Cegah Kesalahan, Badan Gizi Nasional Latih Pekerja Dapur MBG

Posted on

Berusaha mengantisipasi kesalahan dalam pembuatan dan distribusi program makan bergizi gratis (MBG), Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan pelatihan penjamah makanan bagi relawan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Tasikmalaya.

Ratusan relawan atau pekerja dari 10 SPPG di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya tampak antusias mengikuti kegiatan yang dihelat di sebuah hotel Jalan Yudanagara Kota Tasikmalaya, Sabtu – Minggu (26-27/4/2025).

Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah II BGN, Brigjen Pol Sony Sonjaya menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari rencana kerja BGN tahun 2025, dengan tujuan memastikan setiap relawan yang bekerja di dapur SPPG, memiliki kompetensi dalam menangani dan menyajikan makanan bergizi dalam skala besar.

“Kita harus pahami, memasak untuk 3 atau 4 orang tentu berbeda dengan menyiapkan makanan untuk 500, 1.000 bahkan sampai 4.000 orang. Jadi semua relawan wajib dibekali pelatihan ini agar memahami pengetahuan, menguasai keterampilan dan mematuhi etika serta SOP (standard operational prosedur),” ujar Sony, Minggu (27/4/2025).

Dia menambahkan, selain di Tasikmalaya pelatihan ini serentak dilaksanakan di Jakarta, Serang, Cirebon, Sumedang, Karawang dan Sumedang.

Materi pelatihan disampaikan langsung oleh para ahli dan pejabat teknis dari berbagai instansi, seperti dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta para ahli gizi.

“Saat ini telah ada 43 ribu lebih relawan penjamah makanan yg bertugas pada 1.071 SPPG pada 38 provinsi di Indonesia, 10 ribu lebih relawan telah mengikuti pelatihan penjamah makanan, termasuk diantaranya yang hari ini dilaksanakan,” kata Sony.

Pelatihan ini juga menjadi bagian dari penguatan integritas dan kualitas layanan dapur SPPG, yang kerap menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis.

“Pengetahuan relawan harus dibentuk, karena penyajian makanan itu tidak bisa sembarangan. Ini soal kesehatan, keamanan makanan dalam upaya membangun gizi bangsa,” tegas Sony.

Terkait kejadian dugaan keracunan yang terjadi di Cianjur belum lama ini, Sony mengatakan masalah itu masih dalam tahap pemeriksaan. Karena banyak faktor yang bisa memicu masalah tersebut. Namun dia menekankan pelatihan adalah salah satu upaya untuk mencegah hal semacam itu terjadi.

“(Kasus Cianjur) Itu bisa karena berbagai hal ya, tapi penelitian masih belum tuntas. Tapi setidaknya dengan adanya pelatihan ini, ke depan tidak ada lagi kesalahan dalam pelaksanaan MBG,” kata Sony.

Menurut Sony, BGN berharap kegiatan ini dapat menjadi standar tetap yang akan terus ditingkatkan, seiring dengan pentingnya peran dapur SPPG dalam mendukung ketahanan pangan dan gizi nasional.

“Mereka harus tahu bagaimana menangani bahan makanan yang baik. Misalnya, daging ayam tidak boleh berada terlalu lama di suhu ruang. Penanganan sayuran juga berbeda-beda. Itu semua dijelaskan oleh para pakar hari ini,” kata Sony.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Nanang Suhara mengaku mengapresiasi kegiatan ini. Pihaknya jadi memiliki ruang kolaborasi untuk kolaborasi menyiasati permasalahan di lapangan.

“Kami mendukung dan coba berkolaborasi bersama SPPG yang ada di Kota Tasikmalaya, bagaimana menyikapi permasalahan di lapangan. Contoh, anak-anak sudah biasa makan enak, mengandung micin. Anak-anak sudah biasa jajan,” kata Nanang Suhara.

Kondisi ini berimbas pada rendahnya nafsu makan, sebagian siswa penerima MBG. Siswa terkadang ogah-ogahan ketika menerima jatah makan.

“Ini berefek nafsu makan hilang. Maka perlu siasat, bagaimana menyadarkan anak bahwa yang enak belum tentu sehat. Tapi yang bergizi pasti sehat. Kita akan dorong guru dan Kepsek, mengedukasi anak-anak, sehingga tujuan MBG demi Indonesia Emas 2024 bisa tercapai,” kata Nanang Suhara.

Dugaan Keracunan di Cianjur

Nafsu Makan Siswa Jadi Kendala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *