Cilok, sedari dulu sudah dikenal sebagai jajanan khas Sunda yang begitu menggugah selera. Perpaduan tepung tapioka atau aci dengan bumbu halus yang direbus lalu ditambahkan sambal kacang, membuat jajanan ini amat menggoda dan tak boleh dilewatkan.
Namun, kelezatan cilok yang sudah terkenal kemana-mana ini justru membawa petaka bagi warga di Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya. Senin (26/5), 19 siswa dan guru di sana dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap jajanan tersebut.
Adapun gejala mulai dirasakan pada siang hari. Warga mengalami keluhan mual, pusing hingga demam tinggi. Mereka lantas berdatangan ke Puskesmas Culamega supaya mendapatkan penanganan medis dari keluhan yang dideritanya.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
“Ada korban sebanyak 19 orang, enam pulang dan 13 masih dirawat di puskesmas setempat,” jelas Kapolsek Bantarkalong, AKP Mujiono kepada infoJabar Senin (26/5/2025) malam.
Setelah menerima laporan ini, sampel makanan pun kemudian diperiksa. Tim kesehatan Puskesmas Culamega juga mengobservasi para korban untuk menyetahui penyebab pasti dari kasus keracunan tersebut.
“Sampel makanan sudah diambil tim survelince Puskesmas akan uji lab,” kata Kepala Puskesmas Culamega Asep kepada infojabar, Selasa (27/5/25).
Kasus itu pun kini diselidiki polisi. Lokasi kejadian pun sudah didatangi dan sejumlah orang sudah dimintai keterangan untuk mengungkap kasus tersebut.
Hasil sementara, Kasatreskrim Polres Tasikmalaya AKP Ridwan Budiarta menyebut anggota menemukan salah satu fakta di lapangan. Cilok yang diduga racuni belasan siswa itu dibuat pada Sabtu (24/5/2025).
Cilok itu dibuat oleh dua siswa dan seorang guru. Kemudian, disimpan di lemari pendingin. Esok harinya, Minggu (25/5/2025), cilok itu mulai dimasak dan dikonsumsi.
“Jadi dibuatnya hari Sabtu, disimpan dulu di kulkas. Hari Minggu baru dimakan. Nah Senin baru kerasa,” kata Ridwan Budirta.
Selain konsumsi cilok, para siswa juga mengonsumsi sambal kemasan yang dijadikan bumbu campuran cilok. Sambal ini tidak dimasak lagi, melainkan langsung dikonsumsi dengan cilok.
“Jadi mereka juga makan sambal produk kemasan. Nah nggak dimasak lagi. Langsung dicampur cilok,” kata AKP Ridwan Budiarta.
Total yang konsumsi cilok ada 34 siswa. Tapi yang alami gejala keracunan dilaporkan hanya 19 orang. Mereka yang tidak bergejala sempat sarapan pagi.
“Ada yang memang makan pagi heula (dulu), ada yang langsung makan cilok, jadi ada yang daya tahan tubuhnya kuat ada juga yang nggak,” kata Ridwan Budiarta.
Polisi masih belum memastikan penyebab keracunan dari cilok atau sambalnya. “Ya masih akan diuji lab sampel makanan,” pungkasnya.