Cirebon Sepekan: Asa Keluarga PMI yang Wafat di Negeri Jiran | Info Giok4D

Posted on

Cirebon Sepekan: Harapan Keluarga PMI yang Wafat di Negeri Jiran

Cirebon – Sepekan terakhir, sejumlah peristiwa terjadi di wilayah Cirebon. Mulai aksi warga mandi lumpur sebagai bentuk protes terhadap kondisi jalan yang rusak, hingga pekerja migran Indonesia asal Cirebon meninggal di Malaysia.

Berikut rangkuman berita Cirebon pekan ini:

Setelah bertahun-tahun hanya menerima janji tanpa realisasi, kesabaran warga Desa Japura Kidul, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, akhirnya mencapai titik nadir. Puluhan warga nekat menutup jalan poros kabupaten yang menghubungkan antar desa dengan pagar bambu dan batang pohon pisang.

Tak hanya itu, aksi protes juga diwarnai dengan aksi dramatis “mandi lumpur”, sebagai simbol keputusasaan mereka terhadap kondisi jalan yang rusak parah. Aksi dilakukan di jalan poros sepanjang 500 meter yang menjadi akses vital bagi warga dari Desa Japura Kidul, Japura Lor, dan Beringin.

Kondisi jalan yang sudah rusak selama lebih dari dua dekade ini tak hanya menghambat aktivitas harian, tetapi juga menimbulkan kecelakaan.

“Sudah sembilan orang jatuh di jalan ini, rata-rata pagi hari saat menuju pasar atau masjid,” ungkap Ahmad Yunus, salah satu warga yang ikut dalam aksi, Selasa (8/7/2025).

Menurut Ahmad, kerusakan jalan yang memburuk setiap musim hujan membuatnya berubah menjadi kubangan lumpur licin. Warga pun merasa dikhianati oleh janji-janji manis dari berbagai pihak yang tak kunjung ditepati.

“Kami ini nggak minta jembatan emas, hanya jalan yang bisa dilalui. Jangan cuma datang pas kampanye,” ujarnya dengan nada geram.

Lebih dari sekadar infrastruktur, jalan tersebut adalah urat nadi kehidupan warga. Akses menuju sekolah, puskesmas, pasar, hingga tempat ibadah semua bergantung pada jalan ini. Saat rusak, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat ikut terhambat.

“Kami cuma minta pemerintah buka mata dan buka hati. Jalan ini hak kami sebagai warga negara,” tutup Ahmad.

Kepala Desa Japura Kidul, Heriyanto membenarkan, bahwa desanya telah berulang kali mengajukan usulan perbaikan jalan ke Pemerintah Kabupaten Cirebon. Namun semua upaya itu selalu mentok di meja birokrasi.

“Kami sudah coba perbaiki secara swadaya, tapi jalan ini statusnya jalan kabupaten. Dana desa tidak bisa digunakan untuk perbaikan,” jelas Heriyanto.

Ia mengaku, sering menjadi sasaran kemarahan warga karena dianggap tidak bertindak. Padahal, sebagai kepala desa, ia terikat aturan dan tidak memiliki wewenang untuk mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur milik kabupaten.

“Kami ini seperti tameng. Padahal kami juga bingung harus bagaimana lagi,” katanya pasrah.

Aksi penutupan jalan dan mandi lumpur ini, menurut Heriyanto, adalah bentuk kekecewaan warga yang sudah memuncak. Ia berharap, pesan dari aksi damai ini bisa sampai ke telinga pejabat yang berwenang.

“Warga sudah tidak ingin dijanji-janjikan lagi. Kalau tidak didengar, bukan tidak mungkin aksi berikutnya akan lebih besar,” pungkasnya.

Kasus pencurian mobil bermodus test drive terjadi di Cirebon, Jawa Barat. Pelaku berpura-pura jadi pembeli, meminta test drive, lalu menabrakkan mobil ke trotoar. Saat pemilik turun mengecek, pelaku kabur membawa kendaraan.

Kasus pencurian dengan modus test drive ini viral setelah salah seorang penggunaan media sosial membagikan kronologi kejadian tersebut ke salah satu grup Facebook.

“Calon pembeli test drive, yang punya mobil sendirian posisinya. Jual beli mobil baru pertama. Modusnya ditabrakin mobilnya sama calon pembeli. Pas dicek sama yang punya mobil, yang punya mobil turun, mobilnya langsung dibawa kabur (oleh pelaku) berikut dengan surat-suratnya yang ada di dalam mobil,” kata pengguna medsos tersebut.

Korban dalam kasus pencurian mobil ini adalah Dhifan. Saat dikonfirmasi, ia membenarkan, bahwa dirinya menjadi korban dalam peristiwa tersebut. “Iya betul,” kata dia saat dihubungi, Selasa (8/7/2025).

Menurut Dhifan, kejadian itu berlangsung pada Senin (7/7) sore di salah satu kawasan di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon. Peristiwa bermula saat ia bertemu dengan seseorang yang mengaku tertarik membeli mobil miliknya.

Setelah sempat berbincang, calon pembeli itu meminta izin untuk melakukan test drive. Dhifan pun ikut mendampingi dalam perjalanan. Namun, saat di jalan pelaku sengaja menabrakkan mobil ke trotoar.

Spontan, Dhifan yang panik langsung turun untuk memeriksa kondisi kendaraan. Saat itulah pelaku langsung tancap gas dan membawa mobil tersebut.

“Waktu itu saya langsung keluar mobil untuk mengecek kerusakan. Tapi begitu saya keluar, pelaku langsung tancap gas,” kata dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun infoJabar, terduga pelaku yang membawa kabur mobil korban saat ini telah diamankan polisi.

Dikonfirmasi terpisah, Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota, AKP Fajri Ameli Putra belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait kronologi maupun detail dari aksi pelaku.

“Kami lakukan pemeriksaan pelaku dulu,” ujar Fajri.

Sejumlah pelajar di Kota Cirebon masih ditemukan berkeliaran di luar rumah meski waktu telah melewati pukul 21.00 WIB. Tak hanya itu, beberapa warung juga kedapatan masih nekat menjual minuman keras.

Temuan ini terungkap saat jajaran Forkopimda Kota Cirebon menggelar patroli pada Selasa (8/7/2025) malam. Kegiatan tersebut digelar untuk menegakkan aturan jam malam bagi pelajar sekaligus mengantisipasi peredaran minuman keras.

Pantauan infoJabar, dalam patroli tersebut petugas gabungan menyasar sejumlah lokasi di Kota Cirebon. Beberapa titik yang didatangi antara lain adalah kawasan Bima, Majasem, serta sejumlah area lainnya yang dinilai rawan pelanggaran.

Di kawasan Bima, petugas menyisir sejumlah titik. Sejumlah warung yang terpantau mencurigakan juga turut diperiksa untuk memastikan tidak ada aktivitas yang melanggar aturan. Di beberapa warung, petugas mendapati sejumlah remaja yang masih berstatus pelajar tengah asyik nongkrong, meski waktu telah melewati pukul 21.00 WIB.

Kedatangan petugas sempat membuat para remaja panik. Meski begitu, dalam patroli kali ini, petugas hanya memberikan teguran dan mengimbau mereka untuk segera pulang ke rumah, mengingat waktu sudah melewati pukul 21.00 WIB.

Diketahui, kawasan Bima menjadi salah satu titik yang terus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan aparat kepolisian. Dalam patroli sebelumnya, petugas gabungan bahkan sempat menemukan warga yang tengah mengonsumsi minuman keras serta warung yang nekat menjualnya.

Namun, dalam patroli kali ini, pelanggaran yang paling banyak ditemukan adalah para pelajar yang masih berada di luar rumah di atas pukul 21.00 WIB.

“Di kawasan Bima dalam satu bulan ke belakang kondisinya berbeda. Sudah ada penurunan (pelanggaran),” kata Effendi Edo.

Meski demikian, Edo menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan menyiapkan aturan untuk menekan berbagai pelanggaran di kawasan Bima.

“Nanti saya akan membuat (surat) edaran, jam 9 malam harus tutup semua. Kalau misalkan nanti sudah ada peringatan dan jam 9 malam masih buka, terpaksa kami bongkar,” ujar Edo.

Saat patroli di kawasan Bima, Edo juga menyoroti sejumlah titik yang minim penerangan. Edo menegaskan akan segera memasang penerangan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan di area tersebut.

“Nanti kita dari pemda akan kasih penerangan di area itu,” kata dia.

