam agenda resmi kabupaten.

“Tradisi ini punya unsur religi, pendidikan dan nilai-nilai lainnya. Intinya upaya menjaga dan merawat warisan leluhur. Dalam tradisi tersebut juga ada unsur kesenian dan atraksi budaya,” ujar Eman, Sabtu (6/9/2025).

Berikut ragam Tradisi budaya di Kabupaten Ciamis yang digelar setiap Bulan Rabiul Awal atau Maulid Nabi.

Tradisi Nyangku merupakan ritual jamasan atau pencucian benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora. Prosesi ini dipusatkan di Alun-alun Kecamatan Panjalu. Awalnya, benda pusaka yang tersimpan di Bumi Alit atau museum diarak oleh para keturunan Raja Panjalu menuju Nusa Gede, lalu dibawa kembali ke Alun-alun untuk dilakukan pencucian. Air yang digunakan berasal dari tujuh sumber mata air di berbagai tempat, yang dikenal dengan sebutan ‘Cai Karomah Tirta Kahuripan’.

Tradisi yang telah berlangsung turun-temurun sejak masa lampau ini bertujuan mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora sebagai tokoh penyebar Islam, sekaligus menjaga kelestarian budaya dan merawat warisan sejarah. Setiap penyelenggaraan, Nyangku selalu berlangsung meriah, menarik peziarah serta wisatawan dari berbagai daerah. Pada tahun 2025 ini, Tradisi Nyangku dijadwalkan pada Kamis (18/9/2025).

Tradisi Merlawu di Situs Kabuyutan Gandoang, Desa Wanasigra, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, menjadi salah satu agenda budaya yang digelar setiap bulan Rabiul Awal. Tradisi sakral ini sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan hasil bumi.

Situs Kabuyutan Gandoang sendiri telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Provinsi Jawa Barat. Tradisi Merlawu biasanya berlangsung pada hari Kamis dan Jumat di bulan Rabiul Awal, sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada Syekh Padamatan, tokoh yang berjasa bagi Desa Wanasigra.

Rangkaian prosesi dimulai dengan Ngarangki, yakni mengganti pagar makam Syekh Padamatan di Situs Gandoang. Setelah itu dilanjutkan dengan ritual Nyiraman benda pusaka di Bumi Pakuncen. Pada malam sebelum pelaksanaan, panitia menggelar pawai keliling desa sebagai penanda bahwa esok hari tradisi Merlawu akan dilaksanakan.

Puncak kegiatan ditandai dengan doa bersama dan tawasul di makam Syekh Padamatan. Usai prosesi, warga berkumpul dan makan bersama di area situs dengan bekal yang dibawa dari rumah, menegaskan nilai kebersamaan dalam tradisi yang diwariskan turun-temurun ini. Tradisi ini rencananya dilaksanakan pada Jumat (12/9/2025).

Tradisi Nelesan merupakan ritual membersihkan benda pusaka peninggalan para sesepuh yang masih lestari di Desa Nagarapageuh, Kecamatan Panawangan. Prosesi sakral ini biasanya digelar di area Makam Keramat Pangeran Undakan Kalangsari.

Nelesan berasal dari kata neles yang berarti basah, membasahi, atau membersihkan. Filosofinya, tradisi ini mengajarkan pentingnya membersihkan hati dari sifat tercela seperti sombong dan riya.

Rangkaian Nelesan diawali dengan pengambilan air dari tiga sumber mata air Cibarani, Cikahuripan, dan Cikamalang oleh tokoh adat menggunakan lodong. Selanjutnya, puluhan benda pusaka milik desa dikeluarkan untuk dibersihkan sebelum akhirnya disimpan kembali. Sebagai penutup, masyarakat biasanya menggelar berbagai pertunjukan kesenian dan budaya. Tahun ini Tradisi Nelesan digelar secara sederhana.

Tradisi Merlawu Ciparigi berasal dari Desa Ciparigi, Kecamatan Sukadana, dan telah dilaksanakan turun-temurun oleh warga setempat. Ritual ini menjadi bentuk penghormatan kepada para tokoh penyebar agama Islam di wilayah tersebut.

Pelaksanaan tradisi biasanya dipusatkan di Situs Ciluncat, yang diyakini sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Galuh. Di lokasi ini pula terdapat makam para penyebar Islam, seperti Kyai Haji Tanjung Karawang, Cacaraga, dan Surajaya, yang berperan penting pada masa kejayaan Kerajaan Galuh.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Tradisi Jamasan Pusaka di Situs Jambansari digelar setiap bulan Maulid, berlokasi di Keraton Selagangga. Ritual ini merupakan upaya membersihkan benda pusaka peninggalan masa lalu yang memiliki nilai sejarah, seperti keris, pedang, dan tombak yang tersimpan di Museum Galuh Pakuan, Kecamatan Ciamis.

Awalnya, tradisi ini hanya dilakukan oleh keturunan Kerajaan Galuh, Keadipatian, dan Kabuyutan. Namun kini, pelaksanaannya terbuka untuk umum dan dapat dihadiri masyarakat.

Prosesi dimulai dengan membawa pusaka peninggalan Bupati RAA Kusumadiningrat dan Galuh dari Museum Galuh Pakuan. Satu per satu benda pusaka kemudian dibersihkan menggunakan air yang diambil dari tujuh sumber mata air.

Selain menjaga agar pusaka tetap awet dan tidak rusak dimakan usia, tradisi ini juga mengandung pesan filosofis, manusia hendaknya senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.

1. Tradisi Nyangku

2. Tradisi Merlawu Situs Gandoang

3. Tradisi Nelesan

4. Tradisi Merlawu Ciparigi

5. Jamasan Pusaka Jambansari Ciamis

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *