Cuaca gelap dan hujan yang melanda sejak pagi tak menyurutkan tekad Sandy (20) untuk mengais rezeki. Hari ini, ia memutuskan untuk pergi lebih awal dari biasanya.
Sejak pukul 05.30, Sandy telah memacu motornya di jalanan sambil menunggu orderan masuk. Ia yang sehari-harinya bekerja sebagai pengendara ojek online tersebut mencari peruntungan dari siswa-siswi yang kembali masuk sekolah.

“Sekarang karena hari pertama masuk sekolah dan ada MPLS ya, saya berangkat jam 05.30. Biasanya jam 6 lewat baru berangkat,” ungkap Sandy saat ditemui di depan salah satu SMP negeri Kota Bandung, Senin (14/7/2025).
Upaya tersebut berbuah hasil. Dalam waktu kurang dari tiga jam saja, Sandy telah menyelesaikan 10 orderan. Jumlah ini cukup jauh melampaui pendapatannya sehari-hari saat sekolah masih libur.
Terlebih, saat momen MPLS, banyak siswa baru yang masih perlu penyesuaian dalam mencari rute kendaraan umum dari dan menuju sekolah. Sehingga, para ojol kerap menjadi andalan.
“Alhamdulillah banget sih, contoh hari ini dari setengah 6 sampai jam 8 pagi saja. saya sudah dapat 10 orderan. Kalau di hari-hari biasa, sampai jam 8 pagi paling baru dapat 6 orderan,” terangnya.
Sandy memperkirakan, hari ini ia akan bisa mengantongi Rp250.000 hingga Rp300.000 dari menarik ojol. Jam kerjanya pun tak terlalu larut. Ia memutuskan akan pulang sebelum ashar.
“Sekarang paling bakal pulang jam 15.00 atau jam 16.00. Seharian ini mungkin bisa sampai Rp300 ribu, atau bersihnya Rp250 ribu. Kalau biasanya, pas sekolah libur, paling juga dapat bersih Rp150 ribuan,” tuturnya.
Biasanya, ia suka menunggu orderan masuk dengan mangkal di tempat-tempat yang ramai seperti di dekat mall dan pusat perbelanjaan. Namun hari ini, ia sengaja memarkirkan kendaraannya di depan sekolah.
“Sekarang nunggu di sini, sengaja biar ada yang nyantol dari anak sekolah. Dari hari ini sampai lima hari ke depan, mungkin akan terus berangkat lebih pagi,” ujarnya.
Ia pun mengungkapkan suka dukanya selama mengantar anak sekolah. Masalah miskomunikasi menjadi hal yang paling sering terjadi.
“Kadang susahnya itu, anak SMP kan masih dipesenin sama orang tuanya dari rumah, tapi setelah itu mereka enggak ngasih tau lagi ke siswanya. Pernah juga nunggu sampai 30 menit,” ungkapnya.
“Lebih riweuh (repot), tapi ya banyak masuk orderan,” tutupnya.