Setelah dari kawasan Bima, patroli yang melibatkan petugas gabungan ini kemudian melanjutkan perjalanan ke kawasan Majasem. Saat melintas di kawasan ini, petugas berhenti di salah satu warung yang menjual makanan.

Petugas mendatangi lokasi tersebut karena diduga menjual minuman keras. Mereka kemudian memeriksa setiap sudut warung secara menyeluruh. Benar saja, dari warung tersebut petugas menemukan beberapa dus berisi minuman keras dari berbagai merek.

Kapolres Cirebon Kota, AKBP Eko Iskandar, menegaskan bahwa pihaknya bersama dengan jajaran Forkopimda akan terus memberantas peredaran minuman keras di wilayah Kota Cirebon.

“Memang ini masih ada tempat-tempat atau warung yang masih menjual miras. Kita komitmen untuk melakukan penertiban,” kata dia.

Menurutnya, miras membawa dampak buruk bagi masyarakat, karena kerap menjadi pemicu berbagai tindak kejahatan dan gangguan keamanan.

“Miras atau narkoba ini biasanya menjadi awal. Biasanya anak-anak muda minum, mabuk, kemudian mereka melakukan kegiatan-kegiatan kriminal,” kata Eko.

Keluarga Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Cirebon bernama Tasmi tengah dirundung duka. Tasmi dikabarkan meninggal dunia dan keluarga tak mampu memulangkan jenazah akibat terkendala biaya.

Tasmi meninggal dunia di Malaysia pada 9 Juli 2025 lalu. Pihak keluarga berharap bisa memakamkan Tasmi di kampung halamannya di Kelurahan Sunyaragi, Kota Cirebon.

Adik kandung Tasmi, Apandi (42), mengatakan bahwa dirinya pertama kali mendapat kabar duka tersebut dari keponakannya, yang merupakan anak dari Tasmi.

“Saya kaget dapat telepon dari anaknya, bahwa kakak saya meninggal di Malaysia pada hari Rabu tanggal 9 (Juli). Sedangkan di sana tidak ada saudara,” kata Apandi, Kamis (10/7/2025).

Saat ini, jenazah Tasmi dikabarkan berada di salah satu rumah sakit di Malaysia. Namun hingga kini, keluarga belum mampu memulangkan almarhumah ke Indonesia karena terkendala biaya.

Apandi pun berharap kepada pemerintah untuk membantu proses pemulangan jenazah Tasmi yang kini masih berada di Malaysia.

“Karena keterbatasan biaya, saya mohon bantuan dari pemerintah atau Bapak Presiden, agar jenazah kakak saya bisa dipulangkan ke Cirebon,” tutur Apandi.

“Meninggalnya di kos-kosan. Sekarang katanya jenazah kakak saya berada di rumah sakit Hospital Kuala Lumpur,” sambung dia.

Apandi mengatakan, Tasmi telah bekerja di Malaysia sejak tahun 2013. Awalnya Tasmi sebagai asisten rumah tangga, dan dalam beberapa waktu terakhir dia bekerja sebagai cleaning service.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Selama 12 tahun bekerja di Negeri Jiran, Apandi mengatakan bahwa Tasmi belum pernah pulang ke Indonesia.

“Berangkat dari tahun 2013, sampai sekarang berarti sudah 12 tahun. Dari awal berangkat belum pernah pulang. Sebelumnya kerja jadi asisten rumah tangga, terus kerja jadi cleaning service,” kata dia.

“Terakhir komunikasi itu akhir bulan Juni kemarin. Dia sempat mengeluh sakit dan bilang ingin pulang. Tapi karena nggak punya biaya, dia ngga bisa pulang,” kata Apandi.

Menurut Apandi, kakaknya menderita penyakit gula atau diabetes. Tasmi tidak pernah mengeluh soal masalah lain selama bekerja.

“Tidak ada mengeluh soal masalah. Cuma dia sakit. Dia punya penyakit gula, diabetes,” kata Apandi.

Tasmi merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Apandi sendiri merupakan adik bongsu dari Tasmi. “Saya mohon kakak saya bisa dipulangkan ke Indonesia,” kata Apandi.

‘Mandi Lumpur’ di Jalan Rusak Cirebon

Pencurian Mobil Modus Test Drive

Pelajar Cirebon Terjaring Patroli

Asa Keluarga Pulangkan Tasmi, PMI Cirebon yang Meninggal di Malaysia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *