Cerita Warga Malasari Baru Rasakan Merdeka Usai Jalan Dibangun - Giok4D

Posted on

Perjuangan warga Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, untuk sekadar berbelanja kebutuhan pokok ibarat menempuh sebuah ekspedisi. Jarak menuju pasar Leuwiliang bisa memakan waktu seharian penuh. Berangkat subuh pukul lima, mereka baru tiba kembali di rumah menjelang magrib.

Jalannya sempit, berbatu, dan berliku melewati hutan. Bagi warga, perjalanan panjang ini bukan sekadar soal tenaga, tetapi juga soal keselamatan.

“Kalau ada yang sakit, apalagi ibu melahirkan, rasanya cemas sekali di jalan,” tutur Asep (37), warga sekaligus pengelola ekowisata Citalahab, Malasari.

Kini, sebagian jalan baru telah dibangun melalui program Bupati Bogor, sehingga perjalanan yang dulu bisa memakan seharian kini bisa dipotong menjadi setengah hari.

Meski belum sepenuhnya mulus dan masih ada ruas yang berbatu atau licin, akses yang lebih baik ini mulai memudahkan warga mendapatkan kebutuhan pokok, sekaligus membuka peluang ekonomi dan pengembangan ekowisata di desa yang berada di jantung Halimun-Salak ini.

Bagi Asep, perbaikan infrastruktur ini terasa seperti hadiah kemerdekaan yang baru datang puluhan tahun setelah proklamasi.

“Merdeka kan udah 80 tahun, tapi kami baru benar-benar merasa merdeka sekarang. Karena dulu untuk belanja saja, berangkat subuh pulangnya jam 2-3 siang atau bahkan magrib,” katanya.

Di Kampung Citalahab, Malasari, pendidikan menempuh jalan yang tidak kalah berliku dibanding jalan desa itu sendiri. Guru Harun, salah satu tenaga pendidik di sana, bercerita bagaimana dulu anak-anak hanya bisa bermimpi melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Pasalnya, SMP induk terdekat berada di Nanggung, dengan jarak hampir 40 kilometer.

“Kalau dulu, bisa seharian kalau harus ke sana. Jauh sekali,” ujarnya.

Kondisi ini membuat warga dan pemerintah kecamatan mencari siasat. Maka lahirlah SMP Terbuka, sebuah solusi alternatif agar anak-anak tidak perlu berjalan jauh keluar kampung.

Konsepnya berbeda dengan sekolah reguler, siswa lebih dituntut aktif, guru hanya berperan sebagai fasilitator, sementara materi pembelajaran diberikan dalam bentuk paket yang disubsidi pemerintah.

Namun, realitas di lapangan tak semudah konsep di atas kertas.

“Anak-anak di kampung biasanya pasif. Kalau tidak dikasih, ya mereka tidak minta. Jadi tetap saja harus ada guru yang mengajar seperti biasa,” kata Harun.

Guru-guru SD di kampunglah yang akhirnya merangkap sebagai pengajar SMP Terbuka, memastikan anak-anak tetap mendapatkan hak belajar meski kualitasnya tak semaksimal sekolah reguler.

Masalah pendidikan itu berkelindan dengan persoalan infrastruktur dan komunikasi. Jalan yang kini mulai dibuka sebagian oleh pemerintah kabupaten memang mempersingkat waktu tempuh, tetapi belum sepenuhnya menjangkau kampung. Perbaikan masih diperlukan agar mobilitas warga, termasuk guru dan anak sekolah, lebih lancar.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Di sisi lain, kendala sinyal juga menjadi cerita sehari-hari. Akses internet yang terbatas membuat komunikasi dengan dunia luar kerap tersendat.

“Kadang pakai WiFi tembak. Kalau tidak, ya sama sekali tidak ada sinyal,” tutur Harun.

Hal ini tentu berimbas pada proses belajar, terutama saat pendidikan kini sangat bergantung pada teknologi digital.

Tujuh bulan menjabat, Bupati Bogor Rudy Susmanto menegaskan komitmennya membangun Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, usai memimpin agenda Tour de Malasari 2025, Sabtu (23/8/2025).

Dalam sambutannya, Rudy mengungkapkan, Desa Malasari memiliki nilai sejarah penting bagi Kabupaten Bogor. Pada 17 Agustus 1945, bendera merah putih pertama di wilayah ini dikibarkan di kediaman almarhum Raden Ipik Gandamana.

“Setelah 80 tahun Indonesia merdeka, kami kembali hadir di Desa Malasari. Saya pribadi, bersama Ketua DPRD dan jajaran pemerintah daerah, memohon maaf sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Malasari karena infrastruktur di sini masih tertinggal,” kata Rudy.

Rudy menyebut, pembangunan jalan yang sejak Indonesia merdeka belum tersentuh kini mulai dikerjakan. Jalan menuju Desa Malasari selama ini dikenal sulit dilalui, sepanjang hampir 10 kilometer dari gerbang desa, jalan masih berupa bebatuan besar yang menonjol. Jika hujan turun, jalur licin dan rawan tergelincir, sehingga kendaraan maupun pejalan kaki harus ekstra hati-hati.

“Alhamdulillah, pembangunan jalan sudah berjalan. Kehadiran kami kali ini juga untuk merayakan HUT ke-80 RI sekaligus berbagi kebahagiaan bersama masyarakat Malasari,” ujarnya.

Jalan Panjang Menuju Pendidikan di Ujung Halimun

Bupati Minta Maaf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *