Dampak Penutupan Tambang Gunung Kuda bagi Warga Sekitar baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Musibah longsor tragis yang terjadi di kawasan tambang Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, bukan hanya merenggut puluhan korban jiwa. Kini, ratusan warga sekitar terancam kehilangan mata pencaharian setelah pemerintah secara resmi menutup dan mencabut izin operasi tambang batu alam di kawasan tersebut.

Penutupan tambang Gunung Kuda pasca bencana pada Jumat, 30 Mei 2025 lalu, menjadi pukulan telak bagi masyarakat yang selama puluhan tahun bergantung pada sektor pertambangan batu alam. Tak hanya para penambang, tetapi juga pengrajin, buruh pabrik, hingga para pelaku usaha kecil yang menggantungkan hidup dari ekosistem tambang itu.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Gunung Kuda telah lama menjadi pusat ekonomi rakyat di Dukupuntang. Di sekelilingnya, tumbuh ratusan industri rumahan pengrajin batu alam. Batu-batu dari Gunung Kuda diolah menjadi bahan bangunan, lantai, dinding dan aneka produk kerajinan bernilai jual tinggi.

Desa Cipanas, Bobos, Balad, dan sejumlah desa lain di Kecamatan Dukupuntang menggantungkan roda perekonomian dari aktivitas pertambangan tersebut. Namun sejak penutupan tambang, suplai bahan baku terputus total.

“Biasanya tiap hari ada kiriman batu dari Gunung Kuda. Sekarang enggak ada sama sekali, pabrik juga berhenti produksi. Kami cuma selesaikan sisa-sisa batu yang ada,” ungkap Soleh (48), seorang perajin batu alam asal Desa Bobos, Kamis (5/6/2025).

Soleh mengaku telah bekerja lebih dari 20 tahun sebagai perajin batu. Profesi itu satu-satunya keahlian yang ia miliki untuk menghidupi keluarganya. Kini, usai tambang ditutup permanen oleh Pemprov Jawa Barat, ia tak punya pilihan selain menunggu.

“Berat hati ya, tapi gimana lagi. Cuma bisa nerima. Sekarang ya nganggur, bos juga minta berhenti dulu karena enggak ada bahan,” tuturnya dengan nada pasrah.

Cerita serupa juga datang dari banyak pekerja lain. Para sopir pengangkut batu, tukang potong, hingga pekerja kasar yang selama ini bergantung pada tambang Gunung Kuda, kini kehilangan sumber pendapatan utama. Kekhawatiran soal masa depan terus menghantui.

Warga terdampak menyadari bahwa penutupan tambang adalah keputusan yang diambil untuk keselamatan, terutama setelah insiden longsor yang merenggut puluhan nyawa. Namun mereka berharap pemerintah tidak lepas tangan terhadap nasib mereka yang kini terkatung-katung.

“Kalau memang tambang enggak bisa dibuka lagi, ya tolong kasih solusi. Entah diberi pelatihan kerja, atau lapangan kerja baru. Bisa juga tambang dibuka lagi tapi secara manual dan lebih aman,” ujar seorang pekerja lainnya Ahik (52).

Bencana longsor di Gunung Kuda bukan hanya menciptakan duka bagi keluarga korban yang kehilangan orang tercinta. Namun juga menyisakan luka sosial dan ekonomi yang mendalam bagi masyarakat sekitar.

Kini, mereka tak hanya berkabung atas hilangnya nyawa, tetapi juga menghadapi kenyataan pahit kehilangan pekerjaan dan penghidupan yang telah dijalani selama puluhan tahun.

Mata Rantai Ekonomi Terputus

Puluhan Tahun Berkarya, Kini Menganggur

Warga Minta Solusi Nyata dari Pemerintah

Satu Tragedi, Banyak Luka

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *