Desa Tambakbaya, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan menjadi salah satu desa inklusif terhadap para penyandang disabilitas mental atau bisa disebut dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Di Desa Tambakbaya, para ODGJ tersebut diajak untuk bersama-sama membangun desa.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tambakbaya sekaligus pengasuh ODGJ di Rumah Antara Graha Berdaya, Dian. Ia memaparkan, ada sekitar belasan ODGJ yang diajak untuk bersama-sama membangun desa. Para ODGJ tersebut disebar dalam beberapa bidang seperti menjadi penjaga toko, pengolah sampah, merawat hewan ternak, membuat pupuk, hingga membatik.
“Untuk ODGJ yang terlibat pengelolaan sampah saja itu ada yang mengambil sampah 4 orang, ada yang memilah sampah 3 orang. Terus yang di mesin insinerator 2 orang, sama di pembuatan paving blok itu ada 3 orang jadi ada 12 ODGJ yang terlibat. Dan, itu ODGJ klaster 3 semua, yang notabene bisa diarahkan dan cepat tanggap,” tutur Dian.
Dian memaparkan, membutuhkan waktu pelatihan yang cukup lama agar para ODGJ terbiasa melakukan beberapa pekerjaan sederhana. Menurutnya, siap atau tidaknya ODGJ bisa dilihat dari kemampuannya dalam merespons sesuatu.
“Kita lihatnya dari respons. Mungkin jika sekali masih susah, baru tiga kali diarahkan mungkin nanti terbiasa. Terus yang penting juga misal ada temennya yang kerepotan yah bisa langsung respons bantu. Untuk buat klaster 3 itu mungkin tidak begitu sulit. Yang sulit itu yang masih klaster 1 dan 2. Sulit cuman sudah biasa,” tutur Dian.
Dian juga mengatakan, meskipun BUMDes yang ia kelola juga mencari profit. Namun, pemberdayaan dari para ODGJ tersebut juga penting. Menurutnya, ada kebahagiaan tersendiri ketika para ODGJ tersebut bisa pulih dan beraktivitas seperti manusia pada umumnya.
“Kasihan, peduli, apalagi lihat ODGJ. Saya diajarkan sama bapak juga bagaimana cara penyembuhannya agar berhasil. Dan, banyak, kayak kemarin saja ada ODGJ yang sudah sembuh, itu sekarang tampilannya rapi bersih. Itu kan kebanggaan tersendiri. Masalah orientasi memang pendapatan. Tapi lebih mengedepankan pemberdayaan dan gali potensi yang ada. Kadang BUMDes punya dana segitu banyak jadi bisa kolaborasi pemberdayaan,” tutur Dian.
Sementara itu, Kepala Desa Tambakbaya, Lukman Mulyadi memaparkan, bahwa para ODGJ tersebut memang sengaja dilibatkan dalam aktivitas di desa sebagai bentuk kepedulian, terapi dan juga pemberdayaan. Hal ini juga yang membuat pada tahun 2023, Desa Tambakbaya menjadi salah satu Desa Inklusif oleh Kementerian Desa.
“Berawal dari kepedulian. Bahwa mereka harus kita bantu dan kita tolong bahkan kita dari Kementerian Desa masuk sebagai desa Inklusif tahun 2023. Karena masyarakat di sini menerima mereka (ODGJ) secara terbuka,” tutur Lukman.
Salah satu bentuk aktivitas rutin dari para ODGJ tersebut adalah mengelola sampah menjadi paving blok. Ide tersebut, lanjut Lukman, berawal dari keresahan tentang banyaknya sampah di desa yang merusak tekstur tanah. Oleh karena itu, dari anggaran desa ia memutuskan untuk membeli beberapa alat dan mesin pengolah sampah.
“Sampah sudah menjadi masalah nasional terutama sampah plastik yang merusak tekstur tanah. Jadi kami berpikir bagaimana cara mengolah sampah yang baik dan benar. Makanya dari anggaran desa kita bikin anggaran pengolahan sampah untuk mesin pemilah dan insinerator sampah. Yang kemudian kami bikin paving blok. Orang bertanya akan dijual k emana?, tapi saya akan gunakan paving blok untuk jalan desa sendiri. Dari pada desa beli di luar, mending beli sendiri,” tutur Lukman.
Ke depan, Lukman hanya berharap, semoga masyarakat dan pemerintah bisa lebih berempati terhadap para penyandang disabilitas atau ODGJ. “Harapan semua orang baik masyarakat dan pemerintah itu berempati. Mereka kan termarjinalkan. Itu harus empati sesuai amanat undang-undang bahwa orang terlantar dan fakir miskin adalah tanggung jawab negara. Dan negara paling bawah adalah desa. Kami coba aktualisasikan,” pungkas Lukman.







