Cuan Manis dari Usaha Cicak Kering ala Sugandi di Cirebon - Giok4D

Posted on

Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, cicak bukan sekadar hewan yang biasa merayap di dinding rumah. Di tangan pelaku usaha lokal, hewan mungil ini justru diolah menjadi produk yang bisa mendatangkan cuan.

Adalah Sugandi, warga Kabupaten Cirebon yang menekuni usaha tak biasa ini. Di kediamannya di Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Sugandi rutin memproduksi cicak kering.

Bagi sebagian orang, mungkin terdengar aneh. Tapi siapa sangka, omzet yang diperoleh Sugandi dari usaha ini bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulannya.

Sugandi tidak mengingat secara pasti kapan ia memulai bisnis cicak kering ini. Namun ia mengaku sudah cukup lama menekuni usaha tersebut.

Dalam sehari, Sugandi mengaku bisa memproduksi cicak kering sekitar 40 kilogram hingga 50 kilogram. Sugandi biasa mendapat pasokan cicak basah dari warga sekitar.

“Sekarang 40 kilogram sampai 50 kilogram sehari (cicak kering). Cicak yang basahnya dapat dari warga yang biasa kirim ke sini,” kata Sugandi saat ditemui di kediamannya, Sabtu (14/6/2025).

Saat ini, Sugandi menuturkan harga cicak kering dengan kondisi utuh Rp270 ribu per kilogram. “Sekarang harganya lagi Rp270 ribu,” kata Sugandi.

Dengan jumlah produksi tersebut, omzet usaha cicak kering Sugandi diperkirakan bisa tembus hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya.

Dalam memproduksi cicak kering ini, Sugandi dibantu oleh sejumlah pegawainya. Ada yang bertugas mencuci cicak dan menjemurnya. Ada pula yang bertugas mengemas cicak-cicak yang sudah dikeringkan.

Selama ini, Sugandi memproduksi cicak kering untuk diekspor ke luar negeri. Terutama ke negara China. “Ekspor ke China. Tapi bukan saya yang kirim, adik saya,” kata dia.

Menurut Sugandi, cicak kering tersebut baru akan diekspor ketika sudah mencapai lebih dari 1 ton. “Ngirimnya paling tidak 1,8 ton,” kata Sugandi.

Selain memproduksinya sendiri, kini Sugandi juga mengaku kerap menerima pasokan cicak kering. Pasokan cicak kering yang ia dapat mayoritas berasal dari luar daerah.

“Sekarang ada yang sudah dioven dari sananya (pemasok). Jadi nerimanya yang sudah kering. Yang dioven di sini hanya kiriman dari warga sininya aja,” kata Sugandi.

Sugandi mengatakan bahwa pemasok cicak kering biasanya berasal dari Indramayu. Ia menyebut ada beberapa pemasok yang biasa mengirim cicak kering. “Yang keringnya kebanyakan dari Indramayu,” ucap Sugandi.

Sugandi mengatakan bahwa untuk cicak kering yang didapat dari para pemasok, ia membelinya dengan harga Rp250 ribu per Kilogram. “Itu untuk grade A, yang ada ekornya. Kalau yang grade B, Rp150 ribu,” kata dia

Sedangkan untuk cicak basah, ia membelinya dari para pemasok dengan harga Rp48 ribu per Kilogram. “Yang basah sekarang harganya lagi Rp48 ribu,” ucap Sugandi.

Proses produksinya dilakukan secara teliti. Proses dimulai dari pengumpulan cicak-cicak yang masih basah dalam sebuah wadah. Selanjutnya adalah tahap pencucian. Cicak-cicak tersebut dicuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel di tubuhnya.

“Proses pencucian agar tidak ada kotoran yang menempel,” kata Sugandi.

Proses pencucian dilakukan secara teliti agar cicak benar-benar bersih. Setelah dicuci, cicak lalu ditata di atas wadah. Posisi tubuhnya pun diatur. Satu per satu cicak-cicak tersebut diletakkan dalam posisi lurus.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Setelahnya, cicak-cicak tersebut kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Menurut Sugandi, jika cuaca cerah proses penjemuran biasanya hanya memakan satu hari.

“Dijemurnya sehari, terus masuk oven. Besok pagi sudah dalam keadaan kering,” terang Sugandi.

Cicak-cicak yang sudah kering kemudian memasuki proses pengemasan. Proses ini pun dilakukan secara teliti. Cicak disusun dalam posisi searah dan dikemas dengan rapih.

Terima Pasokan Cicak Kering

Proses Produksi Cicak Kering

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *