Ledakan saat pemusnahan amunisi afkir di Desa Sagara, Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin, (12/5) lalu menewaskan 13 orang yang saat itu berada dekat dengan titik pusat ledakan. Korban merupakan 4 personel TNI AD dan 9 warga sipil.
info-info ledakan maut itu, masih terekam jelas di ingatan Anjas Tajudin Rahmat. Pria berumur 30 tahun, yang saat kejadian juga sedang berada di lokasi tersebut. Kepada infoJabar, saat dihubungi via WhatsApp, Jumat, (16/5/2025) pagi, Anjar menuturkan kesaksiannya.
Pagi hari saat itu, Anjas mengaku, sedang ikut bekerja di lokasi. Dia membantu proses peledakan. Persis beberapa menit sebelum kejadian nahas itu berlangsung, Rustiawan, salah satu warga sipil yang menjadi korban, memintanya untuk mengambil tutup drum.
Saat Anjas mulai bergegas menggunakan sepeda motor meninggalkan lokasi, di sana lah ledakan tersebut terjadi. “Kalau jarak persisnya tidak tahu berapa (posisi Anjas dengan sumber ledakan), makanya keterangan saya kan beda-beda ketika diwawancara,” kata Anjas singkat.
Kabarnya, saat itu Anjas sempat terkena potongan tubuh dari korban. Karena takut, Anjas langsung tancap gas menghindar dari lokasi kejadian. Saat dikonfirmasi terkait hal tersebut, Anjas mengaku sangat trauma.
“Kalau dibicarakan saya masih trauma,” ucap Anjas dalam Bahasa Sunda.
Ledakan tersebut terjadi, saat petugas dan para pekerja telah selesai meledakan amunisi afkir. Amunisi-amunisi kedaluarsa tersebut, diketahui diledakan di dalam dua lubang ledakan.
Peledakan amunisi itu, berjalan dengan lancar. Setelah proses peledakan amunisi afkir, mereka kemudian membuat lubang ketiga untuk memusnahkan detonator yang digunakan untuk peledakan di lubang lain yang juga dipersiapkan.
Anjas mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab ledakan yang menewaskan rekan-rekannya itu. Tapi yang jelas, lubang ketiga yang dipersiapkan untuk memusnahkan detonator dalam keadaan utuh, dan ledakan itu terjadi 2 jam setelah dua ledakan pemusnahan amunisi.
Dalam kejadian ini sendiri, 13 orang yang terdiri dari 4 personel TNI AD dan 9 warga sipil meninggal dunia. Empat personel TNI adalah Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Dwi Priambodo, dan Pratu Afrio Setiawan.
Sementara 9 warga sipil yang menjadi korban adalah Dadang Iis, Endang Rahmat, Anwar Munawar, Iyus Rizal, Iyus Ibing, Tono, Agus, Ipan serta Rustiawan.