Nama Heri Suryana atau Jaro Midun, Kepala Desa Cikahuripan di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, mendadak jadi sorotan.
Sebuah video memperlihatkan dirinya berdiri di kasir RSUD Palabuhanratu, menjaminkan STNK mobil pribadinya demi menolong warga yang tak mampu membayar biaya pengobatan. Video itu menyebar luas dan menuai simpati publik.
Namun, di balik sosok Jaro Midun, terdapat peran lain yang tak kalah penting. Istrinya, Eroh Suryantini, perlahan menjadi perbincangan warganet di media sosial.
Bukan karena tampil di depan kamera, melainkan karena rekam jejak pengabdian yang diam-diam sudah ia jalani selama bertahun-tahun.
Sosok Eroh dinilai bukan sekadar istri kepala desa. Ia sering menyetir ambulans desa seorang diri, mengantar warga sakit ke rumah sakit rujukan, bahkan sampai ke Bandung.
“Sopirnya ada, selalu siap kalau lagi sehat, kalau lagi nggak ada ke mana-mana, alhamdulillah sopirnya juga ada, selalu on time,” kata Eroh saat ditemui infoJabar, Rabu (28/5/2025).
Namun, seperti halnya desa-desa lain di wilayah selatan Sukabumi, tenaga sopir tak selalu siap sedia. Ketika warga datang dengan kondisi darurat dan ambulans harus segera melaju, Eroh memilih turun tangan.
“Kalau misalkan enggak ada, nyuruh ke anak-anak yang bisa. Kalau misalkan memang nggak ada ya suka saya yang bawa. Yang paling jauh bawa ambulans itu ke Sukabumi, RS Hasan Sadikin Bandung, pernah bawa pasien,” tuturnya.
Apa yang kini dialami suaminya ternyata pernah lebih dulu dialami dirinya. Sekitar tujuh tahun lalu, ia menghadapi situasi serupa. Seorang ibu hendak melahirkan, namun tak memiliki cukup biaya. Klinik bersalin meminta jaminan. Tanpa ragu, Eroh mengeluarkan SIM miliknya dan menyerahkannya kepada pihak klinik.
“Banyak pengalaman yang senang dan susah ada saat bawa ambulan, tapi alhamdulillah suka teratasi. Bantu warga yang tidak mampu, sampai akhirnya menjaminkan SIM. Kalau enggak salah udah 7 tahun lalu kejadiannya. Yang melahirkan waktu itu langsung dibawa ke klinik, terus belum ada biaya. Saya jaminkan SIM, yang penting warga teratasi,” ujarnya.
Tagihan medis saat itu mencapai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta. Warga hanya mampu membayar setengah. Sisanya disanggupi untuk dicicil. “Dokternya baik, bisa menerima jaminan, dan bisa bayar setengahnya, nanti belakangan kurangnya,” kata Eroh.
SIM itu hingga kini belum ia ambil kembali. Meski begitu, Eroh tak mempermasalahkan. Baginya, yang terpenting adalah warga tertolong. “Sampai sekarang belum diambil. Kemarin waktu itu dicicil, ngasih Rp 500 ribu. Sampai saat ini belum ada tagihan, dari dokter, dari klinik enggak nagih, baik sekali. Saat ini, sampai saat ini belum ada tagihan, kayak yang dibebasin,” tuturnya.
Ketika video Jaro Midun menjaminkan STNK jadi viral dan mendapat sorotan nasional, Eroh justru heran. Menurutnya, aksi-aksi seperti itu sudah menjadi bagian dari keseharian mereka berdua sebagai pelayan masyarakat.
“Sering bantu warga. Kebetulan waktu hari yang viral ini kok sampai seperti kayak gini. Saya yang dijaminkan pernah sampai NPWP, KTP juga masih ada di rumah sakit,” katanya seraya tertawa.