Cerita Saleh Menyemai Asa dari Jualan Permainan Tradisional Otok-otok

Posted on

Di lantai dua pusat kuliner Alun-alun Kota Kuningan terdapat seorang pria paruh baya bernama Saleh (51), yang berjualan mainan tradisional bernama otok-otok, yakni sebuah permainan jadul berbentuk kincir angin yang bisa mengeluarkan suara tok-tok saat dimainkan.

“Namanya baling-baling bambu bahasa Indonesianya, tapi orang jawa menyebutnya otok-otok. Harganya Rp 5.000,” tutur Saleh.

Saat itu, meskipun hari sudah menjelang malam, untuk menarik banyak pembeli, dengan suara yang nyaring, Saleh tampak masih memainkan otok-otoknya. Menurut Saleh, alasan ia memilih berjualan mainan tradisional adalah karena sejak kecil ia sudah hobi memainkan permainan tradisional.

Dari hobi tersebut, Saleh jadikan sebagai sarana untuk mencari nafkah dan upaya Saleh untuk melestarikan permainan tradisional.

“Sudah berjualan selama 15 tahun. Awalnya yang jualan paman terus diteruskan sama saya. Alasan berjualan mainan tradisional yah karena dari kecil suka mainan kayak gini,” tutur Saleh.

Saleh memaparkan, dibandingkan dengan dulu, sekarang, pendapatnya dari berjualan mainan tradisional semakin berkurang. Setidaknya, ada dua penyebab kenapa pendapatan Saleh dari berjualan mainan tradisional berkurang. Pertama karena semakin banyaknya penjual mainan modern. Kedua, karena ia pindah tempat berjualan.

“Ramaian dulu. Dulu bisa habis 1 kodi, sekarang paling habis 10 biji sehari. Selain karena banyak permainan juga karena tempatnya dipindah ke atas. Dulu mah pas masih di bawah ramai yang beli. Padahal kan sudah 15 tahun saya di bawah. Alasan dipindahnya karena ketertiban katanya,” tutur Saleh.

Selain berjualan mainan, untuk menambah penghasilan Saleh juga menyediakan jasa sewa kolam mainan ikan anak-anak. Untuk sekali sewanya sendiri Saleh tarif Rp 10.000. Sama seperti otok-otok, sekarang pendapatnya dari penyewaan mainan juga mengalami penurunan. Jika dulu ia bisa mendapatkan Rp 500 ribu rupiah sehari. Kini, ia hanya mendapatkan uang sekitar Rp 200 ribu.

Saleh sendiri memiliki tiga orang anak dengan salah satu anaknya sedang kuliah di perguruan tinggi. Meskipun pendapatnya kini tidak menentu, tapi Saleh optimis bisa menyekolahkan semua anaknya hingga jadi sarjana.

“Namanya orang jualan berat nggak berat kudu percaya. Apalagi punya anak pertama yang masih kuliah. Kuncinya cuman satu yang penting yakin, ada saja jalannya mah. Alhamdulillah masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mah, ” pungkas Saleh.